Pimpinan Komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Kiyai Haji Hisyam atau PK IMM KH Hisyam gelar seminar nasional. Bertempat di kampus utama Universitas Muhammadiyah Riau pada Sabtu (24/6).
Bertajuk Revitalisasi Global dalam Menghadapi Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla), seminar dilangsungkan untuk tingkatkan kesadaran generasi muda dalam menjaga alam dari karhutla.
“Kami menyelenggarakan seminar ini agar teman-teman dapat mengetahui apa saja kewajiban sebagai seorang mahasiswa untuk membantu atau merevitalisasikannya [lahan gambut],” ucap Ketua Umum PK IMM KH Hisyam, Dira Yanti.
Ada dua pemateri yang dihadirkan. Pertama Abdurrahman Saleh anggota Majelis Lingkungan Hidup Wilayah Riau. Lalu Eko Yunanda, selaku Manager Pengorganisasian dan Keadilan Iklim Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Riau.
Abdurrahman banyak jelaskan tentang gambut. Ungkapnya, gambut merupakan bahan organik yang tidak dapat terurai secara sempurna. Kandungan gambut pun lebih banyak memuat bahan organik dibanding mineral.
“Dengan porositas yang rendah, tanah gambut mudah dalam melepas air,” ujarnya.
Lebih lanjut, Abdurrahman katakan lahan gambut berperan dalam mitigasi perubahan iklim. Lahan gambut mampu menyimpan emisi karbon dalam jumlah yang besar.
Tercatat saat ini lahan gambut di Provinsi Riau capai 5,7 juta hektare, atau 55 persen dari luas wilayah Riau. Dengan jumlah ini, diperlukan adanya pemulihan lahan gambut atau yang biasa dikenal dengan restorasi. Gunanya untuk mengembalikan fungsi ekologi lahan. Meliputi pemetaan lahan gambut, pembasahan, penanaman, dan pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal.
Di sisi lain, Eko Yunanda terangkan mengenai penanggulangan Karhutla. Jelasnya, hingga kini karhutla merupakan sumber pencemaran utama di Riau. Apalagi ditambah adanya fenomena El Nino, yang sempat ditandai adanya karhutla di Dumai dan Bengkalis.
“Sejak Januari hingga Mei 2023, lahan terbakar di Riau mencapai 430,46 hektar,” lengkap Eko.
Hal ini tidak terlepas dari banyaknya perusahaan yang diduga melakukan pembukaan lahan dengan cara pembakaran. Sejak 2015 pun, Kepolisian Riau menetapkan 18 perusahaan dalang pembakaran tersebut.
Eko jelaskan pula bahwa manusia sudah seharusnya menjadi ahli waris dan pewaris yang baik. Manusia harus mampu memperluas cara pandang mereka terhadap alam.
“You are Never too Small to Make Difference,” tutup Eko.
Penulis: Desi Angraini
Editor: Fitri Pilami