Yang tersisa dalam ingatan saya. Pada masa SKK Bahana Mahasiswa terbit hanya ada satu koran yang terbit di Riau, yaitu SKM Genta. Genta waktu itu dipimpin Ridha K Liamsi, dengan kru handal seperti dengan Hassan Yunus, Syafrial Syamsuddin, Syafruddin Saleh dan lainnya.
Namun di Riau yang banyak adalah koresponden koran Nasional dan lokal. Sebut saja Harian Kompas, Sinar Harapan, Suara Karya, Majalah Tempo, dan LKBN ANTARA. Ada pula koresponden koran lokal di Sumatera seperti SKH Haluan Padang, SKH Semangat Padang, SKH Singgalang, sementara di Medan ada SKH Waspada, SKH Bersenjata, SKH Analisa. Di Bandung pula ada SKH Pikiran Rakyat dan lainya.
Surat kabar kampus waktu itu di Indonesia terkenal dengan nama “Salemba”, yang awalnya diterbitkan oleh Dewan Mahasiswa UI dan “Kompas Mahasiswa”, jurnal karya ilmiah. Di Semarang juga ada Alquran “Nuansa”. Di Yogya ada “Gelora Mahasiswa”, ada “Dedaktika”.
Dari terbitan di atas, koran kampus Salemba paling ditunggu, karena kritis dan kontroversial terhadap situasi sosial dan politik Indonesia waktu itu. “Salemba” berkibar pada tahun 70 dan 80 an.
Salemba menggunakan sumber berita kuat untuk pemberitaan yang sangat ditakuti oleh “Orde Baru”. Terbitnya terbatas dan sembunyi-sembunyi. Tapi isinya padat dengan “kritikan” terhadap pemerintah “orde baru”.
Surat Kabar (Kampus) Bulanan Bahana Mahasiswa
Pembicaraan untuk menerbitkan Pers kampus sudah dimulai pada pertengahan tahun 1982. Beberapa kali rapat pimpinan universitas, fakultas dan aktivis kampus. Dengan modal sumber daya “penulis” yang kuat di kampus dan Riau – akhirnya menyepakati penerbitan koran kampus.
Setelah rapat menyetujui publikasi, nama dan pengurusan, lalu Rektor menerbitkan Surat Keputusan Nomor 368/PT 22/0.82 pada tanggal 9 September 1982, tentang Penerbitan Surat Kabar Kampus Mahasiswa Unri serta struktur dan personalianya. Pada penetapan 1 (satu) dari SK tersebut tertulis nama pers kampus ini “Bahan Mahasiswa”.
Nama “Bahana Mahasiswa” adalah usulan dari Rektor kala itu, sementara “logo” Bahana Mahasiswa pertama menggunakan “huruf logos” yang dirangkai Ridar Hendri.

Seminggu kemudian SK tersebut dijadikan lampirkan untuk meminta izin terbit dari Departemen Penerangan RI di Jakarta dengan Nomor surat 6067/PT.22/0/2982, pada tanggal 14 September 1982. Kepada Departemen Penerangan RI untuk mendapatkan Surat Tanda Terdaftar (STT).
Semenjak SK pengurusan terbit segala persiapan dilakukan, namun hampir enam bulan tidak ada kabar. Akhir Rektor mengutus KAMI. Tinambunan, Wakil Pemred Bahana ke Jakarta untuk mengurusnya. Akhirnya STT berhasil keluar dan dibawa langsung Pekanbaru Tinambunan dengan Nomor 1013/SK/Dirjen PPG/STT/1983, pada tanggal 30 Mei 1983.

Penunjukkan Fakhrunnas MA Jabbar sebagai Pemred waktu itu adalah usulan rapat tokoh mahasiswa dengan pimpinan universitas dan fakultas waktu itu. Karena orangnya “sudah jadi” dan siap untuk urusan tulis menulis.
Kepengurusan “Fakhrunnas” berakhir pada tahun 1985.Tetapi sebelum itu Fakhrunnas sempat membentuk pengurusan transisi sampai tahun 1986 dengan mengeluarkan pengurus yang sudah tamat ditambah dengan anggota baru yang sudah “dimasak” di redaksi oleh Bina Kader. Salah seorangnya saya.
