Tol Pekanbaru-Dumai: Solusi Perekonomian dan Transportasi ala Pemerintah

Media Bisnis Indonesia gelar diskusi panel guna membahas proyek Jalan Tol Trans Sumatera atau JTTS di Hotel Pangeran, Pekanbaru. Diskusi dengan tema Jalan Tol Dorong Pemerataan Ekonomi dan Mengefisiensikan Transportasi di Riau ini digelar pada Kamis (28/11).

Turut hadir Muhammad Fauzan, Sekretaris PT. Hutama Karya (HK) yaitu perusahaan yang mengerjakan proyek tol. M. Taufiq selaku Kepala Dinas Perhubungan Riau Wijatmoko Rah Trisno, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Riau dan Ekonom Universitas Riau.

Proyek JTTS yang dibahas adalah jalan tol ruas Pekanbaru-Dumai dan Pekanbaru-Padang.  Tol ruas Pekanbaru-Padang masih dalam proses pembangunan. Sedangkan tol ruas Pekanbaru-Dumai akan diuji coba pada Desember mendatang. Peresmiannya direncanakan awal 2020.

Proyek Tol Pekanbaru-Dumai yang dibangun sepanjang 131,48 km ini mulai dibangun pada Desember 2016. Tol dibagi menjadi enam rute. Mulai dari Pekanbaru-Minas sepanjang 9,2 km. Minas-Petapahan 23,6 km. Petapahan-Kandis Utara 17,45 km. Kandis Utara-Duri Selatan 28,95 km. Duri Selatan-Duri Utara 27,23 km, serta Duri Utara-Dumai sepanjang  25,05 km.

Taufiq menjelaskan, Tol Pekanbaru-Dumai akan menjadi penghubung utama di Sumatera. Jika sebelumnya butuh waktu empat jam perjalanan, hanya akan butuh waktu dua jam setelah tol beroperasi.

“Pemerintah juga berencana mengetatkan over dimension dan overloading yang selama ini memadati dan merusak jalan tol,” lanjutnya.

Menurut Fauzan, pembangunan JTTS akan meningkatkan konektivitas dan mendorong peningkatan perekonomian Sumatera.  Dampak positif yang ditawarkan seperti memunculkan potensi lahan sebagai titik transit, pemerataan industri serta perkembangan kawasan pariwisata di Siak dan daerah berpotensi wisata lainnya.

“Harusnya tol ini selesai pertengahan tahun lalu. Namun terhambat karena beberapa masalah seperti pembebasan tanah, benturan dengan pipa-pipa milik PT. Chevron, dan adanya lahan tempat perlintasan gajah.”

Setelah beroperasi, PT. HK berharap pengguna tol mencapai tujuh ribu kendaraan perhari. Target yang dipasang tinggi sebab pihak perusahaan butuh waktu sekitar 15 tahun untuk balik modal pembangunan. Mengingat pintu tol yang cukup banyak, penetapan tarif tol akan ditentukan oleh pemerintah daerah masing-masing kabupaten yang dilewati. Tarif akan diputuskan melalui keputusan yang dikeluarkan oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Sementara itu, Wijatmoko khawatir akan dampak negatifnya bagi Duri. Kegiatan perekonomian Duri dinilai akan menurun. Sebelum adanya tol, masyarakat Dumai harus melewati Duri untuk sampai ke Pekanbaru. Setelah tol beroperasi, masyarakat Dumai akan langsung ke Pekanbaru mengingat jarak tempuhnya yang singkat. Meski rute tol tetap melewati Duri, namun jalurnya berbeda.

Lebih lanjut, kata Wijatmoko pembangunan hotel di Dumai mungkin tidak akan bertambah karena pengaruh wisatawan.

“Hal ini karena orang-orang yang dari Pekanbaru bisa langsung pulang karena waktu tempuh hanya dua jam.”

Senada dengan Wijatmoko, Any menilai keberadaan tol memiliki eksternalitas negatif berupa menurunnya pendapatan masyarakat dari sektor informal di sepanjang jalur lama. Namun, tol sebagai infrastruktur berfungsi memudahkan mobilisasi. Positifnya, biaya logistik yang sebelumnya relatif mahal akan jadi lebih murah sebab penggunaan bahan bakar berkurang.

“Perlu usaha dari pemerintah untuk menumbuhkan kegiatan ekonomi guna meningkatkan perekonomian masyarakat di sekitar tol,” pungkasnya.

Penulis: Andi Yulia Rahma

Editor: Annisa Febiola