Biofoam Sedan untuk Solusi Ramah Lingkungan

Tiga Mahasiswa Pendidikan Kimia Universitas Riau (UNRI) meraih predikat The Best Presentation pada Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) Nasional Kimia 2019 di Universitas Negeri Surabaya pertengahan November lalu. Mereka lah Tri Fadilla Rahmasari, Gesty Mika Juwani dan Pupe Piliani.

LKTI Nasional menjadi ajang perlombaan karya ilmiah tahunan tingkat mahasiswa dengan kriteria pendidikan, energi dan pengelolaan lingkungan.

Banyaknya penggunaan styrofoam atau busa polistirena untuk berbagai kebutuhan, contohnya saja sebagai wadah makanan menjadi titik awal karya ilmiah ditulis. Stirena merupakan senyawa dengan rumus kimia C8H8 yang sifatnya beracun.

“Styrofoam yang mengandung 5% stirena saja sangat berbahaya bagi lingkungan,” jelas Fadilla.

Ketika dibuang sebagai sampah, polistirena tak dapat terurai secara alami. Ia dapat bertahan lama di alam tanpa proses penguraian selama ratusan tahun. Juga tahan terhadap fotolisis atau penguraian material oleh foton yang berasal dari cahaya.

Fadilla bersama rekannya menawarkan solusi dengan membuat biofoam berbeda, yaitu menggunakan serat daun pandan. Serat daun pandan dipilih karena lebih menguntungkan dari segi ekonomi. Kemampuan daya tarik serat daun pandan yang cukup kuat dapat mengurangi retak, ditambah sifatnya yang lentur. Penelitian ini mereka beri judul Bio Foam Serat Pandan (B-FOAM SEDAN).

Gesty ceritakan, mereka mendapat predikat presentasi terbaik karena lembaran presentasi yang menarik, tak terlalu ramai dan hanya menampilkan poin-poinnya saja. Dokumentasi penelitian juga dilampirkan sebagai bukti dari hasil karya mereka. Kemudian melampirkan catatan kaki.

Saat presentasi, tak lupa mereka tunjukkan ciri khas Riau yaitu pantun. Tim berusaha sekompak mungkin. Tiap anggota tim menjelaskan tanpa ada yang mendominasi. Bila juri bertanya, anggota lain menambahkan argumen saat salah satu menjawab.

Tim diketuai oleh Fadilla. Ia bertanggung jawab di bagian tinjauan pustaka, Gesty di latar belakang dan Pupe di metode penelitian. Fadilla selalu mengikuti lomba karya tulis ilmiah, namun sebelumnya ia gagal. Sedangkan Gesty dan Pupe sebelumnya tak pernah mengikuti perlombaan akademik. Karena ingin mencoba hal baru, mereka ikuti LKTI sesuai bidangnya, yakni kimia. Terbentuklah tim dengan Rozalinda sebagai dosen pembimbing.

Selama merampungkan penelitian, beberapa kendala dialami. Tim mereka lambat mendapatkan informasi lomba, hingga akhirnya mendaftar pada gelombang kedua. Tim kesulitan melengkapi berkas pengesahan yang membutuhkan tanda tangan dosen pembimbing, wakil dekan bidang kemahasiswaan dan alumni dan ketua jurusan karena sulit ditemui.

Kendala lain, dosen pembimbing yang berada di Jepang saat pembuatan karya tulis. Tak putus asa, tim berkonsultasi via grup Whatsapp. Namun berkas dan karya tulis selesai tepat waktu.

Kemudian pada saat hendak berangkat, mereka menemui kendala baru, yaitu masalah keuangan. Mereka sempat merasa putus asa dan berpikir tidak akan berangkat. Namun dosen pembimbing  sangat mendukung dan membantu mereka untuk mendapat dana. Akhirnya mereka dapat dana dari fakultas.

Hingga akhirnya mereka berangkat ke Surabaya dan menginap selama empat hari di hotel. Selama di sana, tim mereka senang karena mendapat pengalaman baru di tanah Jawa.

“Kita merasa asing ya, mereka disana benar-benar pake bahasa jawa sehari-hari yang medok jawanya kental sekali,” kenang Pupe.

Tibalah waktu perlombaan. Perlombaan dibagi menjadi empat tahapan. Tahap pertama yaitu Abstrak. Dalam tahap ini dipilih empat puluh peserta terbaik untuk lanjut ke tahap berikutnya. Kedua, tahap full paper untuk memilih enam peserta terbaik untuk mengikuti presentasi di tahap berikutnya. Tim dari Universitas Airlangga dan Univesitas Brawijaya mereka nilai sebagai saingan terberat.

Hingga saat pengumuman kemenangan, nama UNRI diumumkan sebagai kategori penampilan terbaik.

“Prestasi ini membuktikan bahwa mahasiswa UNRI mampu bersaing dengan universitas di Pulau Jawa,” tutup Gesty.

Penulis: Aditia Anhar

Editor: Annisa Febiola