Ia meraih medali perunggu di SEA Games 2015 di Singapura. Dua tahun kemudian, mahasiswa perikanan UR kembali mewakili Indonesia di SEA Games Malaysia Agustus ini.

Oleh Misdawati

 DUA PEREMPUAN sedang berdiri berhadapan. Mengenakan jaket, sarung tangan dan sepatu serba putih di tengah lapangan 1,5×14 meter. Keduanya memegang pedang di tangan dan saling mengibaskan pedang ke arah satu sama lain. Tak lupa, kaki harus siaga pasang kuda-kuda.

Saat pedang diarahkan, pemain lawan menangkis dengan pedang yang dimiliki. Sesekali ia akan menghindar dengan menggerakkan badan ke kiri, kanan maupun ke belakang. Badan mereka diikat kabel dan pakaian khusus digunakan untuk mendeteksi jika terkena pedang. Poin bertambah kalau pedang berhasil menusuk badan lawan.

Maju satu langkah, mundur satu langkah. Maju lagi. Mundur lagi.

Megawati sedang bertanding lawan peanggar tuan rumah, Fiona Wing di ajang SEA Games 2015, OCBC Arena Singapura.

Mega, panggilan akrabnya lahir di Pontianak, Kalimantan Barat, 29 Agustus 1995. Di sana ia mengenyam pendidikan dari Taman Kanak-kanak hingga Kelas Satu Sekolah Dasar. Saat kelas dua ia ikut orang tuanya pindah ke Bengkalis. Mega lalu pindah ke SD 005 Bengkalis.

Atika Floariana, teman SD yang baru mengajak Mega untuk mengikuti latihan anggar di Gelanggang Olahraga Perkasa Bengkalis. Dari tempat latihan ke rumahnya membutuhkan waktu sepuluh menit jika berjalan kaki.

Ketika diajak bermain anggar, mulanya Mega hanya ikut-ikutan. Lama kelaman ia pun mulai tertarik dengan olahraga ini. Ia rutin latihan dibawah asuhan Harianto, pelatih di GOR Perkasa.

Mega sejak berlatih anggar main di nomor pertandingan floret (foil). Pembagian ini berdasarkan bentuk pedang. Floret berbentuk lentur dan ringan. Ujungnya datar dan bulat. Berat 500 gram. Pelindung tangan lebih kecil dibandingkan dengan sabel dan degen. Bagian bawah pedang untuk menangkis dan ujungnya untuk menusuk.

Mega saat mendapatkan medali di AUG Singapura 2016
Mega saat mendapatkan medali di AUG Singapura 2016

Namun sejak 2010, ia bermain di nomor pertandingan degen (epee) individu. Bisa juga beregu. Pedang berbentuk segitiga dan berparit. Pelindung tangan besar dengan berat mencapai 750-770 gram.

Giat berlatih lantas, tahun 2006 Mega mendapatkan kesempatan bertanding pertama kalinya di ajang Open Internasional Jakarta dengan nomor pertandingan cadet permula. Namun ia kalah dalam pertandingan ini.

“Saat sekolah saya selalu mendukung Mega dengan cara mengantar dan menjemputnya untuk mengikuti latihan anggar serta mendoakan yang terbaik untuknya selama mengikuti anggar sampai ia mendapatkan medali,” ucap Nurhaida, orang tua Mega.

Setelah menamatkan SD, Mega melanjutkan sekolah ke SMPN 1 Bengkalis. Saat SMP Mega berhenti bermain anggar karena Harianto pindah tugas ke SMAN 1 Tanjung Medang, Rupat Utara. Disana Harianto menjadi kepala sekolah selama tiga tahun.

IA KEMBALI bermain anggar saat duduk di SMA Negeri 1 Bengkalis saat Harianto kembali ke Bengkalis. Pada November 2011, Mega kembali mengikuti kejuaraan Nasional Anggar di Cibubur, Jakarta. Langkahnya terhenti di delapan besar saat menghadapi Khatrin Ghea Endarwati dari Jawa Barat.

Di tahun yang sama ia mengikuti ajang WRG Internasional Fencing Cup. Untuk pertama kali ia berhasil mendapatkan medali perunggu. Setahun berikutnya Mega mengikuti Kejurnas di wilayah Depok, namun ia hanya mendapatkan peringkat enam belas besar saja.

Tahun 2012, Mega mengikuti pra Pekan Olaraga Nasional (PON) di Jakarta. Saat itu ia mendapatkan medali perak dengan nomor pertandingan cadet dan junior. Di tahun itu juga Mega kembali mengikuti Pekan Olaraga Nasional di Riau. Namun sayang, di ‘kandang’ sendiri Mega gagal mendapatkan medali. Ia takluk di delapan besar oleh atlet asal Sumatara Selatan.

