Beberapa orang berdiri di depan Tugu Perjuangan Pekanbaru, Riau pada Selasa (05/11). Mereka menggunakan berbagai atribut, seperti topeng burung dan beruang hingga panah.
Mereka adalah Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Riau (UNRI) yang sedang melakukan aksi memperingati Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional. Berbeda dari aksi biasanya, kali ini dibalut dengan teatrikal.
Penampilan itu, sambil diiringi musik, bercerita tentang perburuan satwa yang marak terjadi. Hewan dipukul, dipanah dan diperlalukan keji hingga tak berdaya oleh manusia.
Di tengah adegan, ada pembacaan puisi berjudul Bumi Menjerit yang menggambarkan kesedihan dan hancurnya bumi saat ini. Juga puisi Keramahan Alam Hilang yang seakan menunjukkan bahwa alam ini tidak lagi hijau dan lestari.
Poster-poster tentang alam juga turut diperlihatkan. Mulai dari pemandangan yang dipenuhi pepohonan hijau hingga hutan yang kandas dan habis terbakar. Ada pula poster hewan dengan keluh kesahnya terhadap manusia.
Menurut Hafids Wandrifo Indrikh, Menteri Lingkungan Hidup BEM UNRI aksi teatrikal ini bermaksud untuk mengingatkan lagi kepada masyarakat keadaan hutan sekarang.
“Ingin sampaikan juga kepada pemerintah agar lebih peduli lagi terkait hutan dan satwa, kita lihat banyak hewan-hewan langka yang punah di Indonesia,†tuturnya.
Pemerintah masih minim dalam penanggulangan masalah satwa, terlihat masih banyak pelaku- pelaku yang melakukan jual beli gelap satwa yang dilindungi.
“Harapannya supaya undang-undang tentang hutan dan perlindungan satwa lebih diperkuat lagi, dan hukuman untuk yang melakukannya dipertegas lagi.â€
Syafrul Ardi selaku Presiden Mahasiswa UNRI mengungkapkan banyak masyarakat yang tidak tahu terkait korporasi pembakar lahan.
“Kita ingin ingatkan kepada masyarakat, karena masyarakat taunya saat ini kebakaran hutan dan lahan di Riau itu murni adanya, padahal tidak, sudah diatur,” ungkapnya.
Ia berharap kedepannya tidak ada lagi masalah pembakar lahan di Riau dan pemerintah memiliki kebijakan yang strategis mengingat lemahnya penegakan hukum saat ini.
Penulis: Malini
Reporter: Wan Muhammad Hafid dan Firlia Nouratama
Editor: Ambar Alyanada Numashurrayyadewi