Tak lengkap rasanya menyambangi Siak, Riau, tanpa menjejakkan kaki di ikon wisatanya yang termasyhur: Istana Asserayah Hasyimiah atau Istana Matahari Timur. Terletak di Sri Indrapura, Kampung Dalam, kabupaten ini menjadi saksi bisu kejayaan melayu di masa lalu.
Istana megah tersebut dulunya menjadi pusat kebudayaan dan pemerintahan, menyimpan beragam peninggalan bersejarah yang menambah pesona bangunan. Bahana Mahasiswa memilih membawa rombongan Kenal Sastrawi untuk menyusuri jejak-jejak sejarah di cagar budaya nan agung ini.
Serombongan muda-mudi mengantre di pagar masuk Istana Siak, pada sabtu siang (21/09). Pagar dengan tinggi kurang lebih satu meter membatasi istana warna kuning keemasan itu dengan jalanan.
Memasuki halaman Istana Siak, kita disambut tanaman yang dibentuk layaknya pagar. Pagar ini memiliki tata letak simetris. Hadir pula jalur setapak yang terbuat dari batu beton yang mengarah ke berbagai sudut taman memberikan kesan tropis. Melangkah lebih jauh ke dalam, sebuah tiang bendera yang menjulang tinggi di depan istana.
Memasuki gedung, seorang pemandu penyambut rombongan, namanya Amrin. Hadir dengan berpakaian adat ala Melayu, Amrin ramah menyambut rombongan. Menurut pengakuannya, dirinya sudah memiliki pengalaman 10 tahun sebagai pemandu. Sehingga dirinya telah hafal setiap inci bagian Istana Siak.
Satu persatu ruangan ia masuki. Setiap kali berhenti pada suatu tempat, Amrin akan menjelaskan kepada rombongan berbagai sejarah dan fakta sebagaimana pemandu museum.
Ruangan pertama adalah Balai Kerapatan. Ruangan ini menjadi tempat bersejarah untuk pertemuan penting. Letaknya tidak jauh dari Istana Siak. Uniknya di dalam istana Siak ini terdapat ruangan yang memisahkan antara ruangan laki laki dan perempuan.
Setiap sudut ruangan memancarkan nuansa sejarah, mulai dari ornamen yang menghiasi dinding hingga cermin besar yang memantulkan cahaya, menciptakan atmosfer yang hangat. Di dalamnya, pengunjung dapat menemukan artefak berharga. Seperti alat musik komet yang masih berfungsi. Konon katanya hanya ada dua komet yang tersisa di dunia. Salah satunya berada di Siak. Komet adalah alat musik yang cara kerjanya mirip dengan gramofon.
Amrin menjelaskan salah satu peninggalan yang menarik lainnya, sarang lebah. Masyarakat setempat memanfaatkannya menjadi lilin sebagai sumber penerangan. Pembuktian dari kecerdasan dan kearifan lokal dalam memanfaatkan sumber daya alam.
Motif zigzag yang terkenal sebagai siku pluwang dan bunga bertabur pada berbagai ornamen menunjukkan pengaruh desain Eropa yang telah Sultan pelajari selama masa perjalanannya. Meski berhadapan dengan penjajahan, Sultan Syarif Kasim II tidak hanya mampu mempertahankan kekuasaannya, tetapi juga berhasil mengusir penjajah dari wilayahnya.
Pengunjung sering kali terpesona dengan keunikan bangunan ini. Ruang-ruang dalam istana, yang dulunya berfungsi sebagai tempat pertemuan dan ruang tunggu, kini menyimpan kenangan dan tradisi. Termasuk makanan khas seperti roti jala dan kue kasida yang selalu hadir dalam setiap perayaan.
Meskipun beberapa ruangan tidak diperkenankan untuk dimasuki demi menjaga koleksi berharga, keindahan istana tetap dapat dinikmati. Patung-patung yang menghiasi istana, seperti anjing dan rusa. Mereka hadir bukan sekadar sebagai ornamen. Tetapi simbol reflektif dari perjuangan melawan penjajahan, menggambarkan karakteristik masyarakat yang berani dan tak tergoyahkan.
