Pelatihan Bengkel RAKATA: Strategi Kampanye dan Pengorganisiran Komunitas yang Kuat dan Cerdas

Perpohonan hijau yang rimbun didukung dengan udara sejuk di Vila Kayu Putih Alahan Panjang seolah menyetujui para aktivis iklim dan sosial muda lakukan Pelatihan Bengkel RAKATA pada Senin (3/3). Pelatihan ini ditaja oleh AktivAsia berkolaborasi dengan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Padang.

Rubby Emir Pemimpin AktivAsia Indonesia sampaikan nama RAKATA diambil dari nama anak Gunung Krakatau yang terbentuk di tahun 1815. RAKATA juga merupakan singkatan dari stRAtegi KAmpanye dan Pengorganisiran KomuniTAs.

Dihelat selama lima hari, Rubby katakan pelatihan ini bertujuan untuk merancang strategi kampanye yang berani dan pintar, membangun kekuatan dalam pengorganisiran komunitas dengan metode pembelajaran yang eksperiensial dan mempererat keterhubungan.

Hari pertama pembahasan terkait cerita diri. Rubby jelaskan cerita yang kuat muncul dari nilai-nilai yang menggugah emosi dan memotivasi orang untuk bertindak. Melalui penggunaan narasi publik yang sangat efektif akan memobilisasi orang lain untuk melakukan aksi.

Decthree Ranti Putri, Advokat Publik LBH Padang melanjutkan untuk membangun narasi publik dapat dibentuk dengan tiga cerita. Yakni cerita diri, cerita kita, dan cerita sekarang.

Cerita diri berkaitan dengan nilai-nilai yang membentuk diri dalam kehidupan. Kemudian cerita kita yang berisi alasan mengapa komunitas pengorganisiran ada. Setelahnya ada cerita sekarang yang berisi tantangan mendesak yang dihadapi, jelasnya.

Kata Ranti, alur cerita diri dimulai dengan sebuah tantangan tidak terduga yang dialami tokoh, lalu tokoh membuat pilihan, dan menghasilkan sebuah hasil hingga ada pesan moral.

“Cerita diri berisi pengalaman, nilai-nilai yang membentuk diri saat ini, di mana alurnya yakni tantangan, pilihan, dan hasil,” ucapnya.

Materi selanjutnya terkait Negara, Pasar, dan Masyarakat Sipil. Calvin Nanda Permana selaku Fasilitator AktivAsia Katakan negara ialah organisasi yang mengontrol negara itu sendiri sesuai jalurnya. Pasar ialah tempat terjadinya transaksi jual beli. Sedangkan masyarakat sipil adalah orang yang mengetahui haknya dan terorganisir.

“Tapi dia [masyarakat sipil] pasif jika tidak bertindak,” ucapnya.

Lanjutnya, masyarakat sipil memiliki kekuatan di bawah negara dan pasar. Hal ini karena kepentingan masyarakat dikuasai oleh dua hal tersebut.

Rubby tambahkan menurut teori yang dikemukakan oleh Benjamin Tood Jealous, dalam demokrasi ada dua jenis kekuasaan yakni rakyat dan uang yang terorganisir. Uang yang terorganisir hanya akan menang ketika rakyat tidak terorganisir.

Menurutnya saat ini negara sudah dikuasai konsumen. Ini menciptakan Echo Chamber atau ruang gema di mana seseorang hanya mau mendengarkan sesuatu yang sepemikiran sehingga memperteguh sikap mereka.

“Perlunya mendengarkan apa yang mereka paham [masyarakat] bukan yang kita paham,” tegasnya.

Hari menunjukkan pukul 19.30, materi selanjutnya ialah Pertemuan Relasional. Rara Zahra dan Ranti yang merupakan Fasilitator AktivAsia berikan contoh pertemuan relasional yang baik. Mereka katakan pertemuan relasional adalah sebuah seni yang direncanakan, berbatas waktu, dua arah, dan ada maksud yang ingin disampaikan. Juga terkait cerita apa yang mendorong seseorang untuk melakukan pertemuan dan memperhatikan 80% telinga, mata, badan, dan 20% mulut.

