Bahana Mahasiswa jemput bola dengan lakukan jejak pendapat. Secara keseluruhan, Deni Efizon unggul sebanyak 34.9 persen dari 1.653 responden. Ia bertengger di posisi pertama pilihan mahasiswa.

Oleh Malini 

Pemilihan rektor (pilrek) masih setahun mendatang. Namun, deretan nama-nama justru makin santer terdengar. Tak malu-malu lagi, beberapa nama tersebut bahkan terang-terangan ungkapkan keinginannya gantikan posisi Rektor Universitas Riau (UNRI). 

Bahana Mahasiswa (BM) jemput bola dengan lakukan jajak pendapat. Berangkat dari nama-nama favorit dari suara civitas akademika. Mahasiswa, alumni, dosen, serta pegawai. Survei yang berlangsung hampir dua mingguan ini dibuka via Google Formulir. Terhitung sejak 28 September hingga tutup pada 13 Oktober 2021.

Secara umum, survei ini disambut hangat oleh civitas akademika. Sebanyak 1.715 responden ikut berikan pilihan. Namun, hanya 1653 responden saja yang sah. Sedang 62 sisanya dianggap tidak valid dengan berbagai alasan. Adapun sebabnya ialah mengisi lebih dari satu kali, tak melengkapi identitas, bahkan mengisi dengan asal-asalan. 

Bukan tanpa alasan, survei diadakan untuk mengetahui sosok ideal orang nomor wahid harapan warga UNRI. Selain itu, BM juga soroti kriteria pemimpin yang diidamkan untuk lanjutkan estafet kedua Aras.

Sedikitnya ada 17 nama yang BM suguhkan dalam survei ini. Seluruhnya berasal dari jabatan struktural pejabat UNRI. Seperti wakil rektor, dekan, guru besar, dan orang-orang yang mencuat serta berpotensi mencalonkan diri. 

Semuanya adalah Iwantono, Azridjal Aziz, Jimmi Copriady, Firdaus, dan Dedi Afandi. Lalu Agus Sutikno, Mexsasai Indra, Syafri Harto, Usman Tang, dan Bintal Amin. Kemudian Sri Indarti, Syamsudhuha, Ari Sandhyavitri, Deni Efizon. Terakhir, ada Yanuar, Firdaus LN, dan Bayhakki. Meski tak penuhi kriteria sebagai bakal calon rektor, namun nama juga Bayhakki nyatanya diidamkan oleh warga kampus Jantung Hati Masyarakat Riau. 

Secara keseluruhan, Deni Efizon unggul dengan total suara 599 atau 34,9 persen dari segenap responden. Sedangkan Dedi meraup suara sebanyak 341 suara atau 19,9 persen. Ada pula Bayhakki sebanyak 12 persen dengan jumlah 205 suara. Kemudian Bintal Amin 6,8 persen dengan 116 suara. Terakhir, Iwantono mengantongi 97 suara atau 5,7 persen.

Deni Efizon bertengger di posisi pertama pilihan mahasiswa. Total 290 suara tertuju pada dosen yang kalah di pilrek 2018 ini. Beda tipis dengan Dedi Efendi di posisi kedua dengan 270 suara. Menyusul nama Bayhakki 88 suara, Bintal Amin 53, dan Firdaus LN dapat 37 suara.

Beralih ke sosol ideal dari kacamata dosen. Berbeda dengan kesukaan mahasiswa, Dedi justru paling banyak diidamkan dosen. Ia memimpin dengan 27 suara. Sedangkan deni 19 raup suara. Kemudian Iwantono dan Syafri sama-sama 10 suara. Kemudian Jimmi Copriady dengan 6 suara.

Sementara itu, pilihan para pegawai sedikit berbeda. Lagi-lagi Deni menjadi sosok favorit. Ia berhasil gaet 31 suara. Pilihan kedua jatuh pada Agus Sutikno dengan 11 suara dan Syafri Harto 8 suara. Selanjutnya ada Iwantono dan Bintal Amin yang sama-sama dapat 3 suara. Sayang, hanya sedikit pegawai yang ambil bagian dalam jajak pendapat ini.

Alumni juga menjagokan Deni. Ia terima 264 suara. Berikutnya Dedi dengan 42 suara, Firdaus 33, Iwantono 32, dan Sri Indarti 16 suara.

BM membagi tanggapan warga kampus berdasarkan empat parameter.

Pertama, asal kalangan yang memilih. Mahasiswa jadi civitas yang paling banyak ikut andil dalam survei. Persentasenya sekitar 56,9. Dari keseluruhan 857 suara, hanya 818 yang valid. Disusul oleh alumni dengan total suara 588 atau 34,3 persen. Selanjutnya keikutsertaan dosen hanya 85 suara atau 5 persen. Terakhir, pegawai hanya 65 suara saja dengen persentase 3,8. 

