Lembaga Kantor Berita Nasional atau LKBN ANTARA Biro Riau gelar pelatihan jurnalistik bertajuk Meningkatkan Kemampuan serta Kapasitas Pers Kampus Jelang Pemilu 2024. Pelatihan diadakan di Khas Hotel Pekanbaru, Sabtu (9/12).
Kepala LKBN ANTARA Biro Riau Riski Maruto katakan bahwa pelatihan ini rutin digelar demi berbagi ilmu dengan mahasiswa. Dalam kata sambutannya, ia berharap ilmu yang diberikan dapat diserap dengan baik. Serta diterapkan di kampus atau dunia kerja nantinya.
“Kita ingin berbagi ilmu dalam kegiatan ini dengan menghadirkan pemateri yang mumpuni. Semoga pelatihan ini dapat memberikan manfaat yang luas bagi teman-teman,” tutur Rizki.
Communication Manager Riau Andalan Pulp and Paper atau RAPP, Budi Firmansyah pun ikut menyambut mahasiswa. Kata Budi, pelatihan ini demi meningkatkan kemampuan pers kampus. Juga jadi nilai tambah bagi mahasiswa.
“Seperti yang saya alami, saya juga sempat menjadi kontributor media dan pengalaman itu yang mengantarkan saya berkiprah di bidang komunikasi perusahaan hingga saat ini. Orang yang berada di lingkungan pers lebih mudah beradaptasi di mana saja,” ujar Budi.
Hasan Basri bawa materi Penyuntingan Berita, katanya menyunting berita ialah ilmu wajib bagi pers untuk mengurangi kesalahan dan kekeliruan dalam menulis.
“Menyunting berita perlu dilakukan sebelum mempublikasikan tulisan,” jelas pakar pers itu.
Menurut Ahsan, menyunting bertujuan memperbaiki berita dari sisi redaksional dan substansi. Demi hindari kesalahan huruf, kata, hingga tanda baca. Serta kesalahan kalimat.
Informasi tak boleh salah dalam makna yang disampaikan. Perlu pemeriksaan berulang, demi menghindari informasi salah dan pemborosan kalimat.
Tujuan lain menyunting berita seperti mengubah kalimat jadi lebih jernih, singkat, dan tegas. Kata Ahsan, kalimat harus sesuai dengan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) dan kaidah tata bahasa. Tak boleh gunakan bahasa yang hanya dipahami penulis atau bahasa daerah.
“Sehingga bisa dipahami dengan mudah oleh semua pembaca dan hanya satu penafsiran saja,” tambah Ahsan.
Karya jurnalistik tak boleh menggunakan kalimat yang punya makna ganda.
“Karena karya jurnalistik tidak seperti syair jadi ga bisa kalau pakai makna ganda,” imbuhnya.
Selain memperbaiki kesalahan data, saat menyunting juga mengecek adanya atau tidak pelanggaran Kode Etik Jurnalistik (KEJ).
“Perlunya sering membaca dan berlatih untuk tingkatkan skill menyunting berita.” Tutupnya.
Selepasnya, pelatihan dilanjutkan dengan sesi mentoring. Salah satu mentor, Asripilyadi yakni wartawan ANTARA bawa materi Membuat Berita.
Asri, sapaan akrabnya. Katanya ada perbedaan antara laporan dan berita. Laporan adalah tindakan mengumpulkan dan menyajikan informasi dalam bentuk mentah. Lalu berita adalah laporan yang sudah disusun, serta hasil karya jurnalis.
“Laporan bukan hasil karya jurnalis,” pungkasnya.
Dalam berita harus ada unsur dan nilai berita. Unsur seperti 5W+1H atau ADIK –SIMBA. Yaitu apa, di-mana, kapan, siapa, mengapa, dan bagaimana.
“Itu menjadi kerangka dalam menulis berita,” tambahnya.
Adapun nilai berita yang wajib diterapkan seperti akurat, terbaru, dan dampak. Lalu pengaruh dan penting.
Asri beri tips menulis straight new yakni tulisan yang ditulis secara singkat, lugas dan langsung. Katanya harus berbentuk piramida terbalik. Diawali dengan judul, lead, dan tail.
“Informasi penting diletakkan diawal dan dilanjutkan dengan menjelaskan informasi yang menyertainya. Adanya kesinambungan,” ucap Asri.
Ia tuturkan penulisan judul dimulai dengan tema. Tema itu diperkecil menjadi topik lalu judul. Judul maksimal terdiri 9 kata dan paragraf batasnya 35 kata.
Kata Asri, tulisan berita ANTARA diawali dengan SPOK yakni subjek, predikat, objek, dan keterangan.
“SPOK ini menjadi lead dalam tulisan di ANTARA,” imbuhnya.
Wartawan ANTARA itu pun jelaskan cara menggunakan kutipan. Kutipan langsung itu ditulis sesuai dengan aslinya dan menggunakan tanda petik dua. Sedangkan tak langsung, biasanya menggunakan kalimat sendiri tanpa ubah maknanya.
“Biasanya kutipan langsung diikuti katanya, ucapnya, dan lainnya.”Tutup Asri.
Pelatihan ini diikuti sebanyak 14 mahasiswa dari lima lembaga yang berbeda.
Di antaranya Bahana Mahasiswa dari Universitas Riau, Gagasan dari Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, hingga AKLaMasi dari Universitas Islam Riau. Kemudian Aksara dari Universitas Muhammadiyah Riau, serta Visi dari Universitas Lancang Kuning.
Penulis: Arthania Sinurat, Erwin Hamonangan
Editor: Najha Nabilla