Sekumpulan mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Riau yang berfokus pada Aeromodelling ini mempersiapkan pesawatnya dari Juli lalu. Aeromodelling berarti suatu kegiatan yang mempergunakan sarana miniatur (model) pesawat terbang.

Selama satu minggu, tim melakukan keseluruhan pembuatan miniatur pesawat tersebut. “Mulai dari desain, merancang body,  pemasangan dan penyetingan,” ucap Habif Abdul Aziz, selaku ketua tim.

Setiap harinya dilakukan pengecekan, sebelum pengujian terbang. Pengecekan baterai, center of gravity  dan putaran motor.

Kamto Prayetno, anggota tim Serindit Aero mengatakan, telah delapan kali gagal bahkan pesawatnya hancur dalam latihan. “Jika hancur, dimulai bikin baru lagi,” ujar Kamto.

Desain pesawat ini berawal dari kreasi sendiri. Merujuk kepada banyak referensi dan terus mencoba sampai menemukan hasil yang pas.

Nantinya, Tim Serindit Aero akan mengikuti Kontes Robot Terbang Indonesia. Kontes diadakan di Universitas Teknokrat Lampung. Kontes ini diadakan pada lima hingga sepuluh November.

Ada dua miniatur pesawat yang disiapkan untuk tahap seleksi.

Seleksi pertama dilakukan pada dua puluh Agustus untuk pengumpulan dokumen dan proposal yang berspesifikasi, model dan analisa teknis pesawat.

Dalam tahap ini, Serindit Aero mengirim dua bidang lomba, Racing Plane dan Fixed Wings. Namun, gagal pada bidang Racing Plane untuk lanjut ketahap seleksi selanjutnya. Yaitu, pengumpulan dokumen laporan progres dalam bentuk video dan proposal pada delapan Oktober.

Dalam kontes tersebut, terdapat empat bidang. Racing Plane dengan penilaian kecepatan di track,  Fixed Wings dengan monitoring  dan pemetaan, kemudian Vertical Take Off dan Landing atau memindahkan benda, terakhir Technology Development yakni mengembangkan wahana tanpa awak.

Dua pesawat Serindit Aero yang ikut dalam lomba memiliki ukuran bentang 2150 milimeter, panjang 150 sentimeter dan berat 4,75 kilogram sesuai dengan regulasi yang ada.

Dengan adanya daya baterai 27.000 mAh yang dapat bertahan 35 menit, pesawat dapat terbang mencapai ketinggian 150 meter.

Tak hanya itu, pesawat juga dibekali dua kamera untuk foto dan video. Ini dirancang khusus untuk mengikuti lomba Fixed Wings.

Kejernihan dan kualitas menjadi penilaian dalam kontes. Pesawat harus mampu memetakan lokasi seluas 1,5 km x 1,5 km dalam bentuk video durasi 40 menit dan 300 foto yang nantinya akan digabungkan menjadi peta. Di arena lomba, diletakkan sebuah drum yang berwarna orange. Pesawat yang dapat menemukan drum tersebut akan diberi nilai tambahan.

Cepat atau lambat pengolahan foto serta mulusnya landing dan takeoff juga jadi penilaian.

Agar tidak mengganggu jalur penerbangan, nantinya ada batasan dalam bidang Fixed Wings. Ketinggian maksimal pesawat 150 meter. Sistem navigasi telemetri dengan daya tidak boleh lebih satu watt supaya tidak terjadi intervensi gelombang frekuensi.

Selain itu, kedua sayap juga harus dilengkapi lampu LED agar kelihatan ketika terbang dan baling-baling pesawat tidak boleh berbahan logam.

Pembentukan dan kerapian pesawat juga dinilai. Tiap tim memiliki bentuk dan desain pesawat yang berbeda-beda.

Ide pembuatan pesawat oleh tim Serindit Aero datang dari mahasiswa. Dosen pembimbing hanya mengarahkan dan menentukan spesifikasi alat-alat elektronik dengan mempertimbangkan harga dan lainnya.

“Untuk dana saat ini kami sedang dalam kesulitan, terutama dalam pembuatan armada, tapi disiasati dosen dibarengi dengan tugas akhir mahasiswa,” tambah Hanif. Pendanaan juga ditambah dari swadaya dosen dan mahasiswa.

Pesawat berbahan fiber glass dan streofoam ini menghabiskan empat juta rupiah persatu pesawat saja. “Untuk keseluruhan menghabiskan sekitar 60 juta rupiah,” tambah Hanif.

Hanif berharap, fakultas dan rektorat memberi perhatian lebih terhadap timnya. Selama ini, jurusan yang banyak membantu. Sedang rektorat hanya membantu pada keberangkatan timnya saja.

Saat ini Serindit Aero bekerja sama dengan PLN Wilayah Riau dan Kepulauan Riau atau WRKR untuk jadi sponsor. Tidak ada patokan alokasi dana yang spesifik dari PLN. Saat ini ada berkisar 15 juta rupiah untuk riset, pembuatan dan pengembangan pesawat.

Fasilitas yang diberikan Serindit Aero dengan memasang logo PLN pesawat, baju dan  video profil. Nantinya Serindit Aero juga akan membuat video pemetaan kantor PLN pusat yang akan tampil di google maps serta akan membuat video profil khusus untuk PLN.

Kendala lainnya belum ada ruangan khusus untuk dilakukannya pengembangan pesawat. “Sekarang kita lagi numpang di ruangan dosen yang lagi kuliah S3 dan sekarang dia tidak ada disini,” tutur Hanif.

 

Reporter: Haby Frisco

Editor: Ambar Alyanada