Selanjutnya Fakhrunnas menggantikan Bahtiar untuk periode 1987-1989. Bahtiar cs adalah sebagai generasi kedua, namun waktu itu Fakhrunnas masih menjadi pembina atas permintaan PR III Unri, Anwar Syair.
Pada masa Bahtiar, Bahana tidak hanya mengangkat isu di kampus tetapi isu di luar kampus. Dengan harapan dapat menarik perhatian pembaca luar kampus. Para kru dipersiapkan dengan pelatihan dengan sumber nasional.
Ciri-ciri Khas Pengurus Bahana Mahasiswa Angkatan Pertama
Pelindung/penasehat, Rektor; Pimpinan Umum/ Penjab, PR III: Pemred Mahasiswa, Fakhrunnas MA Jabbar Tiga orang sudah jurnalis; Lima orang sudah jadi Penulis; Empat sastrawan; Aktivitas kampus lainnya, yang mewakili semua fakultas, ada dari senat mahasiswa dan sejenisnya.
Ada yang aktif sejak SK keluar tapi ada yang pernah sama sekali. Yang aktif untuk sekali terbit WE. Tinambunan. Aktif sampai akhir SK, Fakhrunnas, Said Suhil, Azwin Ayub, Ridhar Hendri, Yusmar Yusuf, Nyat Kadir, Al Azhar, Dasri, Edward Darlis, Hasanuddin Lubis, Jufrizal, Retno Indriyanti.

SKK Bahana Mahasiswa pertama kali terbit pada 17 Juli 1983, dengan tiras 5000 eksemplar dan 16 halaman dalam format Tabloid. Dicetak di PT. Budi Indah dengan kertas HVS, 60 gram.
Jadi, meskipun pendirian secara kelembagaan dimulai tahun 1982, edisi pertama koran kampus ini baru beredar pada Juli 1983. Banyaknya halaman karena sekalian pengumuman hasil tes masuk Universitas Riau tahun 1983. Dibagikan gratis bagi mahasiswa, ada pula pula umum yang membeli karena mau melihat hasil Sipenmaru.
Penerbitan pertama sampai ketiga dibiayai oleh Universitas Riau, tapi pada terbitan keempat mencoba mencetak untuk dijual dengan harga Rp 250 per koran. Seingat saya upahnya hanya tiga ribu, tapi sampai terbitan keempat tekor. Karena tak laku semua, sehingga bertumpuk di kantor. Karena kekurangan dana maka koran terpaksa “dikilokan” di pasar. Ingat yang “tega” ke pasar adalah Mafirion, Helmi dan M. Rasyid.
Pada terbitan selanjutnya diusulkan memakai dana Potma (Persatuan Orang Tua Mahasiswa). Dana ini bersumber dari pelajar yang membayar secara bersamaan dengan pembayaran SPP.
Usulan ini menurut Fakhrunnas MA Jabbar tak berjalan mulus. Karena pada waktu itu (Rapat dengan PR III, 13 Agustus 1985) jumlah mahasiswa sebanyak 5.210 orang. Dana yang tersedia tiap bulan per siswa hanya tiga ribu per tahun. Sedangkan koran harus dicetak tiap bulan, biayanya lima ribu lebih. Maka pada bulan selanjutnya jumlahnya dikurangi. Pernah hanya dicetak 3000 eksemplar. Akhirnya kekurangan dana diperoleh melalui iklan dan penjualan di koperasi mahasiswa dan di pasar.
Setelah itu Rektor kembali gerah karena sudah diberi biaya “isi terbitan” selalu menghujat Universitas Riau sendiri. Akhirnya akhirnya semua naskah berita yang akan dipublikasikan dikirim ke Rektor, melalui PR III untuk persetujuan.
Pernah terjadi peristiwa lucu, sampai TTS (Teka-Teki Silang) juga dikirim. Hal ini membuat Pembantu Rektor (PR) III jadi selusin, akhirnya hanya sampai edisi 9. Selanjutnya dipercayakan pada Pemred.
Karena sebagian besar pengurus aktivis yang bukan “hobi” menulis dan ada pula yang sudah mau tamat, termasuk Pemred, maka kondisi menjadi kritis. Penerimaan kru baru harus dilakukan. Setelah mendapatkan orangnya – pengurusan Bahana Mahasiswa diubah dalam kotak redaksi. Saya sendiri menjabat jabatan aneh “Bina Kader” tetapi di Kartu persnya tertulis Wakil Pemimpin Redaksi. Pada masa ini kader yang direkrut dibina mentor masing-masing.