Walau gagal mendapatkan medali, delapan hari setelah penutupan PON Riau, ia diundang Pengurus Besar (PB) Ikatan Anggar Seluruh Indonesia (IKASI) untuk mengikuti kejuaraan terbuka Asia dengan nomor pertandingan cadet dan junior di Nusa Dua, Bali. Mega bersama 47 atlet Indonesia lainnya berhasil membawa Tim Indonesia mendapatkan peringkat empat besar.

Mega sendiri mendapatkan mendapatkan medali perak di nomor pertandingan beregu cadet epee putri.

Dengan masuknya Indonesia di nomor pertandingan cadet epee putri, Mega dan dua rekannya berhak tampil di ajang bergengsi World Cadets and Juniors Fencing Championships 2013 di Porec, Kroasia.

Sebelum berangkat, pihak sekolah adakan pelepasan untuknya pada 2 April 2013. Eduar, Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bengkalis turut hadir. Ia berharap akan lahir seperti Megawati di masa yang akan datang di Bengkalis. Ia juga mengingatkan agar Mega menjaga nama baik Indonesia selama di luar negeri.

Di negara Eropa Selatan itu Mega dan timnya ‘pulang kampung’ tanpa medali. Indonesia tak meraih satu medali pun. Ia hanya menempati peringkat 89. Sepulang ke Bengkalis, Mega langsung mengikuti Ujian Nasional Susulan. Sebab, masa Ujian Nasional bersamaan dengan kejuaraan di Kroasia.

Dua bulan setelah UN Susulan Tahun 2013 Mega kembali mengikuti Kejurnas di Jakarta, saat itu Mega sudah masuk ke nomor junior diatas umur 17 sampai 20 tahun. Medali perak di nomor pertandingan junior dan nomor senior serta medali perunggu kejuaraan antar klub berhasil ia bawa pulang ke Kota Terubuk.

September 2013, Mega melanjutkan studi di Universitas Riau. Ia lulus jalur Penelusuran Bibit Unggul Daerah di Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK).

“Saya ingin menjadi pengusaha. Peluang kerjanya juga masih banyak,” ujar Mega yang sudah membuka rumah makan Sea Food Megat’s Bengkalis di Jalan Air Dingin, Marpoyan.

Di tengah kesibukan kuliahnya, Mega tetap tekun berlatih Anggar. Menurutnya setelah belajar perlu penyeimbang otak kanan dan otak kiri.

Setiap hari, Mega bolak-balik dari kampusnya dari Panam ke Hall Anggar Komplek Universitas Lancang Kuning di Rumbai. Dari jam empat sampai menjelang magrib, latihan bersama teman-teman anggar dari Bengkalis. Lama perjalanan sekitar 30 menit menggunakan sepeda motor.

“Tak jarang ia terlambat datang ke Rumbai karena jaraknya yang jauh dan ia pun sibuk dengan pratikumnya,” ucap Atika.

Sebelum memulai latihan, biasanya wajib melakukan pemanasan. Setelah itu mulai latihan teknik dasar. Seperti memegang pedang, menyerang lawan dengan cara maju selangkah dan mundur selangkah.

Ketika terlambat Mega hanya melakukan latihan fisik. Karena batas latihan hanya sampai magrib. Latihan tidak dilakukan malam hari karena fasilitas penerangannya yang belum lengkap.

Memasuki perkuliahan semester dua, Mega mengikuti South East Asia Fencing Federation (SEAFF) Championsip 2014 di Kuala Lumpur, Malaysia. Kejuaraan Anggar Asia Tenggara. Mega berhasil mendapatkan medali perunggu di nomor beregu.

Lima bulan setelah Kejuaraan di Kuala Lumpur, Mega kembali mengikuti Kejurnas Anggar di Kalimantan Timur. Di Bumi Mulawarman, Mega mendapatkan medali emas di nomor Junior. Alhasil Mega berhasil masuk ke dalam Pelatihan Nasional (Pelatnas) di Jakarta pada 2014.

Di semester empat Mega mengambil masa langkau. Sebab, pada Juni 2015 ia akan mengikuti SEA Games di Singapura. Tetapi, ia harus menjalani karantina dahulu selama satu setengah bulan di Korea Selatan. Perhelatan Sea Games ke 28 ini, Mega berhasil meraih medali perunggu di nomor pertandingan epee putri.

Tiga bulan setelah Sea Games, ia mengikuti lagi Kejurnas pra PON di Bandung, Jawa Barat. Mega mendapat medali emas lagi di nomor junior dan senior.