“Ini terkait saling bertanya, menanggapi, dan mendengarkan,” jelas Ranti.

Rara tambahkan pertemuan relasional ini bertujuan untuk memahami motivasi seseorang berorganisasi dan perannya di dalam organisasi tersebut. Hingga akhirnya dapat bekerja sama dalam suatu proyek di kemudian hari.

Rubby melanjutkan pola relasi dalam gerakan sosial terbentuk karena ada kesamaan nilai. Terbentuknya kepercayaan untuk capai suatu kepentingan bersama. Maka strateginya adalah bagaimana mengubah sumber daya yang dimiliki menjadi kekuatan atau kekuasaan untuk mencapai perubahan.

“Strategi tanpa taktik adalah rute paling lambat untuk menang. Taktik tanpa strategi adalah kegaduhan sebelum kekalahan,” ucapnya.

Hari kedua pembahasan terkait metode pengorganisiran yang efektif dengan 4M. Yakni menjalin, melebur atau menyatu, membangun, dan menjembatani. Menjalin ialah membangun hubungan dan kepercayaan. Melebur atau menyatu berkaitan dengan melakukan aksi bersama. Membangun ialah menciptakan bentuk pengorganisiran yang stabil dan memperluas lingkaran partisipasi sipil. Sedangkan menjembatani adalah membangun aliansi, koalisi dan kemitraan lokal global.

“Metode ini telah membentuk kerja-kerja kami sebagai pendidik dan praktisi untuk pengembangan komunitas, namun kami mendorong Anda untuk mencari metode lainnya dan menemukan metode Anda sendiri,” pungkas Rubby.

Tety Sianipar selaku CO Founder Kerjabilitas jadi pemateri selanjutnya. Ia bahas cara membangun strategi kampanye dan pengorganisiran dengan metode seperti membangun rumah. Dimulai dengan menganalisis masalah dan menentukan isu strategis. Memetakan spektrum kawan – lawan, pemetaan kekuasaan, dan analisis situasional.

Selanjutnya, melakukan perencanaan dengan memetakan tujuan dan membuat peta jalan. Kemudian membuat taktik.

Rubby yang juga Founder Kerjabilitas melanjutkan memilih isu kampanye harus dirasakan secara meluas dan mendalam, strategis, dan bisa dimenangkan.

“Mengecek apakah ada solusi dan memberikan gambaran solusi, tuntut pemerintah untuk mencari solusi,” ucapnya.

Lanjutnya, kampanye strategis berjangka 6-12 bulan. Ini menjadi langkah pertama yang penting untuk menghitung peluang menang. Rubby katakan perlu mencoba banyak hal karena kapasitas yang terbatas, perlu cari akar permasalahannya.

“Kata-kata yang saya sukai ialah jika kamu memberikan saya ikan kamu hanya mampu menghidupi saya satu hari tapi jika kamu mengajarkan saya memancing mau masalah apapun yang dihadapi saya bisa menghidupinya,” harunya.

Sesi selanjutnya yakni membahas spektrum kawan-lawan dan pemetaan kekuasaan. Rubby katakan alat ini bertujuan mengungkap taktik  yang direncanakan untuk menarik sekutu ataupun tidak satu arah ke kiri dan menilai perlu melakukan eksplorasi dan mobilisasi.

Rara Zahra Fasilitator AktivAsia tambahkan spektrum kawan lawan terdiri dari kawan aktif, kawan pasif, netral, lawan pasif, dan lawan aktif. Jelasnya perbedaan kawan aktif dan kawan pasif terletak pada keaktifannya. Kawan pasif mendukung kampanye namun tidak melakukan apapun sedangkan kawan aktif mendukung dan membantu kampanye.