Rekrutmen ini ada yang terbuka dan tertutup atau kebijakan dari pemred dan atas persetujuan PR III.
Sebelum generasi kedua ada generasi transisi, dimana Fakhrunnas MA Jabbar masih Pemred, yaitu periode 1985-1986. Wakil Pemred dijabat Ridar Hendri. Redaktur Pelaksana Taufik Ikram Jamil dan Retno Indriyani. Sidang Redaksi ada Kazzaini Ks, Izarnan, Zairin Satiar. Reporter ada Supritati, Said Ardillah, Maisir, Joni R. Dualides Simanjuntak. Sekretaris Redaksi, Bahtiar. Bendahara, Netty Herawati, sementara Sirkulasi ada Helmi Burman dan Tanza Erlambang.
Pada generasi kedua Bahana dipimpin (Pemred) Bahtiar (1986-1989). Pada periode ini banyak kader baru yang direkrut. Yang kemudian menjadi generasi ketiga. Antara lain Abu Bakar Siddik, T. Zulmizan, Adrizas, Yohanes Indra, Devid Putra, Zulkifli Ali, Riva Muzamri, Sutrianto, Edhar Darlis, Yusuf, Purwanto S, Magdalen, Suryatri, Yanti, Kurniasih Eko Risti.
Generasi ketika dipimpin Abu Bakar Siddiq (1989-1990). Masa yang sangat pendek. Pada masa ini ada pemberitaan yang tak enak dibaca oleh Kadit Sosial Politik Riau, Rektor Unri, dan Pembantunya. Berita itu “Budaya Melayu di Jalan Persimpangan”. Berita ini dianggap mengganggu stabilitas nasional ketika itu.
Setelah dipanggil Rektor dan PR III Unri, Abu Bakar Siddiq sebagai Pemred dan T. Zulmizan sebagai sekretaris redaksi diberhentikan dengan SK Rektor Nomor 147/PT22.H/0/1990 pada 11 April 1990. Sekaligus mengangkat struktur dan personalia baru. Sebagai Pemred Riva Muzamri sedangkan T. Zulmizan masih ada dalam SK pada reporter dan penggantinya Zulkifli Ali, sementara awak yang lain masih dipakai, cuma posisinya yang berubah.
Generasi keempat T. Zulmizan dan generasi kelima Kurniasih Eko Risti dan seterusnya. Generasi ini dan seterusnya tidak saya ikuti lagi. Maaf.
Beberapa terbitan dalam bentuk majalah pernah saya terima. Katanya mulai terbit pada tahun 2000 di samping tabloid. Bahana juga ada menerbitkan beberapa buku dan buku tertua “Kenalkan saya wartawan Bahana”. Naskah aslinya masih saya simpan. Sedangkan buku yang lain masih dalam pendataan.
Di antara dokumen yang saya miliki STT. SK Generasi pertama, ketiga dan keempat, serta dokumen sekretariat. Bahana terbitan pertama dan keenam pernah saya jilid tapi hilang di tangan “peminjam” yang tak amanah.
Pesan saya, budaya menulis dari dapur redaksi penting, karena itu adalah jejak sejarah. Generasi boleh berganti, tapi budaya menulis tak pernah berhenti. Berhenti menulis berarti mati. Tulislah sebelum mati.
Selepas generasi ini saya hanya mengikuti samar-samar, tapi saya lihat Bahana masih “suka” mengangkat isu dalam kampus. “Kurang” menggunakan sumber kampus sebagai isu-isu lokal, nasional dan internasional.
Daftar Pustaka
Fakhrunnas MA Jabbar, Said Suhil Achmad, dan Ridar Hendri. (1985). Kenalkan Saya Wartawan Bahana. Kota Pekanbaru. Tidak dipublikasikan.
Made Ali, dkk. (2010). Secuil Kisah 26 Alumni Bahana. Kota Pekanbaru. Penerbit Bahana Press.
Moeslim Rusli, dkk. (2005). Menerobos Mitos, seabad pers di Riau, Dari Raja Ali Kelana hingga Reformasi. Kota Pekanbaru. Penerbit PWI Cabang Riau, Grup Riau Pos dan PT. Caltex Pasifik Indonesia.
Penulis: Said Suhil Achmad, Redaktur Senior Surat Kabar Genta.id (Alumni BM)