Paham Investigasi Bersama Fahri Salam

“Investigasi memberikan informasi tentang siapa yang salah dan harus dihukum kepada publik. Untuk itu harus mengumpulkan banyak bukti,” papar Fahri Salam di Kenal Sastrawi VII, Selasa (16/5).

Pemimpin Redaksi Project Multatuli ini bawakan materi investigasi. Kemampuan menulis dan memiliki akses ke narasumber adalah syarat memulai investigasi, jelas Fahri.

Idealnya, sebelum memulai investigasi harus riset dan observasi. Selaras dengan materi sehari sebelumnya, yakni ToR atau Term of Reference.

Dalam menyusun ToR, mulai dari latar belakang. Karena harus menjelaskan urgensi topik yang diangkat. Lalu, fokus yang merujuk pada cara menyampaikan dan posisi topik. Kemudian, riset yang berarti mengumpulkan data. Dilanjutkan dengan menentukan narasumber. Terakhir, output atau karya jurnalistik.

Kembali pada materi investigasi, riset dengan survey atau kuesioner dapat dilakukan jika topik yang diangkat minim data.

“Contohnya menanyakan ke narasumber tentang harapan dari mahasiswa,” ujar mantan editor di Tirto itu.

Misalnya pada liputan lahan, ia katakan jurnalis harus paham kronologis. Serta punya data pendukung seperti dokumen surat tanah, akta perusahaan, dan data perusahaan. Jika tentang pembangunan mangkrak, tentu perlu data keuangan pembangunan guna tahu dananya.

“Untuk liputan kasus pembunuhan bisa menanyakan kronologis kepada yang terlibat dan hasil visum atau autopsi,” tambah Fahri.

Liputan investigasi dibagi jadi dua, yakni straight news dan feature. Straight news berpedoman 5 W+1 H dan feature berdasar plot, karakter, kronologi, setting, dan narasi.

Kata Fahri, pengalaman mampu mendeskripsikan situasi. Menulis karakter dalam feature penting untuk liputan, sebab dapat jadi kendaraan dalam kasus. Jika miliki karakter yang lemah maka cerita akan gagal.

“Tokoh menjadi pintu masuk dalam menceritakan sebuah kasus,” tutur Fahri.

Etika liputan juga perlu dan penting dalam menulis investigasi, salah satunya kejujuran. Transparasi dengan narasumber pun perlu, demi liputan yang faktual dan terpecaya.

Fahri jelaskan bahwa deskripsi perlu dalam menulis, gunanya untuk menggambarkan setiap informasi. Deskripsi memerlukan kutipan atau dialog. Serta pembangunan karakter untuk mendukung cerita.

“Adegan, karakter, konflik harus relevan dengan fokus. Kalau tidak relevan tidak perlu digunakan karena dari data yang diperoleh akan disortir,” tutup Fahri.

 

Penulis: Dinda Rizky Fantri Pasaribu dan Arthania Sinurat

Editor: Najha Nabilla