Lain hal dengan lawan aktif dan pasif yang sebaliknya. Ialah orang yang tidak sepakat dengan kampanye kita. Sedangkan netral ialah kelompok yang tidak medukung dan juga tidak menentang.

“Selalu petakan di mana Anda dulu dan tentunya dibutuhkan banyak peran,” ucapnya.

Lanjutnya, untuk pemetaan kekuasaan dapat menggunakan peta kekuasaan. Ialah sebuah alat untuk mengindentifikasi di mana sekutu, target, lawan, dan konstituen terlibat dalam kampanye dan tingkat pengaruh relatif mereka.

Rara pun tunjukkan alat dari peta kekuasaan ini. Adapun ujung spektrum kiri adalah orang yang menentang tujuan yang diinginkan. Sedangkan ujung kanan ialah orang-orang yang mendukung tujuan dengan sangat kuat. Tambahnya, kekuasaan atau kemampuan menciptakan perubahan dibagi menjadi tiga. Ialah kekuasaan atas, kekuasaan bersama, dan kekuasaan dari dalam.

Kekuasaan atas ialah kekuatan yang didominasi. Kekuasaan bersama adalah kekuatan kerjasama. Terakhir, kekuasaan dari dalam adalah menyadari, mengembangkan, dan kekuatan pribadi untuk bertindak.

“Target sekunder tidak punya pengaruh namun kekuatan gerakan sosial adalah sumber daya terbarukan dan tidak terbatas,” jelas Rara.

Pahmi Attaptazani yang juga merupakan Fasilitator AktivAsia jadi pembahas selanjutnya. Bawakan terkait tujuan dan peta jalan kampanye. Ia katakan peta jalan adalah batu loncatan untuk capai tujuan.

Kata Pahmi rumus menentukan tujuan kampanye ialah pada tahun X, sasaran Y, melakukan Z. Sasarannya adalah orang bukan instansi yang dapat memberikan apa yang diinginkan. Tujuan pun harus SMART ialah Spesifik, Measurable, Achievable, Realistic, Timely. Pahmi ujar tujuan kampanye harus spesifik, terukur, dapat dicapai, realistis, dan berjangka.

“Rumus ini berlaku pada kampanye advokasi dan tidak berlaku untuk kampanye yang mengarah pada peningkatan kesadaran atau komunikasi lainnya,” ucapnya.

Kemudian Pahmi sampaikan terkait peta jalan, katanya peta jalan adalah batu loncatan untuk capai tujuan. Tambahnya, untuk membuat peta jalan harus dimulai dari atas, hal ini bertujuan untuk melupakan batasan yang ada. Adapun tiga strategi kampanye ialah ubah sistemnya, ubah narasi, dan bangun kekuatan rakyat.

“Kampanye kita bergerak dalam sistem yang kompleks, perencanaan kita bisa adaptif. Kita mau tanamkan energi kepada orang-orang bahwa kita bisa menang,” harapnya.

Masuk hari ketiga pembahasannya ialah topologi taktik yang dibawakan oleh Tety. Tety jelaskan perbedaan dari strategi dan taktik, strategi ialah rencana yang mengarahkan kepada tujuan sedangkan taktik adalah alat bagaimana strategi dijalankan untuk mendapat hasil yang terukur.

Ada enam tipologi taktik. Ialah dalam bentuk perlawanan sehari-hari, protes politik konvesional, protes atau persuasi, pembangkangan massal secara non-kooperatif. Selanjutnya aksi-aksi nirkekerasan yang mengganggu, lalu menciptakan model alternatif yang adil, damai, dan berkelanjutan.

Tety sampaikan enam tipologi taktik ini sangat efektif untuk ciptakan masyarakat baru tanpa kekerasan. Ia lanjutkan ada tiga cara memilih taktik. Yakni mendorong pencapaian tujuan, memperkuat pengorganisiran, dan mengembangkan kapasitas individu.

