Direktur OJK yang Tak Bisa Lari dari Olahraga

Perjalanan hidup alumni Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Riau yang sukses menjadi Direktur. Baginya olahraga dan bekerja adalah hal yang tak bisa ditinggalkan.

Oleh Jeffri Novrizal Torade S

 

“KALAU DOSEN TAK MASUK, KAMI LANGSUNG KELUAR MAIN BOLA.”

Kata-kata ini diucapkan oleh pria yang hampir menginjak usia emas—50 tahun—ketika mengenang masa kuliahnya. Ia katakan jika tak bermain dengan rekan seangkatan dikampus, senior pun tak jadi masalah untuk diajak bermain. Hal ini dijadikan pilihan untuk mengisi waktu kosong tak adanya perkuliahan.

Ia, Djonieri. Lelaki kelahiran  Kepulauan Riau, 18 Juni 1966. Mengenang masa perkuliahannya di Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi UR era 80an. Saat itu jurusan tempat ia menimba ilmu memiliki hubungan kerjasama dengan Universitas Sumatera Utara. Beberapa tenaga pengajar didatangkan dari Medan dan beberapa dosen di UR dikirim kesana untuk ikut program pengembangan bidang akuntansi. Akibatnya beberapa dosen selama setahun tak mengajar. Alhasil waktu kosong diisi dengan berolahraga.

 

USAI MENAMATKAN PENDIDIKAN MENENGAH ATAS, Djonieri disarankan oleh orangtua dan kakaknya untuk melanjutkan kuliah di Universitas Riau. Jurusan Akuntansi jadi pilihan kala itu. “Kata kakak, tamat dari sana gampang cari kerja,” ucap Djonieri. Pada 1987 pun ia tercatat sebagai mahasiswa di Universitas Riau.

Diawal perkuliahan Djonieri cukup canggung. Sebab saat SMA, ia memilih jurusan Ilmu Pengetahuan Alam.

Untuk mengatasi kesulitan dalam memahami Akuntansi, ia bergabung dalam Grup Studi dan Praktikum Akuntansi. Grup ini sering buat kelompok belajar membahas mata kuliah yang tidak dipahami. Mulai dari istilah-istilah dalam ilmu akuntansi hingga tata cara perhitungan dalam akuntansi itu sendiri. Pengajarnya senior dijurusan akuntansi. Lama belajar di grup ini, Djonieri pun sempat ditunjuk sebagai pengajar.

Tak hanya belajar dari grup, ia juga aktif ikuti seminar tentang akuntan dan keuangan di kampus. Membahas keuangan, metode audit sampai pengenalan  program akuntansi terbaru. Akuntan dari Bank Indonesia kerap diundang dalam seminar.

Disela keaktifannya dalam grup studi ataupun ikuti seminar, ia tak dapat meninggalkan hobinya. Olahraga. Kata Makmur Kasim, rekan kuliah Djonieri—kini sebagai Chairman Executive Operation Riau Pos Group—ketika dosen tak masuk, Djoneri akan hilang dari kelas dan pergi bermain bola. Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa yang berdiri di kampus UR Gobah sekarang, bekas lapangan bola tempat Djonieri dan kawan-kawan bermain. “Kita beli bolanya di belakang kampus saat itu,” ujar Makmur.

Terus libur dan akhirnya beralih dengan main bola membuat Djonieri bosan. Mereka kumpul sebanyak tiga angkatan dan mendatangi Rektor. Almarhum Bosman Saleh kala itu sebagai Rektor menjanjikan, perkuliahan akan kembali aktif esok. Benar saja, sejak pertemuan dengan Rektor kuliah dijurusan akuntansi kembali aktif.

Karena hobi berolahraga Djonieri juga bergabung di Unit Kegiatan Mahasiswa bidang olahraga. Djonieri juga mendirikan Perguruan Pencak Silat Nasional Perisai Diri cabang Universitas Riau—Kampus Gobah. “Saya pernah jadi Ketua,” katanya.

