Perkembangan dunia digital merambat ke industri media. Tak sedikit media menyesuaikan diri dengan digital. 17 Januari 2017 terbentuk sebuah media daring dengan wajah baru. Kumparan berarti Kumpulan Pemikiran merupakan platform media kolaboratif Indonesia sebagai wadah membaca berbagai konten.
Kumparan juga menamai dirinya sebagai perusahaan startup. Perusahaan rintisan ini menggabungkan teknologi dan inovasi ke dalam media. Uniknya, dalam penyajian bentuk, Kumparan punya hal yang menarik. Ia mengusung konten yang hampir sama dengan media sosial seperti facebook, twitter dan lainnya. Anda bisa membuka tampilan awal dari Kumparan.
Selain itu, Kumparan juga mendorong pengguna untuk menulis dan membuat konten kesukaan sendiri.
Namun, dengan mengajak orang-orang untuk menulis, bagaimanakah kredibilitas tulisan yang dimuat oleh pengguna Kumparan?
Sabtu, 17 November lalu Riauonline.co.id menaja seminar dengan tema Numedia Cyber Menuju Era Virtual. Menghadirkan Arifin Asydad sebagai narasumber. Ia adalah pemimpin redaksi kumparan.com.
Baca juga : Langkah Media Hadapi Dunia Digital
Usai seminar, Raudatul Adawiyah Nasution dan Kru Bahana Mahasiswa yang lain sempat bincang-bincang dengannya. Simak hasil wawancaranya.
Bagaimana awal cerita membangun Kumparan?
Kita melihat bahwa perkembangan media online itu jalan di tempat. Model lama harus diperbarui dengan cara baru dengan mengetahui bagaimana orang mengonsumsi berita.
Kemudian kita ingin memiliki media yang konten-konten tidak hanya Jabodetabek. Kita ingin memiliki media yang kontennya memang tersebar diseluruh nusantara.
Kira-kira kalau seperti itu bisa jadi dalam satu hari, kita mendapatkan lima ribu bahkan sepuluh ribu konten. Kita mencari tahu cara supaya ini bisa terwujud. Selain itu, kita juga ingin mencari berita dari seluruh pelosok nusantara.
Kita menyebutnya dengan kolaborasi. Kita ingin bangun media yang bisa berkolaborasi dengan banyak pihak. Juga media yang melakukan pendekatan konten secara efektif dan efisien.
Berkolaborasi dengan banyak pihak, bagaimana Kumparan menjaga independensinya?
Kumparan punya standar. Pertama, konten harus bisa dipertanggung jawabkan. Narasumber dan penulisannya harus sesuai dengan fakta.
Kedua, secara kemasan juga punya berbagai bentuk. Ada tulisan pendek dan panjang, ada juga infografis, videografis dan video. Terpenting, tugas jurnalis harus bisa membangun konten yang bisa dipertanggungjawabkan.
Untuk kolaborasi dengan banyak pihak, misalnya dengan daerah, kita memberi edukasi. Edukasi tentunya berkaitan dengan kaidah jurnalistik dalam bentuk pelatihan.
Nah, bagaimana dengan kolaborasi kepada pengguna?
Jika kolaborasi seperti itu, kita mempunya tim. Tim ini nantinya akan memoderasi baik orang maupun kontennya. Walau sebenarnya, konten yang bertanggung jawab itu bisa pembaca yang menilai. Namun, Kumparan ada semacam botton, ini nantinya akan melaporkan konten yang tidak benar, hoax, fitnah dan lainnya.
Adakah yang melapor?
Dulu banyak, karena di buka seratus persen. Sekarang sudah diseleksi oleh konten kreator sehingga sudah hampir tidak ada.
Langkah setelah ada laporan bagaimana?
Dicek dulu tulisan yang dilaporkan. Apakah konten hoax, fitnah bahkan plagiasi. Foto juga tidak luput dari pemeriksaan. Nantinya jika memang ada kesalahan, sangsinya bisa ditegur atau yang terparah dicabut akunnya.
Bagaimana persentasi pembaca Kumparan?
Ada yang kita sebut daily active user. Ini pembaca yang aktif setiap hari. Ada juga mainly active user. Ini pengguna yang aktif terus dalam sebulan. Kalau tadi kita hitung perhari, ini perbulan. Bisa saja hanya tiga hari sekali. Bisa enam hari sekali atau sepuluh hari sekali.
Saat ini, posisi daily active user sekitar dua juta sampai dua juta setengah. Mainly active user sekitar 26 juta.
Seiring dengan pertumbuhan Kumparan, bagaimana meningkatkan pembaca?
Ada dua hal. Pertama, produk kita situsweb harus bagus. Orang nyaman membaca cepat.
Kedua, sisi kontennya kita juga punya standar. Apakah kontennya diinginkan masyarakat atau tidak? Inilah yang perlu dibangun. Bagaimana Kumparan punya nilai yang baik, ya bukan hanya sekedar konten yang ambisisus. Itu yang dijaga.
Dari segi manajemen dan marketing, sebaiknya media daring itu bagaimana?
Dari segi bisnisnya menarik sekarang. Kita melihat media cetak sudah banyak yang mulai redup dan beralih. Kemudian dari segi pasar, masyarakat sudah antusias menggunakan teknologi dengan gawai. Dari situ bisa liat pasar yang sangat besar. Memakai teknologi memang berpotensi luar biasa.
Modal kumparan sebagian besar digunakan untuk apa?
Kumparan sadar akan investasi teknologi. Membangun sumber daya manusia maupun membangun sistemnya. Kita mengambil orang-orang terbaik Indonesia maupun luar negeri yang hebat dalam bidang teknologi. Memang mebutuhkan biaya besar, namun kita juga sadar bahwa ini adalah investasi jangka panjang.
Kemudian marketing, bagaimana kita membuat Kumparan bernilai. Terakhir, membangun sumber daya manusia secara keseluruhan. Baik melalui gaji maupun pelatihan.
Terkait gaji, bagaimana Kumparan sejahterakan wartawannya?
Pertama, gaji wartawan kita paling tidak diatas Upah Minimun Regional. Gaji juga didapat empat belas kali dalam setahun. Ada pula bonus jika keuangan perusahaan sedang baik. Kalau dibandingkan dengan media lain mungkin Kumparan yang paling tinggi.
Kedua, Kumparan membagi sistem Employee Stock Option Plan atau ESOP. Itu semacam saham kepada karyawan. Begitu masuk ke Kumparan, ayo bagi saham. Supaya mereka memang punya rasa memiliki terhadap Kumparan.
Terakhir, segala yang berkaitan dengan kesehatan ada jaminannya. Untuk membangun media, dari awal Kumparan harus menyejahterakan wartawan. Ini yang ditanamkan. Mungkin, belum dilakukan oleh media lain.