Ikatan Keluarga Alumni Universitas Riau (IKA UNRI) Cabang Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) bekerja sama dengan UNRI dalam pengembangan sumber daya manusia dan kewirausahaan. Ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman pada seminar bertajuk Alumni Pulang Kampus di Gedung PKM UNRI Gobah, Sabtu (30/3).

Djonieri jelaskan, kerja sama dilakukan atas kepedulian alumni untuk berkontribusi lebih baik bagi almamater. Seperti jadi mentor, inkubator bisnis serta kerja sama yang berkelanjutan. Direncanakan juga ada pemagangan untuk mahasiswa UNRI.

“Kita akan membuat program kerja yang berkesinambungan, hingga banyak kesempatan dan peluang yang didapat oleh UNRI.”

Ia harapkan mahasiswa UNRI tidak repot mencari tempat magang. Mereka bisa magang di perusahaan yang ada alumni di dalamnya.

Program terdekat yang direncanakan, Wan Muhammad Hasyim, Ketua Asosiasi Masyarakat Ritel Indonesia (AMRI) akan datang langsung memberi pengarahan bagaimana berwirausaha. Lalu adakan kuliah umum.

Setelah penandatanganan kerja sama, Setri Yasra, alumni yang sekarang Wakil Pemimpin Redaksi Majalah Tempo memandu jalannya talkshow. Ia tanyakan apa yang menjadi catatan sebagai modal untuk bersaing di dunia kerja setelah lulus kelak.

Beberapa alumni UNRI jadi pembicara dalam seminar ini.

Menurut Rahmad Hidayat, kreatif saja tak cukup. Begitupun dengan modal, tak harus banyak. Tapi yang tak kalah penting yaitu mekanisme social entrepreneur.

Selaras dengan tema Knowledge Sharing and Talkshow, ia katakan bahwa dalam pekerjaan harus butuh knowledge dan smart creative. Saat ini Rahmad Hidayat menjabat Director Human Capital PT Krakatau Steel Indonesia.

Daryadi Tambusai selaku Senior Account Manager Indonesia Oilfield Service Baker Huges Company berikan trik untuk meningkatkan daya saing. Yakni attitude, berusaha keras, tak putus asa, berani keluar dari zona nyaman dan kerja di berbagai bidang. Disamping itu, softskill bahasa Inggris sangat penting apalagi untuk masuk perusahaan Internasional.

“Keberhasilan adalah titik pertemuan antara persiapan dan kesempatan,” ujar Darma P. Oktafiandi, ia Budget Head Triputra Agro Persada (TAP Group).

Menurutnya, mahasiswa harusnya punya visi kedepan, hingga ada planning dan tujuan. Hampir semua sarjana pendidikan tinggi kuliah hanya untuk mendapatkan gelar. Selain itu, lingkungan dan pertemanan juga penting.

“Pertemanan adalah refleksi diri sendiri, maka pilihlah teman yang baik.”

Kemudian, Cecep Suryadi ceritakan pengalamannya saat gagal menjadi Komisioner Komisi Informasi Publik. Ia berhasil duduk di salah satu lembaga negara itu setahun setelahnya, tentu dengan persiapan yang maksimal.

“Ketika gagal jangan pernah berhenti meskipun ada kegagalan lainnya. Integritas adalah kunci utama.”

Aslan Wiguna, Chief Audit Executive PT Inpex Incoporation Japan, juga berbagi pengalamannya bekerja di Chevron. Setelah 23 tahun bekerja, ia memilih resign. Lantaran merasa sudah tak ada tantangan lagi, meskipun karirnya sedang growing. Kemudian ia bekerja di Inpex, perusahaan minyak Jepang, hingga kini. Aslan berikan beberapa kiat untuk berkarir di perusahaan nasional maupun internasional. Pertama, disiplin dan tepat waktu. Kedua, kepantasan. Lalu komitmen terhadap perkerjaan.

Emmalia Natar, satu-satunya pembicara perempuan berbagi terkait bagaimana perempuan bisa bersaing di pentas nasional menjadi anggota DPR. Ia menceritakan dirinya dengan berbagai prestasi sejak mahasiswa. Ia pernah mengikuti pertukaran pelajar ke Kanada, menjadi Ketua Senat Mahasiswa UNRI tahun 1988/1989.

Meski telah berkeluarga dan ikut suami, Emmalia tetap bisa melanjutkan pendidikan S2-nya. Ia juga sebagai jajaran Pengurus Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar, hingga politisi nasional.

Terakhir, Djonieri menambahkan, keaktifan berorganisasi saat kuliah itu penting. Sejak kuliah, ia sudah memimpin organisasi  serta ikut berbagai kepanitiaan. Ia kerap mewakili kampus  bertanding olahraga di Jakarta. Baginya, semua itu meningkatkan rasa percaya diri.

“Kita harus punya mimpi, jangan pernah puas dengan yang telah dicapai. Harus punya tantangan baru,” tutup Djonieri yang saat ini jadi Direktur Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Republik Indonesia.

 

Reporter : Haby Frisco, Reva Dina Asri

Penulis : Haby Frisco

Editor : Annisa Febiola