Protes UKT UNRI, Hasilkan Penurunan Golongan

Kelompok massa aksi Universitas Riau (UNRI) gelar unjuk rasa di depan Gedung Rektorat Universitas Riau (UNRI) pada Selasa (14/5). Membawa tuntutan untuk Rektor UNRI mencabut putusan terkait Uang Kuliah Tunggal (UKT) 2024. Dan mengembalikannya pada peraturan sebelumnya.

Massa lebih dulu lakukan penjemputan tiap fakultas tepat pukul 09.55 oleh Badan Eksekutif Mahasiswa atau BEM UNRI.  Kemudian tiba depan Gedung Rektorat pukul 10.35.

Koordinator lapangan Rialdy buka unjuk rasa dengan orasinya dari atas mobil komando. Ia bilang penetapan IPI tak sesuai dengan nurani, ditambah adanya pelaporan kriminalisasi di lingkungan UNRI. Merupakan bentuk pembungkaman.

“Hari ini kita sama-sama menyampaikan aspirasi kita akan kenaikan uang Iuran Pengembangan Institusi [IPI],” katanya bersemangat.

Ia desak supaya Rektor UNRI Sri Indarti hadir di tengah massa, jika tidak maka massa akan masuk secara paksa ke Gedung Rektorat. Orasi pun berganti dengan para pemimpin dari tiap fakultas. Dengan desakan dan tuntutan yang serupa, menyoal UKT.

Gubernur Mahasiswa (Gubma) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Muhammad Rivaldo lebih dulu. Ia naik ke panggung mobil dan mengambil alih. “Hari ini kita datang ke gedung rektorat menandakan kita masih peduli terhadap adik-adik kita. Kami bergerak tidak dari kiri atau kanan, kami bergerak dari nurani sebagai Mahasiswa Universitas Riau,” ucapnya

Beralih ke Gubma Fakultas Pertanian Brian Bima Sanda juga menyampaikan keresahannya. “Kami kecewa, ini bentuk kekecewaan kami semua. Atas kebijakan yang ditetapkan Ibunda yang tidak peduli dengan Mahasiswa UNRI, yang tidak berdiskusi dengan mahasiswanya. Hari ini kita hadir dan tidak terima dengan keputusan Rektor UNRI,” serunya menggelora.

Rialdy kemudian menyerukan keinginan untuk menghadirkan Rektor UNRI di depan semua massa aksi. Terpantau pukul 11.13 masa tampak mulai ricuh, sedikit demi sedikit mereka maju mendekati Gedung Rektorat. “Satu komando, satu perjuangan. Reformasi!”

Tak lama dari itu, pimpinan UNRI satu persatu keluar menemui para massa pada pukul 11.18. Sri Indarti belum munculkan diri saat itu, ia masih berada di Gedung Serba Guna M. Diah melangsungkan sosialisasi.

Orasi kian berlanjut, digulir ke para perwakilan tiap fakultas. Beberapa kali barisan tampak ribut dan ricuh yang kemudian kembali tenang setelah di bawah perintah Rialdy. Hal tersebut terulang beberapa kali.

Hingga Presiden Mahasiswa Muhammad Ravi mendapati giliran untuk bersuara. “Hari ini kita turun, tetapi ada yang naik kawan-kawan,” katanya menyinggung UKT.

Tak lama kemudian, Sri Indarti menampakkan batang hidungnya. Ia menjumpai aksi dan naik ke atas mobil komando pada 12.09.  Jelasnya, penetapan IPI di UNRI telah sesuai dengan peraturan yang berlaku.

“Saya umumkan bahwa golongan UKT tidak sampai 12, hasil rapat bersama para dekan,” ujarnya lagi.

Hujan tampak mengguyur halaman rektorat, membasahi para massa. Namun tidak menyuruti rasa semangat.

Orang nomor satu di UNRI itu pun umumkan golongan UKT, dengan tertinggi adalah golongan sembilan. Ia bacakan golongan tiap fakultas.

