Ridho Dwi Saputra, seorang Mahasiswa Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam sering berada di lingkungan Universitas Riau (UNRI) pada malam hari. Ia di kampus untuk tujuan penelitian tugas akhir. Namun, Ridho mengeluhkan penerangan di sepanjang jalan yang ia nilai minim.

“Sekarang gelapnya bikin orang ragu-ragu juga buat lewat. Takut hal-hal yang tidak diinginkan terjadi,” ceritanya kepada Bahana.

Ridho mengamati, hanya beberapa titik saja yang dilengkapi penerangan. Kebanyakan jalan yang sering dilewati luput dari pencahayaan. Ia bahkan pernah mengalami kejadian yang membuatnya merinding, kala ia melewati persimpangan jalan menuju fakultasnya.

“Jalan gelap ni kan, aku sendiri, tiba- tiba kayak terasa ada orang, merinding aku,” kenangnya.

Di lain sisi, Syahda Dwi Fahmiari mengeluhkan hal serupa. Ia salah satu Mahasiswa Fakultas Teknik (FT) . Syahda bilang, ia sempat beberapa kali menabrak lubang di jalan ketika pulang malam hari. Menurutnya, pencahayaan kampus yang minim jelas berbahaya. Khususnya bagi pengguna jalan yang kerap melintasi Kampus Biru Langit ini malam-malam. Apalagi, hanya lampu motor yang jadi satu-satunya penerangan.

“Sekitar jam 9 malam itu gelap kali, gak ada pencahayaan. Adapun cahayanya, di pos-pos satpam aja,” pungkas Syahda.

Selain mahasiswa, keluhan nyatanya juga datang dari pegawai. Salah satunya dari petugas di Rumah Sakit Pendidikan (RSP) UNRI. Ia mengaku sudah melaporkan langsung kepada Habib, Kepala Sub bagian (Kasubbag) Rumah Tangga UNRI.

“Kami ke rumah sakit kok kayak masuk hutan, Pak?” ucap Habib menirukan salah satu pegawai RSP.

Kondisi jalanan kampus yang minim cahaya sudah menjadi masalah sejak akhir 2019 lalu. Bahana Mahasiswa pernah terbitkan berita yang membahas penerangan jalan ini. Kala itu, Habib menyebut akan lakukan pengerjaan untuk pemeliharaan dan perbaikan.

Namun, kini semuanya bak isapan jempol belaka. Saat ini, hanya delapan lampu yang menyala dari total 79 lampu yang ada. Kru Bahana berjalan menyusuri kampus dari jalan masuk Gerbang UNRI Jalan HR. Soebrantas menuju persimpangan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). Terhitung ada 22 tiang dengan 44 lampu menumpang padanya. Sayangnya, tak satupun lampu yang bekerja sebagaimana fungsinya.

Penyusuran berlanjut ke sepanjang jalanan dari FISIP, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Teknik, Fakultas Pertanian, Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK), hingga Gudang Engineering Service Unit. Sedkitnya ada 7 lampu menyala dari total 13 lampu yang terpasang.

Berikutnya Kru Bahana menyusuri persimpangan FISIP menuju Unit Pelaksana Teknis Teknologi Informasi dan Komunikasi sampai di Jembatan Kupu-kupu. Lalu dari Simpang Perpustakaan menuju Unit Pelayanan dan Pengembangan Bahasa, serta jalan ke arah Waduk FPK. Keseluruhan jalan ini hanya dilengkapi 22 tiang lampu. Masing-masing tiang menggantungkan satu hingga dua lampu. Dari seluruhnya, hanya 1 lampu yang menyala, sisanya mati.

Sementara itu, dari Gerbang Utama Jalan Muchtar Lutfi menuju Jembatan Kupu-kupu tampak lebih terawat. Lampu-lampu yang terpasang mayoritas menyala, menerangi perjalanan siapapun yang melewatinya. Habib ceritakan bahwa pembayaran dan perbaikan di area ini ditanggung langsung oleh Pemerintah Kota Pekanbaru. Lanjut Habib, area tersebut termasuk dalam bagian Penerangan Jalan Umum kota. Total terpasang 28 tiang lampu dengan 56 lampu menggantung. Hanya ada 14 lampu menyala, 42 sisanya mati.

Menanggapi hal ini, Habib menyebutkan survei dan pengembangan perawatan rutin sudah dijalankan selama dua tahun terakhir. Hasil menunjukkan sering mengalami kendala. Terlebih ketika hujan disertai petir, lampu mengalami korsleting.

Lebih jauh, kata Habib, biasanya pemeliharaan rutin dilakukan untuk satu tahun anggaran. Walau tetap dilaksanakan dalam dua tahun terakhir, hasilnya tetap saja tak maksimal. Faktor alam dan kondisi peralatan yang sudah tua adalah kendalanya.

Habib berjanji akan mengganti seluruh bola lampu dan kabel. Biaya yang akan habis untuk itu ia perkirakan melebihi 50 juta. Biasanya, pemeliharaan hanya menguras anggaran sekitar 10 hingga 20 juta saja.

“Setelah dipertimbangkan, daripada itu aja berulang, lebih baik perbaikan total. Mengganti semuanya, peralatan maupun jaringan kabel yang sudah uzur,” ujarnya.

Pengerjaan ini, Habib menargetkan mulai pada Juli ini. ia berharap dapat rampung dalam dua hari. Selain itu, bisa dikerjakan di luar jam kerja, agar tak mengganggu kegiatan lain.

“Surat pengerjaan telah diusulkan dan akan mulai dikerjakan dalam bulan Juli,” tutup Habib.

Reporter: Malini

Editor: Firlia Nouratama