“Kami juga gak tau Garda Syamsuar itu apa. Sama sekali tidak tahu,” kata Anggi Subianto. Ia menjabat Menteri Pendidikan, Seni, dan Olahraga di Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Riau ( BEM UNRI).
Postingan foto yang diunggah Garda Muda Syamsuar pada 14 Desember silam menjadi buah bibir antar mahasiswa UNRI. Garda Syamsuar merupakan akun Facebook pendukung Syamsuar. Postingan itu disertai keterangan segera dikukuhkannya relawan milenial Syamsuar dari 12 kab/ kota di Riau.
Hadir pula berbagai mahasiswa yang aktif kelembagaan UNRI difoto tersebut. Ialah Presiden Mahasiswa UNRI Khoirul Basar dan Ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa UNRI Wawan Rizwanda. Diikuti beberapa menteri dan mantan pengurus BEM serta Arroyan.
Ada Menteri Sekretaris Kabinet Andi Afi, Menteri Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Strategis Muhammad Willy Saputra. Kominfo Muhammad Abdul Pangestu dan Sekretaris Kabinet Zulfadli. Berikutnya Anggi Subianto.
Ali Marzuki eks anggota sosial masyarakat BEM pun ikut serta. Kemudian mantan Ketua Umum UKMI Ar Royyan periode 2021 Andrizal Saputra.
Unggahan foto tersebut menjadi pertanyaan khalayak. Apa yang menjadi motivasi anggota kelembagaan ini untuk hadiri undangan dari tim sukses Syamsuar? Usai terbit rapor merah semasa pemimpinan di BEM, kini tampaknya Basar bergandengan dengan orang dekatnya.
Basar tegas membantah adanya tudingan kalau ia berkoalisi dengan partai. Ujarnya perjumpaan hari itu hanya berdiskusi dan bertukar pengalaman dengan Riki Zaputra, tim sukses sekaligus pembina dari Garda Muda Syamsuar.
“Jumpa dengan beliau untuk ingin tahu bagaimana pengalaman beliau,” ujarnya pada Rabu (20/12).
Pembahasan diskusi ini tentang kampus, persoalan daerah, dan gebrakan untuk Riau ke depannya, kata dia. “Yang namanya diskusi ada banyak hal yang dibahas. Diskusi mengalir dan santai saja.”
Kedekatan Basar dengan Riki masih terbilang baru, kisaran lima hari sebelum perjumpaan hari itu. Pun kata Basar itu pertama kalinya ia tatap muka langsung dengan Riki. Biasanya kirim pesan via WhatsApp. Basar mengaku tidak tahu kalau Riki adalah orang dekat Syamsuar. Termasuk tentang postingan yang ada di Facebook.
“Kita tidak pernah jadi relawan Pak Syamsuar. Jadi ini sangat aneh,” akunya.
Terkait akan dikukuhkannya relawan milenial dari berbagai kabupaten, lagi-lagi Basar menggeleng. Sebab ia dan teman-temannya tidak miliki latar daerah yang sama. Ada yang dari Rokan Hilir, Sumatera Barat, Kepulauan Riau. Sedangkan ia dan Riki sama-sama dari Rokan Hulu.
Menanggapi ini ia pun menghubungi Riki untuk minta kejelasan. Namun tak ada jawaban. Ia berprasangka lantaran saat itu Riki tengah beristirahat.
Selain Basar, Anggi yang juga hadir juga mengaku tak tahu apa-apa. Ia datang penuhi undangan lantaran ajakan dari Basar, di Pisang Kipas Kuantan 2 Caffe. Sosok Riki ia pun baru berjumpa dengannya saat malam itu juga.
Anggi bilang kebingungan, karena fotonya dan teman-temannya telah terposting di akun pendukung Syamsuar. Ia sempat tanyakan dengan teman lainnya yang terlibat, namun jawabannya sama semua. Tidak tahu.
“Saya sendiri mengecam postingan tersebut. Sebab kami tidak ada membahas terkait relawan Syamsuar ataupun Pemilu saat ini,” pungkasnya.
Riki Zaputra pun angkat bicara. Relawan Syamsuar sekaligus Wakil Dekan III Fakultas Pendidikan dan Vokasi Universitas Lancang Kuning ini bilang emang sering gelar diskusi dengan pemuda. Perjumpaan kemarin ia bilang perjumpaan pribadi.
“Masalah menyinggung beliau Caleg itu ga ada, apalagi menyusun gerakan untuk kampanye segala macam itu tidak ada,” kata Riki.
Terkait keterangan di postingan ia bilang ada kesalahpahaman antara ia dan Tim Garda Muda Syamsuar. Ia sampaikan kalau ia dan pihaknya sudah minta maaf adanya kesalahan dari keterangan foto tersebut.
“Itu lah misinformasi (informasi yang keliru), mereka menganggap itu kegiatan rutin pembina,” katanya.
Postingan dengan pose jari telunjuk itu juga timbulkan tanda tanya. Jika dihubungkan, ada kaitan antara pose satu jari dengan Syamsuar yang menjadi Caleg DPR RI Dapil Riau 1. Riki menanggapi hal itu tidak ada hubungannya.
“Gak lah, jauh itu dek, itu beda kegiatannya tu. Kegiatan daerah itu,” paparnya.
Tegasnya mahasiswa yang terlibat dalam diskusi tersebut tidak ada yang dipengaruhi untuk mendukung Caleg. Tidak ada pula perbincangan tentang politik dukung mendukung Caleg.
“Mereka itu bukan bagian dari tim Abang,” paparnya lagi.
Persoalan ini tuai komentar dari berbagai pihak. Muhammad Rafi Mahasiswa dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam pun turut menanggapi. Ia tak mempercayai pertemuan hari itu hanya berdiskusi saja. Foto yang diposting di akun tim sukses itu menurutnya adalah narasi liar.
“Rasanya naiflah kalau misalnya dibilang hanya satu daerah dan sebagainya, sedangkan bukti-bukti yang sudah ada mengarah ke kepentingan,” ujar Rafi.
Tambahnya lagi pergerakan mahasiswa tuturnya tidak jalin kemesraan dengan penguasa.
“Kalau benar, katakan benar. Kalau salah, katakan salah. Karena ini mencederai pergerakan mahasiswa Universitas Riau,” pungkasnya.
Dosen Hukum UNRI Zainul Akmal pun angkat bicara soal ini. Ujarnya hal ini tidak menjadi masalah apabila tidak ada larangan peraturan mahasiswa atau Perma.
“Namun walaupun boleh, kemungkinan akan merusak rasa keadilan kawan-kawan mahasiswa,” akhir Zainul via WhatsApp.
Basar, Wawan, dan Riki sempat membuat vidio klarifikasi. Mengatakan perjumpaan saat itu hanya membahas polemik yang ada di Riau. Akun Garda Muda Syamsuar pun juga mengunggah pernyataan. Kalau perjumpaan saat itu hanya sekedar diskusi, bukan bagian dari tim.
Penulis: Najha Nabilla, Fani Oktafiona, dan Fitri Pilami
Editor: Ellya Syafriani