“Masa bodoh bukan berarti acuh tak acuh, masa bodoh berarti nyaman saat menjadi berbeda.”
Ini adalah kutipan paling saya suka dalam buku Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat. Mark Manson, seorang blogger ternama meluncurkan buku pertamanya. “The Subtle Art Of Not Giving A Fuck,’’ yang diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia pada tahun ini—sebuah pendekatan yang waras demi menjalani hidup yang lebih baik.
Buku ini mencolok dengan sampul berwarna orange dan judul dengan huruf kapital yang mendominasi seluruh sampul. Termasuk kedalam daftar best seller The New York Times dan Washington Post, Ia diterbitkan oleh Grasindo ke dalam Bahasa Indonesia pada 2018.
Dengan tebal 246 halaman, buku ini dibuat dengan mengumpulkan tulisan-tulisan Manson di blog pribadinya. Ia terdiri dari sembilan bab dengan banyak kisah di dalamnya.
Dimulai dari kisah Bukowski. Seorang penulis novel laris dan pencipta ratusan puisi populer. Namun, siapa sangka bahwa dulunya Bukowski seorang yang menghabiskan watu dengan mabuk-mabukan dan berjudi?
Bukowski terlihat bagai seorang yang tidak mudah menyerah.
Karyanya berkali-kali ditolak oleh penulis namun ia terus mencoba. Terlihat kontras dengan batu nisannya yang bertuliskan “Jangan berusaha”. bahkan saat kesuksesan diraihnya, ia masih berlaku kasar, masih seperti Bukowski yang dahulu, yang sebelum sukses.
Melalui kisah Bukowski, Manson hendak mengajak pembaca untuk menjadi diri sendiri. Jangan terobsesi dengan hal-hal positif yang bahkan sangat mustahil untuk diwujudkan.
Selanjutnya Manson mengajak bertanggung jawab.Menerima tanggung jawab merupakan cara untuk menghadapinya. Itu sangat penting, karena menyalahkan oranglain hanya akan melukai diri sendiri.
Namun terkadang, menyelesaikan satu tanggung jawab malah mendatangkan masalah lainnya. Misal membayar tagihan gym. Ini justru membuat tanggung jawab baru, harus bangun pagi dan mandi keringat saat olahraga.
Tak mengapa, kebahagiaan sesungguhnya memang harus menyelesaikan tanggung jawab.
Manson juga mengatakan, masalah yang kita hadapi mungkin juga dihadapi oleh jutaan orang dahulu, sekarang atau esok. Terlebih dengan adanya internet dan sosial media. Jangan mengeluh di sosial media hanya karena masalah dan minta diistimewakan. Anda tidak istimewa.
Dengan penegasan ketidakistimewaan kita dari Manson, sebenarnya dia hendak membawa pembaca untuk mengapresiasi pengalaman sederhana dari hidup. Katanya, dengan menghargai pengalaman masing-masing membuat emosional menjadi lebih baik.
Manson juga tidak melupakan bahwa manusia selalu dihadapkandengan pilihan. Katanya, meskipun menyakitkan, membuat suatu pilihan adalah cara terbaik untuk membawa kepedulian kita ketempat yang layak. Artinya, sudah menjadi sifat alami manusia untuk peduli. Namun, jangan menjadi stres jika terlalu banyak peduli. Caranya, pilihlah sesuatu yang nantinya kita akan mencurahkan kepedulian kepadanya.
Tidak lupa, Manson juga memasukkan motivasi di dalam buku.
Terkadang, kita hanya fokus pada titik yang disukai. Padahal, kata Manson, inilah yang menjadi penghambat. Kita harus mencoba segala hal, lalu gagal. Nantinya, kegagalan itu yang akan mendorong untuk terus maju dan sukses.
Hidup adalah tentang melakukan segala sesuatu agar bisa mengetahuinya.
Namun, dengan mencoba segala sesuatu, kita juga harus belajar untuk berkata tidak.
Penolakan adalah keahlian yang penting dan krusial. Tidak ada seorangpun yang ingin terjebak dengan hal yang tidak disukai.
Komitmen itu penting. Komitmen memberi kebebasan karena perhatian kita tidak teralihkan pada hal yang tidak penting. Komitmen membantu menolak hal yang tidak sesuai. Inilah yang dibutuhkan.
Terakhir, Manson mengingatkan pembaca akan kematian.
Dia mengisahkan dengan seorang teman yang bernama Josh meninggal. Teman akrab Josh mengalami depresi atas kematian Josh. Ini yang menjadikan titik balik untuk berubah. Teman akrab Josh mulai belajar dengan benar atau sekedar berolahraga untuk kebugaran tubuh.
Kematian membuat takut. Tapi matilah yang memberi makna hidup. Untuk sebuah buku dengan genre psikologi, ia cukup menyadarkan pembaca bahwa kehidupan tidak baik-baik saja.
Gaya bahasa Manson yang santai membuat pembaca seolah hanya sedang bernarasi. Bukan sedang diceramahi. Tersaji pula berbagai kisah inspiratif yang membuat pembaca percaya pada nasehat-nasehat yang diberikan Manson. Berbagai kisah nyata yang dipaparkannya terasa lebih hidup.
Namun, Manson harusnya lebih hati-hati dalam memaparkan kisah.
Banyak sekali kisah yang menjadi contoh. Sehingga bisa membuat pembaca bosan dan tidak mengingat. Dari satu cerita dan beralih ke cerita lain memerlukan fokus yang ekstra untuk paham. Sebabnya, banyak nama yang Manson sebutkan dalam kisahnya. Bagi pembaca yang cepat bosan dan sulit fokus, ini akan sangat berbahaya sekali.
Faktanya, kita sering terjebak dalam lingkaran setan. Memaksa diri untuk melakukan hal diluar kemampuan. Memaksa diri untuk berfikir yang seharusnya tidak kita fikirkan. Sebaliknya, kita harus bersikap bodo amat. Bersikap bodo amat justru menghasilkan hal yang positif.
Bersikap bodo amat bukan berarti tidak peduli terhadap apapun. Bersikap bodo amat, ahh mari bersikap bodo amat.
Judul : Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat
Translate : The Subtle Art Of Not Giving A Fuck
Penulis : Mark Manson
Penerbit : Grasindo
Tahun terbit : 2018
Tebal : 246 halaman
Penulis: Reva Dina Asri
Editor: Wilingga