Rumah Kreatif Suku Seni Riau kembali menaja Festival Sastra Melayu Riau (FSMR) 2025. Bawa tema Bertanya Kata Kepada Mantra yang berlangsung di Riau Creative Hub pada Sabtu, 18 Oktober 2025.
Lakon dramaturgis Pot Pot Pot besutan Sutardji Calzoum Bachri membuka rangkaian festival. Pada FSMR 2025 terdapat pelbagai kegiatan seperti Pelatihan Alih Wahana Puisi Mantra ke Seni Rupa, Pelatihan Alih Wahana Puisi Mantra ke Seni Pertunjukan, Lomba Baca Puisi Mantra, dan Sastrawan Riau Berhimpun.
Direktur FSMR, Marhalim Zaini mengatakan Suku Seni Riau telah menggelar festival sebanyak tiga kali. Festival sastra menjadi sebuah pertemuan guna penggasan pengembangan sastra. “FSMR ditaja guna memajukan dunia sastra di Riau,” ujarnya
Alih wahana menjadi fokus dalam kegiatan, yakni kerja kreatif lintas bidang. Contohnya adaptasi dari sastra ke tari, sastra ke film, maupun sastra ke musik. Agar masyarakat tertarik dengan sastra melalui bidang seni yang berbeda. “Sastra bukan karya yang populer di masyarakat,” ucap pria kelahiran Bengkalis itu.
Menyoal pemilihan tema Puisi Mantra, kata Marhalim mantra dalam masyarakat tradisional diartikan sebagai perbincangan dengan sesuatu yang tak terlihat. Bahasa mantra ialah bahasa yang paling khusus, tidak baku, tidak umum, dan sulit dipahami. Pelopor tipe puisi ini adalah Ibrahim Sattah dan Sutardji Calzoum Bachri. “Mantra sebagai induk dari sastra yang sebenarnya,” jelas alumnus Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
Marhalim berharap festival ini dapat terselenggarakan setiap tahun. Melihat antusias masyarakat sangat besar. “Semoga bermanfaat bagi masyarakat,” tutupnya.
Kepala Balai Bahasa Provinsi Riau, Umi Kulsum menyatakan Riau termasuk provinsi dengan pertumbuhan publikasi sastra tertinggi di Indonesia dengan persentase 86,66 persen. Menjadi bukti sastrawan dan komunitas sastra sangat aktif menerbitkan karya. “Ini sangat membanggakan,” ucapnya.
Kendati demikian, tingkat literasi di Riau masih tergolong rendah. Umi berharap indeks kesastraan dapat meningkat seiringnya banyaknya publikasi karya oleh sastrawan.
Sastrawan Riau, Fakhrunnas MA Jabbar turut hadir dalam FSMR 2025. Menurutnya festival ini adalah kegiatan yang luar biasa. Ia selalu mendukung komunitas yang menggelar kegiatan sastra. Terlebih acara dapat diupayakan dengan mendapatkan sponsor.
Suku Seni Riau menjadi lembaga pertama yang mendapatkan dana dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan atau Kemendikbud. Acara yang mereka taja kerap melibatkan banyak sastrawan untuk berhimpun. “Semoga banyak komunitas sastra lain di Riau yang bisa mendapatkan dana [sponsor] untuk membuat kegiatan,” ujarnya.
Mahasiswa Universitas Lancang Kuning, Dina berbagi pengalamannya. Baginya, kegiatan ini sangat bermakna. Sebagai anak Fakultas Ilmu Budaya, Dina melihat di era sekarang banyak anak muda yang sudah ketinggalan dengan perkembangan sastra. Ia tahu kegiatan ini dari dosennya. “Ini bermanfaat bagi saya, semoga literasi anak muda sekarang dapat meningkat dan lebih mengenal budaya,” harapnya.
Pewarta: Fitriana Anggraini
Penyunting: Najha Nabilla