Pusat Konseling Sebagai Layanan Membantu Mahasiswa Menyelesaikan Masalah

Laboratorium Bimbingan Konseling (BK) saat ini menjadi tempat Pusat Konseling Mahasiswa. Tepatnya disamping sekretariat Himpunan Mahasiswa Bimbingan Konseling (Himabikons) yang berada di gedung E Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP).

Pusat Konseling merupakan sebuah kegiatan yang ditaja oleh Himabikons untuk membantu mahasiswa menyelesaikan masalahnya.

Program ini tersedia untuk dua jenis bimbingan, yaitu individu dan kelompok.

“Bedanya konsultasi kelompok biasanya untuk mahasiswa yang bermasalah secara kelompok misalnya kelas,” sahut Ariyuda selaku Bupati Mahasiswa Himabikons.

Kegiatan ini sudah ada sejak tahun 2016 dibawah naungan dosen Program Studi BK UNRI. Dibuka pula untuk seluruh mahasiswa UNRI.

Mahasiswa yang ingin berkonsultasi bisa menghubungi Fiqa Sasqia Putri selaku Kordinator. Nantinya, antara Fika dan mahasiswa akan menentukan jadwal bertemu di laboraturium BK.

Laboratorium ini terdiri dari tiga bilik dan satu ruang tengah. Dua bilik tersedia untuk bimbingan individu dan satu bilik untuk bimbingan kelompok.

Sedangkan, ruang tengan dijadikan ruang diskusi yang dilengkapi meja besar dengan beberapa kursi. Dindingnya dipenuhi pajangan struktur kepengurusan laboratorium dan asas-asas BK.

“Konsultasi kami bekerja sesuai asas-asas bimbingan konseling, terutama kerahasiaan. Sebab itulah di setiap ruang konsultasi selalu kami pajang,” kata Ariyuda.

Ada dua belas asas yang selalu dijalankan dalam setiap bimbingan yaitu Sukarela, Rahasia, Keterbukaan, Kegiatan, Kemandirian, Kekinian, Kedinamisan, Keterpaduan, Keharmonisan, Keahlian, Alih Tangan Kasus dan Tut Wuri Handayani.

“Asas-asas ini yang menjadi bekal bagi mahasiswa yang bertindak sebagai konselor saat bimbingan,” kata Ariyuda.

Begitu pula di ruang konsultasi individu, selain pajangan sertifikat ada pula ditempel asas-asas BK tersebut.

Kemudian, ada juga dua kursi berhadapan lengkap dengan meja. Di atas meja ada bunga dan minuman mineral kemasan gelas. Di pojok ruangan terdapat lemari kaca berisi buku-buku tentang bimbingan konseling.

“Salah satu (di dalam lemari kaca) ada AUM atau Alat Ungkap Masalah,” kata Fika.

AUM biasa digunakan jika mahasiswa sulit untuk menyatakan langsung masalah yang ia miliki. Maka konselor akan memberikan AUM agar diisi untuk dianalisis mengenai masalahnya.

Kemudian ada ruang konsultasi kelompok yang mirip dengan ruang konseling individu hanya saja kursi di dalamnya lebih banyak. Meski tersedia ruangan, biasanya bimbingan kelompok kerap diadakan di luar. Seperti di Taman Rektorat UNRI yang pada Minggu lalu diadakan.

Bimbingan kelompok dilakukan untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi oleh banyak orang.

Resva, Mahasiswa Pendidikan Bahasa Jepang misalnya. Ia sempat mengikuti Bimbingan Kelompok bersama teman-temannya.

Saat itu mereka berdiskusi mengenai masalah Prokrastinasi, yaitu istilah untuk orang yang suka menunda pekerjaan. Rata-rata, masalah yang mereka hadapi ditularkan oleh lingkungannya.

Ada juga yang mengaku tidak pandai memanfaatkan waktu dengan baik. Hasilnya, pekerjaan tersebut akan mendapat hasil yang tidak maksimal.

“Bimbingan kelompok ini seru, dapat bertemu dan belajar menyelesaikan masalah dan menambah wawasan,” kata Resva.

Meskipun telah disediakan akses untuk konseling,  Ariyuda mengaku belum banyak mahasiswa yang datang untuk berkonsultasi.

“Ada banyak alasan, salah satunya ada stigma negatif bagi mahasiswa saat konsultasi yaitu dianggap terganggu jiwanya,”

Konseling masih dianggap tabu bagi beberapa orang. Sebab itu Fika selalu memberitahukan aturan atau asas asas yang berlaku saat konsultasi.

“Masalah yang kamu hadapi akan saya rahasiakan, jikapun saya tidak sanggup membantu nantinya saya akan arahkan ke dosen dengan persetujuan kamu,” begitu ucap Fika dalam mengawali konsultasi.

Selain itu, banyak pula mahasiswa yang belum mengetahui lokasi dan adanya pusat konseling ini.

Sebagai informasi tambahan, jika hendak berkosultasi kamu dapat menghubungi Fika di nomor 081277859953.

 

Reporter: Reva Dina Asri

Editor: Ambar Alyanada