“Dari awal aku terjun ke dunia seni itu gak pernah ada ‘oh harus jadi ini, jadi itu’ jadi what ever you do you take the risk,” ujar lelaki itu jelaskan kegigihannya menjalani usaha.
Lelaki kelahiran 1996 ini bernama lengkap Rahmat Eko Prabowo. Ia adalah seorang costum maker atau pembuat costume dan play (cosplay) yang menyerupai karakter fiksi semacam manga, anime, atau film favorit.
Bukan ujug-ujug, pria yang akrab disapa Bowo ini terinspirasi untuk membangun bisnisnya berawal dari hadirnya ia dalam lomba coswalk, lomba modeling dengan para peserta yang mengenakan kostum dari karakter fiksi. Hal itu berlangsung pada 2012, bertepatan di Mall Ciputra Jalan Riau.
Kehadirannya hari itu menimbulkan rasa penasaran bagi Bowo. Ia pun berkeinginan untuk mencoba dan juga tampil dalam acara coswalk. Satu hal yang menarik perhatiannya adalah kostum-kostum yang dikenakan para peserta. Ia berkutat untuk memelajari hal itu.
Alumni Universitas Negeri Padang ini pun giat menekuni banyak hal baru dan teknik-teknik pemaduan kostum. Di kegiatan coswalk, Bowo berkesempatan bertemu dengan cosplayer ternama yang mengubah hidupnya. Keterlibatannya dalam lomba modelling ini tak hanya pada tingkat nasional, ia bahkan juga maju dalam kancah internasional.
Keahliannya dalam pembuatan kostum semakin melihai. Sejalan juga dengan penampilannya di panggung. Ia mulai ukir kemenangan atas prestasinya. Salah satunya menorehkan peringkat ke-3 dalam ajang bergengsi di POPCON ASIA 2017. Merupakan ajang festival terkemuka di Indonesia untuk konten terkait industri kreatif.
Dengan pencapaian ini, Bowo dapat membuktikan bahwa dengan ketekunan, dedikasi, dan dukungan dari orang-orang terdekat bahwa mimpi besar bisa jadi kenyataan.
Otak-atik jemari Bowo memainkan seni kostum ini sudah ada sejak dini. Saat duduk di bangku sekolah dasar, Bowo miliki hobi membuat kerajinan dari kertas. Hingga di bangku sekolah menengah atas, Bowo pertama kali melihat kostum cosplay. Ia pun mencoba mengubah bahan kerajinan kostum dari papercraft jadi menggunakan busa.
“Dari kertas itu mungkin harus punya beberapa pattern [pola], sedangkan dari busa tinggal 2 pattern dan di tekan-tekan,” jelas Bowo.
Untuk menguatkan minatnya ini, Bowo bergabung dalam grup Facebook dan berkenalan dengan sesama penggemar crafting. Ialah kegiatan mengkreasikan berbagai benda seperti kertas, kain, barang bekas dan lainnya.
Kemudian secara otodidak ia mulai mempelajari cara membuat kostum dari busa. Meskipun membutuhkan waktu satu tahun untuk beradaptasi dari menggunakan kertas ke busa, Bowo gigih mengatasi tantangan tersebut.
Pada awalnya membuat kostum hanyalah sebuah hobi bagi Bowo. Ia tidak pernah menganggapnya sebagai sumber penghasilan. Namun pada 2014, Bowo menerima pesanan kostum pertama. Mirisnya adalah pesanan penipuan.
Meskipun mengalami kondisi sulit, dukungan teguh dari orang tuanya untuk tidak menyerah dan terus maju membuat Bowo bertekad melanjutkan usahanya.
Ia terus mengasah keterampilannya dalam pembuatan kostum dan akhirnya memperoleh kepercayaan diri serta reputasi yang baik di kalangan penggemar crafting.
Lelaki kelahiran Pekanbaru ini awalnya memfokuskan diri pada pembuatan armor (zirah). Tetapi seiring berjalannya waktu terbentuklah tim cosplay Bowo yakni Tsukiyo. Ia mulai memperluas cakupan produksinya dengan menciptakan kostum-kostum berbahan dasar kain.
Pesanannya mulai datang dari luar negeri. Bowo menyadari bahwa pelanggan dari luar Indonesia cenderung lebih terbuka untuk bernegosiasi.
Saat ini harga kostum produksi Bowo mulai dari kisaran 400 Dollar US atau Rp 6.357.000. Mayoritas pesanannya berasal dari Amerika Serikat. Meskipun sering kali mendapat komentar yang kurang menyenangkan, Bowo tidak ambil pusing.
“Lebih baik menutup telinga terhadap kata-kata negatif dan membuktikan kemampuan serta potensi melalui tindakan nyata,” tutupnya.
Penulis: Melvina Yunisca
Editor: Arthania Sinurat