Dari perguruan ini Djonieri sering mewakili universitas dalam ajang kejuaraan pencak silat di berbagai tempat.

Semasa kuliah, Djonieri pun terlibat dalam kepengurusan Hima Akuntansi. Makmur yang kala itu sebagai Ketua Hima Akuntansi mempercayakan Djonieri sebagai sekretarisnya. “Awalnya dia tidak mau bergabung, karena sering saya paksa akhirnya mau juga,” kenang Makmur. Berbagai kegiatan seperti seminar di percayakan pada Djonieri.

Pernah Fakultas Ekonomi dapat undangan untuk hadiri kegiatan di Jakarta. Semestinya yang berangkat adalah Ketua Senat Fakultas. Karena kedekatan dengan pegawai bagian umum fakultas, Makmur akhirnya diminta untuk menghadiri kegiatan itu. Makmur mengajak Djonieri. Djonieri pun minta Muhammas Adrian—rekan sesama pengurus hima, kini jadi Dosen di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta—juga diikutkan. Tugas Adrian untuk mencatat hal penting ketika kegiatan berlangsung.

Sebelum berangkat, mereka menemui Pembantu Rektor III, kala itu almarhum M Diah. M. Diah katakan, uang Persatuan Orangtua Mahasiswa atau Potma yang ada tidak cukup buat ongkos. “Tapi ada uang kegiatan Senat Mahasiswa FE yang belum dicairkan.” Mereka pun menyepakati uang itu yang digunakan untuk biaya mereka ke Jakarta. Berangkatlah mereka ke Jakarta gunakan Bus Merpati Hitam dengan waktu tempuh 36 jam. “Tidak ada pesawat kayak sekarang,” kenang Makmur.

Sekembali dari Jakarta, mereka langsung dijumpai oleh Ketua Senat Mahasiswa FE.

“Cilake, kalian habiskan uang kami pegi ke Jakarta,”

“Undangan itu diserahkan pegawai ke kami. Salahkan lah die,” ucap Makmur sambil tertawa mengingat percakapannya dengan Ketua Senat yang marah. Pasalnya uang untuk kegiatan senat dipakai oleh Djonieri dan kawan-kawan.

“Habis uang kami kalian pakai.”

“Salahkanlah bapak, die yang kasih uang itu,” Makmur kembali tertawa.

Cerita jelang masa kuliah berakhir, Djoineri tak lepas dari Makmur. Mereka berdua ujian skripsi dalam satu ruangan dan duduk bersebelahan. Secara bergantian, masing-masing penguji bertanya pada Djonieri dan Makmur. Hasilnya, Djonieri dapat nilai C sementara Makmur B. “Dapat nilai segitu sudah paling mantap, dari pada ulang lagi,” ucap Makmur. Kata Iswandi Phili, Pembimbing sekaligus Penguji Djonieri, segala tugas yang diberikan pada Djonieri saat bimbingan selalu dikerjakan.

 

PADA 1994, DJONIERI RESMI MENYANDANG GELAR SARJANA EKONOMI. Jakarta jadi tujuan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. “Biar bisa lebih berkembang lagi,” ucap Djonieri.

Djonieri sempat bekerja di Bank Sertivia. Tak berapa lama pindah ke PT Pull Internasional Line anak usaha Temasek Group. Ia pernah menjabat  Head of Accounting di perusahaan ini. Masa reformasi 1998, ia pindah ke Badan Pengawasan Pasar Modal Kementerian Keuangan.

Sejak meleburnya Badan Pengawasan Pasar Modal dan  Lembaga Keuangan—Bappepam LK—dalam Otoritas Jasa Keuangan atau OJK pada 2012, Djonieri menjabat sebagai Direktur Perencanaan Keuangan. Ia punya tugas untuk membuat anggaran keuangan, standar akuntansi internal dan aturan keuangan OJK.

