Pemilihan Raya atau Pemira di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) kembali digelar. Pagelaran pesta demokrasi ini menandakan Gubernur dan Wakil Gubernur Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan segera berakhir. Adalah Muhammad Armizul Chaniago dan Muhammad Abdul Pangestu.
Ada delapan alur pada tahapan Pemira FKIP kali ini. Pertama, dimulai dari sosialisasi yang telah dilakukan pada 17-24 Oktober silam. Kemudian dilanjutkan pendaftaran bakal calon selama empat hari hingga 29 Oktober dan verifikasi tanggal 31 Oktober.
Selanjutnya ada Fit and Proper Test 2 November. Untuk penetapan bakal calon, dilakukan pada 3 November. Puncaknya, pemungutan hasil suara tanggal 14 November.
Saat ini, sudah ada tiga bakal calon yang sudah mendaftar. Ada Rido Pratama dan Muhammad Riski. Kemudian pasangan Wahyu Satrio dan Ahmad Fauzan Alghifary. Terakhir Dharma Alfahri dan Rendy.
Namun, meskipun telah terverifikasi, berkas seluruhnya belum ada yang lengkap.
Sementara itu, daftar nama bakal calon anggota Dewan Perwakilan Mahasiswa atau DPM pun sudah dipublikasikan di akun Instagram Pemira Fakultas FKIP. Lagi-lagi sama, belum ada berkas yang dilengkapi seluruh bakal calon DPM UNRI.
Cegah aklamasi, sosialisasi terus digalakkan. Ketua Pelaksana Pemira Fakultas Ego Prayogo ungkapkan berbagai cara yang diupayakan untuk pengenalan pesta demokrasi tingkat fakultas ini. Seperti keliling ke tiap kelas, penyebaran brosur, sampai pemasangan spanduk.
Kata Ego, ada tiga titik pemasangan spanduk. Di simpang Jalan Bina Krida dan di depan dua gedung program studi atau prodi. Di Pendidikan Fisika dan Pendidikan Ekonomi. Sosialisasi yang terus digencarkan ini, bertujuan tekan angka mahasiswa yang tidak memilih alias golongan putih.
Meskipun begitu, Ketua Acara Jenita Andini katakan kendala dari sosialiasi. Seperti jadwal yang bertabrakan dengan mata kuliah. Hingga massa pelaksanaan sosialisasi yang belum lengkap.
Pun untuk pemungutan, berlangsung secara luring dengan gunakan aplikasi Elektronik Voting atau e-vote. Disewa dari Komunitas Studi Linux. Penyedia server dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau.
Jelita ceritakan pertimbangan penggunaan aplikasi. Alasannya karena sudah berulang kali digunakan. Pun di bagian keamanan, lebih terbukti. Kendati demikian, Ego ungkap khawatir sebab aplikasi bergantung pada listrik.
“Sedikit takut jika terjadi mati lampu, data pemilihan bisa hilang,” ujarnya.
Pertimbangan lainnya gunakan e-vote, ialah supaya panitia tak kewalahan dalam mendata.
“Mahasiswa FKIP sendiri mencapai kurang lebih 6000 orang, kami panitia takut keteteran,” tambah Ego.
Lanjutnya, e-vote telah dipasang di komputer yang akan diletakkan di bilik Tempat Pemungutan Suara atau TPS. TPS sendiri juga disebar di empat titik. Mulai di pentas seni Pendidikan Jasmani, depan Micro Teaching, Sekretariat Al-Maidan, dan Pendidikan Fisika.
Berkaca Pemira sebelumnya yang gunakan formulir elektronik dari Google, Ego harap Pemira tahun ini berjalan lebih baik. Sebab, di tahun sebelumnya hanya 1000 mahasiswa yang berpartisipasi. Padahal, mahasiswa FKIP berjumlah kurang lebih 6000 orang.
Ego pun pasang target jauh lebih baik dari tahun sebelumnya. Harapnya, mahasiswa FKIP turut riuhkan pesta demokrasi tahun ini.
“Saya berharap Pemira tahun ini dilakukan dengan bersih, tanpa ada suap menyuap,” harapnya mengakhiri.
Penulis: Saufa Yuthika dan Nola Rahma Aulia
Editor: Ellya Syafriani