Syah Fitri Yani mengaku takut saat melintasi jalan di Universitas Riau—UNRI pada malam hari. Ia mengeluhkan minimnya penerangan di beberapa titik. Seperti di sepanjang jalan dari depan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) menuju gerbang di samping Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) yang sering ia lalui.

Fitri adalah Mahasiswa Biologi Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) yang sering ke lingkungan kampus pada malam hari. Ia kerap mencari spesimen sebagai bahan praktikum di sekitaran kampus. Kerap kali, spesimen yang ia butuhkan adalah binatang yang aktif pada malam hari.

Banyaknya bagian jalan protokol di sekitaran kampus UNRI yang masih minim akan penerangan memancing keluhan dari beberapa mahasiswa. Terutama yang memiliki keperluan sehingga mengharuskan mereka melewati kampus.

Mulai dari Gerbang Utama UNRI Jalan Muchtar Lutfi menuju Jembatan Kupu-kupu, ada 28 tiang lampu. Pada masing-masing tiang, menggantung satu hingga dua lampu. Dari semua lampu yang ada, hanya 18 yang menyala dan 38 lampu mati.

Kemudian, dari jembatan kupu-kupu menuju jalan di samping rektorat, Lapangan UNRI, depan Fakultas Pertanian, FMIPA hingga FISIP terdapat 26 tiang lampu. Dari kesemuanya, hanya sepuluh lampu yang masih menyala. Tak sampai setengah.

Di sepanjang jalan dari Gerbang UNRI Jalan HR. Soebrantas menuju persimpangan FISIP, terhitung ada 23 tiang lampu. Ada 15 lampu yang menyala dan 22 lampu mati.

 

[image lightbox=”1″ caption=””]https://bahanamahasiswa.co/wp-content/uploads/2019/10/Infografis-Fiawaluddin.png[/image]

 

Habib, Kepala Sub bagian (Kasubbag) Rumah Tangga UNRI mengakui bahwa penerangan jalan di kampus memang masih kurang. Terutama di jalan protokol dan di lingkungan fakultas.

Lampu di sepanjang jalan kampus dulunya menyala secara otomatis pada pukul enam sore. Habib mengakui sistem itu kadang tak berjalan, sebab jaringan aliran listrik yang lambat saat menyalakan lampu. Solusinya, lampu akan dinyalakan secara manual.

“Sejauh ini sudah cukup diusahakan secara maksimal. Kedepannya diusahakan menganggarkan perbaikan, termasuk jaringan listrik yang perlu diperbaharui.”

Minimnya penerangan juga mengundang kenakalan remaja, seperti berpacaran di beberapa titik yang gelap. Hal ini diungkapkan oleh Kamarizzaman, salah satu petugas keamanan kampus. Pihak keamanan hanya akan menegur, selama tak melakukan perbuatan asusila.  Mereka juga mengarahkan untuk tidak ‘mojok’ berduaan. “Sejauh ini belum ada kejadian yang berbahaya, namun kurangnya penerangan memungkinkan terjadinya kecelakaan.”

Habib merasa, perbaikan perangkat penerangan harus segera ditangani. Terutama bola lampu dan timer yang sudah tak berfungsi dengan baik. Terkait waktu, belum diketahui secara pasti, tergantung anggaran yang disusun. Sebelumnya, pihak kampus akan memeriksa ketersediaan anggaran tahunan. Bila tak mencukupi untuk perbaikan, mereka akan mempertimbangkan untuk pemeliharaan terlebih dahulu.

“Tahun ini akan disusun anggaran untuk perbaikan. Pengerjaannya akan dilakukan tahun depan,” tutup Habib.

 

Reporter : Firlia Nouratama

Penulis : Malini

Editor: Annisa Febiola