Hasilnya, ia pernah juara satu Diklat Administrasi Umum dan Pendidikan untuk tingkat direktur dari Kementerian Keuangan  dan OJK.

Djonieri tidak hanya bergulat pada pekerjaannya. Secara akademis ia juga sudah menamatkan program Magister di Belanda dan Doktoral di Australia. Mulai 2011, ia mengabdikan ilmunya dengan menjadi Dosen Program Magister Akuntansi  tentang tata kelola perusahaan dan etika bisnis di Universitas Indonesia. Serta mengajar Pendidikan Profesi Akuntansi tentang etika bisnis di Univesitas Trisakti sejak 2012.

Semasa menempuh pendidikan strata 1 di Universitas Riau, Djonieri juga menyempatkan waktu untuk belajar bahasa inggris. Kemahiran dalam berbahasa inggris menghantarkannya ke berbagai negara dalam tiap kegiatan.

Pada 2015, ia ikut leadership course for executive di  University of Pennsylvania Wharton Business School. Ini program khusus buat pimpinan suatu lembaga yang rutin dibuka tiap tahun oleh penyelenggara. “Waktu itu cuma sendiri dari Indonesia,” ucap Djonieri. Dalam kegiatan ini, peserta diajarkan bagaimana mengambil keputusan yang lebih memperhatikan negosiasi antar anggota kelompok kerja.

Djoneiri bersama kawan di Harvard Business School
Djoneiri bersama kawan di Harvard Business School

Tahun lalu, ia juga mengikuti kegiatan yang sama di Harvard Business School, Harvard University. Pesertanya hanya 8 orang. Masing-masing dari Amerika Serikat, Inggris, India, Amerika Latin, Indonesia dan Vietnam.

Dalam pelatihan ini peserta diberi kiat-kiat ketika mengambil keputusan pada satu kasus berat. Misal, terjadi longsor dalam lubang tambang dengan kedalaman lima puluh meter dimana pekerja banyak terjebak didalamnya. “Kita dituntut cepat bagi tugas dan buat keputusan. Intinya, seorang pemimpin harus bisa berpikir cepat,” ucap Pria yang punya dua anak perempuan ini.

Rentang 2009 hingga 2010, Djonieri menyempatkan waktunya mengikuti ASUC summer school Australia dan Complain Management Australia dari Australian securities and invesment commission. Serta hadir pada kegiatan Taronto Leadership Program Singapore dari  Amonetary Authority of Singapore.

Tidak hanya itu, saat bekerja di Bappepam LK, Djonieri menjadi Coordinator Bappepam LK for working  group on promotion of cross listings on ASEAN exchanges and corporate governance ranking initiatives. Group ini masuk dalam ASEAN Capital Market Forum and Bapepam-LK. Forum ini fokus membahas kemampuan pasar modal tiap negara dalam melakukan pengenalan pada masyarakat.

Djonieri juga menjadi Coordinator Bappeam-LK for working  group on mutual recognition of prospectus for primary offerings of plain debt and equality,  untuk ASEAN Capital Market Forum and Bappepam-LK. Organisasi ini satu tingkat dari yang di atas.

Forum ini dituntut membuat aturan dalam menghadapi ASEAN Economic Community—AEC—atau Masyarakat Ekonomi ASEAN pada 2016. Aturan yang dibuat harus sesuai dengan kondisi negara peserta AEC. AEC merupakan kerjasama ekonomi negara ASEAN yang memberlakukan sistem satu pasar dalam perdagangan barang, jasa investasi modal dan tenaga kerja.

 

MESKI SIBUK DENGAN PEKERJAAN DAN TANGGUNGJAWABNYA SEBAGAI DOSEN, Djonieri tetap berkecimpung didunia olahraga. Badminton olahraga yang rutin ia lakukan sekarang. “Aku sekarang jadi Ketua perlombaan olahraga antar OJK dengan wartawan,” ucapnya di penghujung telepon.#