Selain itu, terdapat patung anjing yang memiliki makna mendalam, anjing itu dikiaskan dengan penjajah —sebuah sindiran terhadap sifat dan perilaku penjajah yang tidak disukai oleh pihak kesultanan. Tak hanya anjing, patung kelinci atau burung yang terdapat di bagian atas dinding bangunan ini juga memiliki makna, yakni seumpama penduduk yang tertekan. Peribahasanya ’’seolah-olah menolong anjing yang sedap terjepit’’. Serta juga terdapat patung rusa, rusa ini umpama sama seperti kecerdikan seekor rusa.
Saksi Bisu Kejayaan Kesultanan Siak dan Warisan Sultan Syarif Kasim II
Istana Siak hadir dengan perpaduan arsitektur bergaya Eropa, Timur Tengah, dan Melayu. Bangunan ini menjadi saksi bisu perjalanan panjang Kesultanan Siak. Terutama pada kepemimpinan Sultan Syarif Kasim II.
Sultan Syarif Kasim II ini merupakan sultan terakhir dari kesultanan Siak. Karena Sultan Syarif tidak mempunyai keturunan. Ia memulai masa pemerintahannya dari tahun 1915- 1945.
Semasa hidupnya, ia pernah menjadi penasehat pribadi Presiden Republik Indonesia, Soekarno. Ia menikah dengan Putri Kerajaan Tanjung Pura, Sumatera Utara yakni Tengku Agung Syarifah Latifah yang namanya diabadikan sebagai nama Jembatan Siak.
Namanya juga abadi menjadi sebuah nama bandara yakni Bandara Sultan Syarif Kasim II, yang terletak di Pekanbaru, Riau. Asal kata II (Dua) dalam nama Sultan Syarif Kasim II karena berdasarkan silsilahnya terdapat dua nama yang sama. Yang mana kakeknya Sultan Syarif Kasim II bernama Sultan Syarif Kasim I dan Ayah Sultan Syarif Kasim II Bernama Hasyim.
Selama pemerintahan kerajaan Siak berjalan terdapat 12 sultan, Sultan Syarif Kasim ini merupakan sultan yang kesembilan. Namun, untuk keturunan Sultan Syarif Kasim II berhenti di sultan ini karena sultan Syarif Kasim II tidak mempunyai keturunan. Tetapi untuk Sultan generasi penerus selanjutnya terus ada hingga sekarang.
Kata Mereka Tentang Istana Siak
Salah satu pengunjung Istana Siak, Patrisa Debora. Ia katakan program P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) menjadi alasannya mengunjungi situs cagar budaya ini. Patrisa bersama teman-temannya nanti akan mempresentasikan dari kunjungannya itu.
’’Ditugaskan untuk survey, untuk mencari tahu dan mengamati sejarah-sejarah di Istana Siak,’’ tutur siswi SMAN 1 Pinggir itu.
Dari kalangan muda hingga usia senja, Sutradiani turut hadir. Seorang ibu asal Medan yang membawa serta keluarganya, menyusuri jejak sejarah di tempat ini, seakan ingin merasakan kembali denyut masa lampau yang terpatri di setiap sudut bangunan.
’’ Bawa anak, bawa mantu, bawa cucu,’’ kelakarnya.
Melihat dari daftar hadir pada buku tamu, pengunjung yang mampir Istana Siak selalu puluhan bahkan ratusan orang jika dalam hari libur setiap harinya.
Saat ini, Istana Siak ini sedang melakukan restorasi. Restorasi mengembalikan bentuk dasar bangunan seperti pengecatan ulang. Yang mana cat dari Istana ini udah mulai terkelupas. Rencananya pengecatan ulang akan mulai pada akhir tahun 2024 yakni pengecatan bagian luar dan dalam bangunan.
Penulis: Puput Savitri
Editor : Afrila Yobi