Kelompok Tani Palas Mandiri kembali gelar panen raya di Kelurahan Agrowisata, Kecamatan Rumbai Barat, Pekanbaru. Panen ini merupakan yang kedua kalinya. Sebelumnya, kelompok ini menanam jagung dan beri pelatihan bagi petani. Ada pelatihan guna mengenalkan teknologi pemupukan berbasis android yang menyasar berberapa kelompok tani di Palas.
Pukul sepuluh pagi (20/2), panen raya dimulai. Kaliri, Ketua Kelompok Tani Palas Mandiri sebutkan jenis tanaman yang akan dipanen. Ada cabai, jagung, dan kacang panjang. Kegiatan ini merupakan buah dari program Chevron Untuk Riau Sehat Sejahtera atau disingkat Cheris. Program tersebut digagas oleh PT Chevron Pacific Indonesia (CPI), berkerjasama dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Riau (LPPM UNRI), LPPM Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI), Yayasan Kemanusiaan Madani Indonesia (YKMI), Center for Enterpreneur, Change and Third Sector (CECT) Universitas Trisakti.
Rektor UNRI Aras Mulyadi dalam sambutannya mengatakan kerja sama dari program ini ditujukan pada 20 kelompok tani di Riau. Kelompok terbanyak ialah di Pekanbaru, ada delapan. Masing-masing tiga kelompok di Dumai dan Rokan Hilir. Dua kelompok di Bengkalis, Siak, dan Kampar. LPPM UNRI dikatakan Aras turut menyumbang dua buah traktor dan alat pertanian.
“Mudah-mudahan program ini dapat memberikan dampak positif bagi petani di Riau,†harap Aras.
Program Cheris, kata Rio Zakaria selaku Ketua CECT Universitas Trisakti, meliputi kegiatan yang membantu menunjang aktivitas pertanian. Seperti penyediaan sarana produksi, pelatihan dan pendampingan oleh LPPM UNRI. Ada pula pelatihan pemasaran digital oleh CECT Universitas Trisakti. Lalu promosi hidup sehat siaga Covid-19 oleh YKMI dan pembangunan sumber air bersih sebagai hasil kerja sama dengan LPPM UMRI.
Ia juga sampaikan, bantuan alat yang diberikan sangat banyak. “Tidak hanya traktor yang di depan tadi, tetapi juga ada electronic sprayer, gerobak sorong, hand tractor dan banyak lagi yang lainnya†jelas Rio dalam kata sambutannya.
Rio melanjutkan, bantuan peralatan dan pelatihan ini ada untuk menguatkan ketahanan pangan di Riau. Begitu pula dengan pelatihan pemasaran digital supaya petani bisa menjual hasil panen tidak hanya melalui pasar konvensional, tetapi juga secara digital. Terkait pembangunan sumur air bersih, sudah dibangun di tiga lokasi. Kabupaten Siak, Kampar, dan Rokan Hilir. Satu lokasi lagi sedang dalam proses pembangunan.
“Dengan program Cheris, diharapkan tidak ada lagi kasus kelaparan di Provinsi Riau. Aspek kesehatan meningkat, pembangunan kota dan kemitraan yang berkelanjutan,†pungkas Rio.
Sukamto Thamrin—General Manager Corporate Asset PT CPI menilai pandemi Covid-19 tak hanya berpengaruh pada krisis kesehatan, tetapi juga pada ekonomi. Hal itulah yang mendorong terciptanya ide membuat program Cheris pada sembilan daerah operasi PT CPI di Riau secara kolaborasi. Ia berharap hal ini dapat menjadi warisan dari PT CPI yang akan digantikan oleh Pertamina pada Agustus 2021 mendatang. Di samping itu, diharapkan mampu memotivasi pihak lain untuk memperkuat ketahanan pangan Riau.
Syahfalefi selaku Kepala Dinas Pangan, Tanaman Pangan, dan Holtikultura Riau sampaikan bahwa sebagian besar kebutuhan pangan Riau disokong oleh pasokan dari daerah tetangga. Seperti Sumatra Barat dan Sumatra Utara. Terutama untuk tanaman cabai Pekanbaru yang baru mampu mencukupi 10% kebutuhan masyarakatnya.
Adapun salah satu perencanaan untuk pembangunan pangan di Pekanbaru yakni meningkatkan produksi tanaman cabai. Harapannya, persediaan cabai Pekanbaru bisa meningkat dari 30% menjadi 70%. Sehingga, ketergantungan terhadap daerah lain bisa berkurang.
Syahfalefi juga menambahkan bahwa sektor pertanian di Riau meningkat hingga lebih dari 4%, ketika sektor lain menurun kala pandemi ini. Pertumbuhan produksi pangan pun mengalami kenaikan sebesar 16%. Oleh karena itu, Gubernur Syamsuar merencanakan program Riau Bergerak Tanam Buah (Bertuah) dan program Riau Bergerak Tanam Padi (Bertani).
Riau sejauh ini baru mampu memenuhi 23,6% kebutuhan beras dengan produk hasil sendiri. Sementara pemerintah provinsi berharap Riau mampu memenuhi setidaknya 50% kebutuhan masyarakat pada 2024 dengan kisaran jumlah penduduk di atas 7 juta. Selain itu, ada harapan untuk bisa memproduksi 350 ribu ton beras. Sedangkan kini Riau baru memiliki 62.689 hektare luas baku sawah.
Firdaus selaku Walikota Pekanbaru berharap program ini sebagai solusi untuk ke luar dari dampak krisis ekonomi akibat Covid-19. Meski dengan gerak yang terbatas, tetapi menurutnya akan berpengaruh besar terhadap perekonomian daerah.
Acara dilanjutkan dengan penyerahan sertifikat yang menjadikan matoa sebagai buah asal Riau. Buah ini dinamai Matoa Bertuah, Matoa Madani, dan Matoa Tobek Godang.
“Mudah-mudahan dengan adanya bantuan dari pihak pemerintah dan swasta ini, dapat berkembang kelompok tani di Kelurahan Agrowisata. Daerah ini akan menjadi pusat pertanian berbasis wisata dan edukasi,” pungkas Putra, Lurah Agrowisata.
Reporter: Rio Eza Hananda, Aditia Anhar
Editor: Annisa Febiola