APRIL 18 tahun lalu, mahasiswa di Riau berdemonstrasi menuntut bagi hasil atas pengerukan minyak sebagai salah satu kekayaan di provinsi ini. Tuntutan ini tidak semata untuk meminta perlakuan adil atas apa yang telah dirampas—bahasa para demonstran—jauh dari itu, sebenarnya mereka menyuarakan keinginan untuk lepas dari Indonesia alias hendak merdeka.
Seruan ini semakin menguat pasca Prof Tabrani Rab sang proklamator kemerdekaan mendeklarasikan Riau Berdaulat satu bulan sebelumnya. Semenjak itu Prof Tabrani Rab semakin dikenal karena banyak diwawancarai oleh wartawan baik dalam maupun luar negeri. Dalam liputan koran Bahana Mahasiswa edisi April 1999, ia mengaku telah ditanya oleh wartawan Asian Wall Street Journal, Time dan News Week.
Tapi pernyataan Prof Tabrani Rab sepertinya masih tampak setengah hati untuk merdeka. Pada saat diwawancara oleh kru Bahana Mahasiswa waktu itu, ia mengatakan, deklarasi Riau Merdeka bukan langkah awal untuk merdeka, melainkan satu tahap untuk mengantar pada Kongres Rakyat Riau ke tiga untuk menyepakati referendum.
Pro dan kontra mulai tampak. Bagi yang setuju, deklarasi tersebut sebagai langkah awal untuk lepas dari cengkraman pusat. Pasalnya, selama itu Riau dijadikan sebagai agunan atau penjamin hutang Indonesia di luar negeri. Tentu saja, Riau dengan kekayaan minyaknya telah menyumbang 60 persen pendapatan negara.
Bagi yang tak setuju dengan deklarasi ini menilai, Prof Tabrani Rab dianggap tidak serius. Seharusnya ada cara lain sebelum mendeklarasikan keinginan untuk merdeka tersebut. Adalagi yang mengatakan Riau Merdeka hanya sebatas angan-angan. Prof Tabrani Rab pun diminta untuk berpikir ulang. Kritikan paling keras terhadap Prof Tabrani Rab waktu itu adalah, ketika ia hendak menyerahkan Riau pada Amerika.
“Itu sama saja pindah dari ketidakpercayaan yang satu pada yang lain,†ucap Al Azhar, Budayawan Riau, dalam koran Bahana Mahasiswa edisi April 1999 berjudul, Riau Merdeka, Satu, Dua.
Langkah awal Prof Tabrani Rab dirasa memang benar. Pengakuannya, jika ditanya, 90 persen masyarakat Riau ingin merdeka. Semua orang di Riau tahu kalau Riau merdeka maka keadaannya akan jauh lebih baik dari pada sekarang. Banyak kekayaan alam Riau dikeruk habis-habisan tapi begitu sedikitnya yang dikembalikan ke Riau. Kekecewaan bisa berubah menjadi deklarasi yang nantinya bisa berujung pada kemerdekaan.
“Kita tidak percaya lagi menitipkan hajat hidup kita kepada Jakarta itu. Jangan lagi tumpangkan nasib kita pada orang yang selama ini telah terbukti menzalimi kita.†kata Drs. Al-Azhar MA, seorang Budayawan Riau.*Humaira Salsabila