Presiden dan Wakil Presiden Mahasiswa serta Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Universitas Riau (UNRI) menyampaikan visi misi serta program kerjanya. Penyampaian berlangsung dalam dialog terbuka di Gedung PKM Kampus Gobah UNRI, Senin siang (21/04).

Pasangan Syafrul Ardi dan Abdul Hamid terpilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden Mahasiswa UNRI secara aklamasi pada 13 April lalu. Dialog terbuka ini diadakan guna menyampaikan visi, misi serta program kerja yang belum sempat mereka paparkan. Pasalnya, mereka terpilih ketika Pemilihan Raya (Pemira) masih dalam tahap penetapan calon.

Berdasarkan keputusan Pemilihan Raya Universitas (PRU), dialog terbuka ini dilakukan di empat titik. Fakultas kedokteran, Kampus Gobah, Kampus Rumbai dan terakhir di Kampus utama Panam. Kampus Gobah merupakan titik kedua setelah Fakultas Kedokteran yang sempat direncanakan pada 18 April lalu. Namun urung terlaksana sebab masih dalam suasana Pemilihan Umum (pemilu).

Selanjutnya akan ada dialog terbuka di Venue Panjat Tebing Kampus Panam Jumat mendatang. Rencana awal, titik dialog terbuka ada di Rumbai. Namun dibatalkan karena Syafrul tak bisa hadir sebab ada agenda di luar kota. Mahasiswa di Kampus Rumbai diminta ke Panam untuk mengikutinya.

Dengan visi menjadikan BEM UNRI sebagai pilar advokasi untuk rakyat, Riau dan Indonesia dengan membangun komunikasi yang intensif dan komprehensif. Sehingga mereka akan lakukan empat misi.

Pertama, melegalisasi pergerakan mahasiswa dalam menanggapi isu lokal atau nasional. Lalu menghadirkan advokasi yang responsif, pastisipatif dan produktif. Menyiapkan sumber daya mahasiswa berdaya saing dengan melakukan potensi minat dan bakat. Terakhir, melaksanakan dan mengayomi rumah kreativitas mahasiswa sebagai sentral usaha.

Kemudian ada empat program kerja yang mereka tawarkan. Diantaranya Advocacy Village, terkait bagaimana BEM UNRI mengembangkan potensi yang dimiliki menjadi sebuah komisi yang dapat menjadi nilai jual.

Kemudian Student Care, presma dan wapersma janjikan tak akan ada mahasiswa yang putus kuliah sebab masalah ekonomi.

Merka juga tawarkan UNRI Show yang menghadirkan tokoh dan pembicara nasional sebagai sarana untuk menambah wawasan masyakat mahasiswa UNRI. Terakhir Gallery Start Up, berupa galeri apresiasi bagi mahasiswa berprestasi UNRI.

Nadia Dwi Anjulina dan Mir Amir Habib Efendi Pakpahan mewakili anggota DPM lain menyampaikan kesinambungan visi dan misi mereka. Dimana tujuannya satu, yakni sebagai wadah perpanjangan lidah dari aspirasi mahasiswa. Tentunya selama tak menentang peraturan, ketentuan dan Undang-Undang Dasar 1945.

Nadia berkeinginan meningkatkan keluasan wadah aspirasi bagi mahasiswa. Salah satunya dengan  menyalurkan aspirasi mahasiwa melalui media.

“Dengan ini kita bisa mendengarkan aspirasi-aspirasi mahasiswa mengenai persoalan yang sedang terjadi.”

Menurutnya cara ini cukup efektif selain turun langsung ke lapangan. Sebab  sekarang  mahasiswa senang memperoleh informasi melalui media.

Tak jauh berbeda, Amir juga menginginkan wadah aspirasi bagi kepentingan mahasiswa. Khususnya fakultas asalnya, Fakultas Hukum. Selama ini ia merasakan ketidakhadiran  pergerakan dari penyambung aspirasi mahasiswa di Fakultas Hukum.

“Visi misi saya tidak sulit. Menerima aspirasi, menampung, menyerap dan menyampaikannya. Selama tidak bertentangan dengan UUD 1945, Pancasila dan peraturan yang lainnya.”

Program yang ditawarkannya, mendirikan Mahkamah Mahasiswa seperti di beberapa universitas di Indonesia. Karena menurutnya, ketika terjadi permasalahan yang menyimpang untuk mahasiswa, Mahkamah Mahasiswa bisa menyelesaikan.

Kemudian mahasiswa yang hadir berkesempatan mengajukan pertanyaan. Salah satunya Mahasiswa Keperawatan. Ia tanyakan mengapa beberapa aksi demo BEM UNRI berujung ketidakjelasan seperti aksi ataupun informasi lanjutan.

Abdul Hamid menjawab bahwa setelah aksi dilakukan, BEM terus lakukan evaluasi terkait hasilnya. Seperti melakukan konsolidasi dan tetap pada fokus aksi.

“Pastinya BEM terus mengawasi pergerakan dari target aksi.”

Reporter: Ulfadilah

Editor: Annisa Febiola