Pada April 2016 Mega berangkat ke Wuxi China untuk mengikuti Olympic dan Asia Senior Zone Championships. Di kejuaraan ini, Mega berhasil meraih peringkat 11 dan 45 dari seluruh peserta.   Mega kembali menginjakkan kaki di Singapura pada Juli 2016. Kali ini ia mengikuti Asean University Games (AUG) XVIII. Kejuaraan olahraga antar Mahasiswa se Asia Tenggara. Peanggar spesialis tangan kanan ini berhasil meraih medali perak dengan mengalahkan wakil Thailand. “Sempat buat jantung berdegup kencang. Hanya beda 2 poin,” kata Willem Tarega, Manager tim Indonesia di laman Dirjen Belmawa Kemenristekdikti.

Mega ketika dikarantina di Korea
Mega ketika dikarantina di Korea

Dua bulan setelah AUG, Mega mewakili Riau di PON XIX Bandung, Jawa Barat dengan nomor pertandingan epee putri tim. Di sini ia satu tim dengan Atika. “Ayok Mega, jangan buru-buru. Siap Mega!,” ucap Atika kepada Mega saat bertanding.  Atika yakin Mega akan meraih medali dalam pertandingan itu. Saat latihan Mega sering datang lebih awal dari temannya. Ia juga mengulang latihan bersama Muhammad Fajri, adiknya yang juga atlet anggar. Sama seperti Atika, Harianto juga memprediksi Mega akan membawa medali. Sebab menurutnya banyak peningkatan yang terlihat saat Mega latihan. Persiapan fisiknya pun juga sudah matang karena sudah banyak melahap materi selama latihan. Berdasarkan data peanggar dari Federasi Anggar Internasional.

Mega mulai karir junior di musim 2012/2013 menempati peringkat 349 dunia. Karir seniornya dimulai pada musim 2014/2015 peringkat 447 dan musim beringkutnya naik lima tingkat ke 442 dunia. Masih di laman yang sama, Mega di tahun 2017 akan menghadapi tiga kejuaraan. Summer Universiade di Taiwan 20 Agustus. Dua tahun sebelumnya, kejuaran ini diikuti 170 negara. Lalu, SEA Games Malaysia 21 Agustus. Terakhir Tournoi Satellite di Belgrade, Serbia 23 September.  Mega hanya ikut SEA Games Malaysia. Sebab, jadwal Summer Universiade berbenturan dengan SEA Games. Ia juga belum tahu pasti, apakah akan mengikuti kejuaraan di Serbia. “Ini masih fokus SEA Games dulu,” kata Mega melalui layanan pesan WhatsApp di sela-sela latihan.

MESKI sibuk latihan dan mengikuti kejuaraan anggar, Mega tak melupakan kewajibannya sebagai mahasiswa. “Ia selalu mengutamakan kuliah. Datang tepat waktu dalam belajar. Setelah menyelesaikan kuliah dan pratikumnya barulah ia berangkat menuju tempat latihan”, ujar Efi Nuryanti, teman satu jurusannya. “Ia juga memiliki jiwa sosial yang tinggi, bahkan sering menolong temannya yang kekurangan uang.”

Adriman, Dosen Jurusan Manajemen Sumber Daya Perairan menilai, Mega di kelas aktif dan selalu bertanya dalam setiap mata pelajaran yang diajarkan. Ia beri keringanan walaupun sering tidak masuk hingga empat pertemuan.

“Ia diberikan izin karena bertanding anggar dengan membawa nama Universitas dan Indonesia,” ucap Adriman.

Mega mengambil masa langkau selama dua semester pada tahun 2015. Kini Mega juga harus meninggalkan teman Kuliah Kerja Nyatanya di Desa Pedekik, Kecamatan Bengkalis. Bersama dengan atlet lain, ia mengikuti latihan di Pusat Pelatnas Jakarta Selatan. Persiapan menghadapi SEA Games Malaysia pertengahan bulan Agustus ini.

“Yang penting jangan sampai kuliahnya hancur demi anggar karena belajarlah yang jadi tujuan utamanya,” ucap Nurhaida.

Mega memiliki pinsip kalau mau lanjutkan, kalau tidak tinggalkan. Ini prinsip yang selalu ia pegang selama berlatih anggar. Karena ia berpikir sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kalau tidak kaum itu sendiri yang merubahnya.

Prestasi demi prestasi diraih Mega. Ia menjadi andalan Riau maupun Indonesia di berbagai kejuaraan. Berkat hobi ini jugalah yang membawanya keliling dunia.*