Indikasi Keletihan Sosial, Dampak Lanjutan Covid-19

Idhamsyah Eka Putra, Dosen Fakultas Psikologi Universitas Persada Indonesia melihat munculnya beberapa masalah yang menyerang masyarakat. Mulai dari keletihan sampai bosan menjalankan protokol kesehatan yang sudah ditetapkan. Hal ini didukung dengan wabah Covid-19 yang tak pasti kapan usainya.

“Kebanyakan orang saat ini mulai letih untuk melawan adanya ancaman virus yang menyerang,” papar Idhamsyah.

Menurutnya, ada beberapa gejala seseorang terindikasi mengalami keletihan sosial di masa pandemi. Di antaranya bosan menjalani beberapa perubahan. Contoh nyatanya adalah penggunaan aplikasi Zoom yang berlangsung setiap hari.

Lebih jauh, terdapat beberapa faktor penyebab keletihan. Salah satunya karena informasi yang masih membingungkan. “Masih banyak orang yang berada dalam kebingungan.”

Bahkan kata Idhamsyah, salah satu masyarakat yang merasa bosan terus berada di rumah mempertanyakan kenapa banyak orang masih berkeliaran. Sedangkan kini, belum diperbolehkan ke luar jika tak ada kepentingan.

Penjelasan serupa juga dikatakan oleh Paulus Wirutomo selaku Guru Besar Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia. Menurutnya, keletihan sosial yang timbul merupakan gejala luar biasa. Meliputi menurunnya rasa takut, kepedulian, kepatuhan pada aturan, keselamatan, serta motivasi bertahan. Gejala tersebut biasa terjadi pada masyarakat luar, baik kolektif maupun individu. Keletihan ini disinyalir muncul karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman.

Tak mau kalah, Dosen Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Baequni Boerman turut berpendapat. Katanya, konfirmasi terkait Covid-19 masih santer dipertanyakan. Selain itu, masyarakat menanggap virus corona bukan menjadi penyakit yang harus diwaspadai.

Hemat Baequni, keletihan sosial dapat diminimalisir dengan menekan mobilisasi penduduk. Upaya ini perlu digalakkan untuk mencegah penyebaran Covid-19. Paling penting, melakukan edukasi, integrasi dengan pemerintah, dan semangat meningkatkan empati.

“Kita harus membuat target kedisiplinan, berupa mengembangkan rasa takut, rasa malu, dan menanamkan rasa kesadaran dan pemahaman,” tutup Baequni yang juga Inisiator Perang Akar Rumput Covid-19 dalam diskusi virtual bertajuk Melawan Keletihan Sosial di Masa Pandemi (25/2).

Penulis: Ellya Syafriani

Editor: Firlia Nouratama