Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Himaprodi PBSI) kembali helat Praktikum Sastra ke-29. Beradaptasi dengan kondisi pandemi, untuk pertama kalinya Praktikum Sastra dilakukan secara online.
“Kegiatan ini bisa menyalurkan kreativitas siswa, mahasiswa, dan guru,†tutur Sidiq Aditia Bupati Himaprodi PBSI.
Setidaknya, ada tujuh jenis perlombaan yang dihadirkan. Setiap perlombaan dibatasi dengan persyaratan usia, di antaranya:
- Tulis cerpen (12 sampai 23 tahun)
- Tulis esai (18 sampai 45 tahun)
- Video mengajar (17 sampai 40 tahun)
- Solo pop (13 sampai 24 tahun)
- Lomba tulis pantun (13 sampai 24 tahun)
- Tulis puisi (13 sampai 23 tahun)
- Baca puisi (13 sampai 23 tahun).
Kegiatan dengan tema Mewujudkan Generasi Emas pada Masa Pandemi Melalui Sastra dan Budaya ini dibuka pada Rabu (7/4) dan berakhir pada Minggu (11/4). Pembukaan dihadiri oleh rektor, dekan, wakil dekan, guru besar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), serta dosen-dosen PBSI.
Setelah resmi dibuka oleh Hermandra Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Kerja Sama, dan Alumni FKIP, dilanjutkan dengan materi oleh Syafrial, Mangatur Sinaga, dan Indah Nurbaeti.
Materi pertama disampaikan oleh Syafrial, seputar kreativitas bersastra di media sosial. Menurutnya, sekalipun di tengah pandemi, banyak media yang dapat digunakan untuk menyalurkan kreativitas sastra. Pandemi tidak menjadi penghalang untuk berkreasi, belajar, dan mengenalkan sastra.
“Sangat banyak media yang bisa digunakan untuk belajar. Dunia saat ini dunia kreatif. Jadi, kita bisa masuk dari media mana saja seperti YouTube, TikTok, Instagram, dan sebagainya,†ujar dosen PBSI ini.
Materi selanjutnya oleh Mangatur Sinaga, soal pertahanan bahasa Indonesia. ketua prodi PBSI ini memegang prinsip: Lestarikan bahasa Indonesia, kuasai bahasa asing, pelajarilah bahasa Indonesia, junjung dan utamakan bahasa Indonesia, dan kuasai bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia dikatakan Mangatur dapat dipelajari dan dikuasai melalui empat keterampilan berbahasa. Di antaranya menyimak, berbicara, membaca atau membacakan, serta menulis. Katanya lagi, kemampuan berbahasa dapat dikembangkan melalui berbicara dan menulis.
Materi bagaimana membumikan literasi di media sosial jadi penutup. Indah Nurbaeti seorang konten creator berbau literasi dan pendiri komunitas Teman Baca Indonesia. Ia mengajak peserta untuk memulai membaca dan tidak pernah malu membaca. Indah menyebut, media sosial sangat efektif untuk membagikan buku, sebab konten di media sosial bisa dilihat orang banyak.
“Buatlah konten dengan menarik agar orang tertarik untuk menyaksikan. Gunakan ciri khas agar lebih menarik,†kata Indah.
Reporter: Caesare Faturrakhman
Editor: Annisa Febiola