Menjengkelkan, menyebalkan dan, kenapa dia harus ada adalah reaksi yang cocok ketika mendeskripsikan Till Eulenspiegel–dalam buku Tiil Eulenspiegel – Kisah–kisah Kocak.
Ia adalah salah satu tokoh jenaka. Kenyataannya, ia sama sekali tidak jenaka. Bahkan bisa dibilang tidak kocak sekalipun, tepatnya menjengkelkan. Mungkin saja, ini adalah selera jenaka masyarakat Jerman pada abad ke 16 kala itu.
Till Eulenspiegel, Sang Tokoh Utama, lahir dari pasangan suami dan istri yang dikenal baik. Memiliki sifat usil dan pura-pura polos yang berlebihan. Tetapi, jika dilihat dari sudut pandang lain, Till merupakan sosok yang sangat cerdas. Hanya saja, kecerdasannya tertutupi oleh kesenangannya menganggu orang lain.
Bagaimana Eulenspiegel Menjual Kudanya pada Seorang Yahudi adalah salah satu cerita yang paling aku sukai. Bagian ini tidak menceritakan Till yang mengusili seorang Yahudi. Tetapi, bagaimana Till membalas orang-orang yang menertawakan kuda miliknya. Di judul ini dapat terlihat bahwa Till merupakan sosok yang cerdas. Terutama dalam bermain kata.
Banyak pesan moral yang dapat diambil. Salah satunya adalah bagian cerita bertajuk Bagaimana Semua Penduduk Dusun, Pria Maupun Wanita, Mengeluhkan Perilaku Si Kecil Eulenspiegel. Pesan yang terkandung dalam cerita adalah orang tua yang lebih mempercayai sang anak, dibanding orang lain. Di depan orang tuanya ia bersikap seolah-olah menjadi korban. Padahal di sisi lain, ialah pelakunya.
Lanjut pada bab lain seperti Bagaimana Eulenspiegel Melukis untuk Count Hessen dan Meyakinkan bahwa Lukisan itu Tidak Bisa Dilihat oleh Orang Berderajat yang dapat diambil pesannya. Seperti bagaimana orang sombong yang merasa dirinya berderajat. Pun takut derajatnya dipandang rendah.
Buku yang memiliki tebal 90 halaman dengan ukuran 13 x 20 cm ini merupakan sastra klasik. Penulisnya menceritakan potongan-potongan kisah seorang Till Eulenspiegel.
Judul Buku: Tiil Eulenspiegel – Kisah-kisah Kocak
Penerjemah: Nurul Hanafi
Penerbit: Kakatua
Edisi: 1 Desember 2019
Ukuran: 92 halaman
Penulis: Defna Friska
Editor: Denisa Nur Aulia