Masuk hari keempat ada tiga sesi materi. Pertama pembahasan terkait pilar-pilar pendukung kekuasaan. Rubby katakan suatu rezim atau status quo ditopang oleh pilar-pilar di mana pilar-pilar ini adalah institusi dan kelompok masyarakat. Institusi ini ialah militer, sekolah, pemerintahan, bisnis, agama, dan media.

Rubby katakan tujuan konsep pilar pendukung ini berguna bagi para aktivis untuk mengindentifikasi pilar pendukung target yang berkuasa dan menetralisir pilar-pilar penyangga tersebut sehingga fondasi yang menopang runtuh.

“Kalau kita punya kampanye maka letakkan penopang pilar-pilar tersebut,” ucapnya.

Pembahasan dilanjutkan oleh Calvin. Juru Kampanye LBH Padang ini jelaskan sumber kekuasaan ialah wewenang, sumber daya manusia, keterampilan dan pengetahuan, sumber daya material, faktor tidak berwujud dan sanksi.

Sesi dilanjutkan dengan perkenalan alat untuk menentukan target audiens yaitu psikografis. Rubby katakan psikografis atau segmentasi adalah cara untuk mengkonversi target menjadi pendukung kampanye. Adapun psikografis terbagi menjadi demografi dan psikografi.

Demografi terdiri dari usia, jenis kelamin, pekerjaan, etnis, geolokasi, tingkat pendidikan, dan agama. Sedangkan psikografi mencakup karakteristik kepribadian, gaya hidup, kelas sosial, kebiasaan, keyakinan, perilaku, dan minat.

“Letak perbedaan demografi dan psikografis ialah demografi menjelaskan siapa audiens Anda sedangkan psikografi menjelaskan alasan mereka ingin terlibat dalam kampanye,” jelasnya.

Sesi terakhir ialah cara membuat pesan inti. Tety katakan pesan inti yang menarik harus mendukung tujuan kampanye, singkat, sederhana, menarik, konkret dan berorientasi pada tindakan serta fleksibel.

“Perlu menggunakan tagline atau slogan,” ucapnya.

Diperkenalkan pula dengan kerangka pesan kunci dalam kampanye. Tety katakan pesan kunci ini terdiri dari masalah  yang didukung oleh fakta, poin-poin penting, pembuktian, dan statistik. Lalu ada pesan pendukung 1 yang berisi solusi, pesan pendukung 2 yang berisi narasi, dan pesan pendukung 3 yang berisi ajakan bertindak. Terakhir pesan inti.

“Pesan inti ini berbentuk seperti rumah,” ucap Tety.

Lanjutnya, pesan inti bertujuan membantu menyajikan informasi yang konsisten, akurat, dan menarik. Ini juga dapat memotivasi seseorang untuk bertindak.

Muhammad Jalali Juru Kampanye LBH Padang dan juga peserta katakan pelatihan Bengkel RAKATA ini sangat bagus dan menyenangkan.

“Metode pelatihannya tidak hanya satu arah, namun melibatkan peserta untuk aktif disetiap sesi. Pokoknya setiap materi yang disampaikan fasilitator daging semua,” pungkasnya.

Ada juga Desy Debora V. R. Sianturi dari Perempuan Hari Ini, menurutnya pelatihan ini tumbuhkan kembali dasar dan esensi sebuah perjuangan dengan menggunakan strategi dan taktik yang tepat. Bertemu dengan peserta dari berbagai daerah di Sumatra membuatnya temukan kesamaan peran dan tujuan mencapai keadilan juga melahirkan penggagas dan penggerak baru yang dapat bertumbuh di setiap daerah.

“Hal yang tidak kalah penting adalah kesadaran membangun ruang aman dan inklusi pada kegiatan selama pelatihan, agar cita-cita pergerakan dapat diraih bersama,” tutupnya.

Penulis: Arthania Sinurat

Editor: Fitri Pilami