Jika dikotak-kotakkan dengan asal fakultas sebagai acuan, Fakultas Kedokteran ambil posisi nomor satu. Sebanyak 336 penghuninya ikut berpendapat. Sedangkan suara paling minim berasal dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Kedua, berdasarkan figur sosok idaman. Sebanyak 34,1 persen responden menginginkan rektor yang dekat dengan mahasiswa. Sedangkan 29, 8 persen lainnya ingin orang yang visioner.

Figur rektor yang berjiwa antikorupsi diidamkan 18,6 persen suara. Sementara 6, 5 persen lainnya ingin rektor yang religius dan 4,3 persen lagi kepingin sosok berkepribadian sederhana.

Ketiga, pertimbangan-pertimbangan sebelum melabuhkan pilihan. Misalnya pada kemampuan menjalin relasi, dipilih sekitar 34 persen penanggap. Beda tipis untuk kategori pengalaman, yaitu 31,7 persen. Sebanyak 23,8 persen lagi menilai calon rektor harus punya prestasi. Sedangkan 5,8 persen sisanya ingin memilih sosok rektor berdasarkan latar belakang pendidikan.

Keempat, program yang diharapkan, berkaca pada evaluasi rektor saat ini. Peningkatan pelayanan dan pengembangan kreativitas mahasiswa merajai. Setidaknya 41,6 persen responden mendambakannya. Sedang 33,5 persen lagi merasa perlu adanya peningkatan sarana dan prasarana. 

Program peningkatan pelayanan administrsi dipilih oleh 9,3 persen responden. Terakhir, peningkatan dana bantuan penelitian serta keamanan dan kebersihan kampus masing-masing 8,5 dan 1,7 persen.

Mekanisme Pilrek Masih Sama

Katentuan laga calon rektor tahun depan tak jauh berbeda dengan laga periode sebelumnya. Tyas Tinov selaku Sekretaris Senat beberkan hal itu. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristek-Dikti) Nomor 19 tahun 2017 masih jadi acuan. Hanya ada sedikit perubahan yang memang sudah tertuang dalam Peraturan Menristek-Dikti Nomor 21 Tahun 2018.

“Gak ada bedanya peraturannya,” ucap Tinov.

Berpatokan kepada mekanisme pilrek 2018, calon rektor mesti patuhi beberapa syarat. Hal tersebut juga diatur jelas dalam Peraturan Senat UNRI Nomor 3 Tahun 2018 tentang Tata Cara Pemilihan Rektor UNRI. Seperti memiliki pengalaman manajerial paling singkat 2 tahun, minimal sebagai ketua jurusan atau ketua lembaga. Pun pimpinan tinggi pejabat eselon II.a di instansi pemerintah.

Calon rektor juga harus berpengalaman sebagai dosen dengan jenjang akademik paling rendah Lektor Kepala. Kemudian berpendidikan doktor—S3. Berkenaan usia, paling tinggi 60 tahun saat berakhirnya masa jabatan rektor yang menjabat.

Ada empat tahapan hingga dapat rektor baru. Mulai dari penjaringan bakal calon, penyaringan calon, pemilihan calon, lalu penetapan dan pelantikan.

Pertama, penjaringan bakal calon. Panitia Pilrek lah yang bertugas sepenuhnya. Tahap ini mesti dimulai paling lambat 5 bulan sebelum berakhirnya masa petahana kini.  Lanjut ke penyaringan, maksimal 2 bulan di penghujung jabatan rektor.

“Lihat situasi lah nanti, bisa lebih awal,” lanjutnya.

Penjatahan formasi suara pun tak berubah. Sebanyak 35 persen hak suara milik kementerian. Sedangkan anggota senat punya 65 persen hak suara. Masing-masing anggota punya hak yang sama.

Peraturan Senat UNRI Nomor 4 tahun 2018, perubahan atas Peraturan Nomor 3 tahun 2018 menyebutkan, pemilihan calon rektor dilakukan dalam rapat senat tertutup. Bersama dengan menteri atau pejabat kementerian yang ditunjuk.

Rapat dinyatakan sah bila dihadiri sekurang-kurangnya dua pertiga dari jumlah anggota senat. Bila tak terpenuhi, ada jeda waktu selama 30 menit. Namun jika masih tak sesuai ketentuan, rapat bisa dilanjutkan. Formasinya adalah jumlah anggota yang hadir sekurang-kurangnya 50 persen ditambah satu, dari seluruh anggota senat.

Saat ini, Tinov akui persiapkan menyangkut pilrek masih belum ada, terkhusus pembentukan panitia. Semuanya menunggu keputusan senat.

“Belum lah, ngapain cepat-cepat,” tuturnya.