“Kalian sudah milih belum? Kalau belum, pilih dulu baru ke lapangan,†ujar Agus Sulastio.
Agus merupakan dosen atletik di Jurusan Pendidikan Olahraga (Pendor) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Riau (UNRI).
Beberapa mahasiswa yang disuruh kemudian masuk ke ruang pemilihan. Rabu (2/5) merupakan hari pemilihan Calon Presiden dan Wakil Presiden Mahasiswa UNRI. Tempat pemilihan dilangsungkan di 12 titik, salah satu lokasi pemilihan ialah TPS Rumbai. Mahasiswa yang lakukan pemilihan di TPS ini adalah mahasiswa Pendor.
Pemilihan yang dilakukan di aula Pendor ini dibuka pukul sembilan tepat. Hadir empat orang Panitia Pemilihan Raya Fakultas (PPRF), dua orang Panitia Pengawas (Panwas), dan satu orang teknisi. Dari kedua Pasangan Calon, hanya sakasi nomor urut dua yang hadir.
Mahasiswa yang hendak memilih harus membawa Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) dan menunjukkan ke PPRF di meja registrasi. Ada dua kali pengecekan data, manual dan melalui laptop. Barulah pemilih diperkenankan gunakan hak suaranya. Dua laptop berjejer ditutupi kardus bertuliskan Komisi Pemilihan Umum (KPU) jadi tempat pemilihan.
Dari 707 mahasiswa Pendor yang tercatat sebagai Daftar Pemilih Tetap (DPT) hanya 186 saja yang gunakan hak pilihnya.
Marta, anggota PPRF yang bertugas di TPS Rumbai cerita, mahasiswa yang memilih tidak terlalu banyak. “Kemungkinan karena tidak ada jadwal kuliah atau sedang praktik.â€
Niko, teknisi yang bertugas menjaga alat sampaikan bahwa Pemira kali ini aman. Menurutnya, sistim yang digunakan sekarang lebih baik karena walaupun terjadi padam listrik data akan tetap terjaga. “Karena data selalu dibackup,†ujarnya.
Ia juga cerita, perbedaan sistim e-vote tahun ini dengan beberapa tahun sebelumnya terletak pada software yang digunakan. Jika tahun sebelum-sebelumnya gunakan software dari luar, sekarang software yang digunakan berasal dari Kelompok Studi Linux (KSL) UNRI.
Tak ada kendala berarti selama pemilihan, hanya ada beberapa mahasiswa yang tak bawa KTM atau alat pengenal lain. “Mereka bilang tak bawa KTM, portal juga lupa password. Jadi bingung mau memilih bagaimana,†ujar Marta.
Pemilihan kemudian ditutup tepat pukul tiga sore. Penutupan ini sudah otomatis karena sistim yang menjadwalkan kapan harus ditutup dan dibuka. “Kalau mau diperpanjang bisa saja, tapi semua panitia sepakat untuk ditutup jadinya tetap ditutup,†imbuh Niko.
Ketika watu pemilihan sudah ditutup, beberapa mahasiswa datang hendak memilih. Namun urung karena telah melewati batas waktu pemilihan.
Sekitar pukul setengah empat sore, panitia kemudian membuka hasil suara di TPS Rumbai. Dari 707 DPT, hanya 186 orang yang memilih. Perolehan suara nomor urut satu sebanyak 21 suara atau 11,29 persen, dan nomor urut dua 165 suara atau 88,71 persen.
Yeli, mahasiswa Pendor 2016 berharap siapa pun yang terpilih dapat menjalankan tugas dengan baik. Ia juga ingin mahasiswa Pendor tidak dikesampingkan. Menurutnya selama ini pendistribusian informasi kepada mahasiswa Pendor lambat. “Misalnya ada informasi, kami selalu dapat sudah dekat dengan batas waktunya. Berbeda dengan yang kuliah di Kampus Panam,†tambahnya.
Tak hanya itu, ia juga berharap sarana dan prasarana yang tidak layak dapat diperbaiki.
Penulis: Rizky Ramadhan