Golongan UKT 7 ada beberapa fakultas. Ialah oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Pertanian, Fakultas Teknik, Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Alam.

Kemudian UKT golongan 5 didapati Fakultas Hukum, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keperawatan, dan Fakultas Perikanan. Ada juga oleh Diploma.

Kemudian golongan UKT tertinggi, 9 diduduki Fakultas Kedokteran.

Usainya Sri Indarti masuk dalam gedung, ia bilang akan shalat. Wakil Rektor Bidang Akademik Mexsasai Indra menggantikannya. Yang menuai protes dari mahasiswa.

“Sama saja,” ujar Mexsasai.

Ia bilang pukul 2 nanti akan ada pihak yang datang untuk memberikan beasiswa. Hal ini tidak dipedulikan oleh massa.

Ia juga katakan, terkait IPI akan ada peninjauan untuk revisi. “Akan ada peninjauan revisi, kalau tidak percaya catat nomor saya,” tegasnya.

Tambahnya pengusulan peninjauan besaran UKT yang mulanya dari tanggal 13-16 Mei, dimintai perpanjangan sampai 20 Mei. Dievaluasi dengan berbagai persyaratan. Akan ada ruang kembali untuk peninjauan apabila sampai tanggal 16 belum ada revisi.

Sederhananya, prinsip keadilan yang digunakan dalam pengukuran UKT, orang-orang yang berada pada kelas atas perekonomiannya, akan mendapati golongan tinggi. Disertai adanya ruang untuk peninjauan UKT, apabila adanya kesalahan data pemberian golongan.

Ia bilang mengenai kebijakan UKT itu tak bisa dicabut, akan berdampak dengan proses belajar di UNRI. “Negara ini punya aturan,” jelasnya.

Salah satu mahasiswa tanyakan jaminan dari pimpinan atas kelayakan fasilitas kampus. “Bisa, bisa jamin kita,” katanya.

Aksi demo ini menghasilkan kesepakatan antara Pimpinan UNRI dengan kelembagaan, sebagai berikut:

  1. Penerapan UKT dan IPI tidak mencabut peraturan yang ada, karena ini berkaitan dengan surat kementerian atau surat dirjen, tetapi menerapkan kelompok UKT sesuai dengan Rapat DPH yang dilakukan pada 13 Mei 2024 dan disepakati sampai dengan maksimal dengan UKT 7, kecuali Fakultas kedokteran dan Keperawatan. Jika masih ada terdapat keberatan dari calon mahasiswa atau orang tua maka boleh kembali mengajukan keberatan tersebut dan kita akan verifikasi ulang.
  2. Rektor menjamin kebebasan untuk menyampaikan pendapat sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
  3. Rektor siap melakukan perbaikan sistem digitalisasi UKT pada web pendaftaran ulang.
  4. Rektor akan transparan dalam penentuan nominal UKT.

Salah satu massa Rafif bilang hadiri demonstrasi ini ingin memperjuangkan hak mahasiswa. Khususnya calon mahasiswa baru 2024. “Ikut demo karena murni saya peduli dengan mahasiswa baru angkatan 2024,” ungkapnya.

Rialdy bilang ada kecurigaan penyusup masuk dalam aksi ini. Sebab ada yang tidak menggunakan almamater. Ia juga katakan aksi mulai tidak kondusif saat polisi datang.

Terkait isu demo fiktif, Rialdy tegaskan bahwa aksi ini murni ingin membantu mahasiswa baru terkait nominal UKT yang tinggi. “Saya berani menjamin atas tindakan yang saya lakukan hari ini adalah hasil konsolidasi bersama kawan-kawan. Tidak ada namanya aksi fiktif atau aksi yang di-setting,” akhirnya

Penulis: Fitriana Anggraini, Melvina Yunisca, dan Sakina Wirda Tuljannah

Editor: Ellya Syafriani