AEDY Kusmara sangat tertarik dengan desain web. “Bisa membuat halaman website yang unik dan warna-warni menakjubkan bagi saya,†katanya. Ia pun belajar bahasa pemrograman. Kini ia bekerja di Pusat Komputer Universitas Riau. Puskom adalah lembaga di UR yang mengelola teknologi komunikasi dan informasi (ICT), termasuk mengelola website unri.ac.id.
Aedy banyak mengunjungi situs berita online untuk melihat berbagai referensi web. Jika jenuh, ia juga membaca berita-berita yang ada di web tersebut. Astaga.com dan Detik.com adalah situs web yang sering dikunjungi Aedy. “Dulu saya bisa habiskan waktu 8 jam sehari di depan komputer Puskom,†katanya. Kegiatan tersebut sudah dilakoni saat Aedy masih berstatus mahasiswa di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (Faperika) UR.
Ia sempat langganan Intisari—majalah bulanan sejak 1963 diterbitkan Kompas Gramedia—untuk mendapatkan informasi. “Tapi setelah tahu internet, saya baca informasi di internet saja. Lebih efektif, hemat dan praktis,†ujarnya.
Mengandalkan internet untuk memperoleh informasi mulai dilakoni Aedy sejak tahun 1997. Saat itu media online di Riau memang belum semarak sekarang. Kini Ketua Serikat Perusahaan Suratkabar (SPS) Riau Syafriadi mencatat lebih dari 100 portal berita online berkembang di Riau.
Kehadiran situs berita online tak terlepas dari maraknya penggunaan internet. “Anak-anak muda Inggris usia 15 sampai 24 tahun (kini) mulai menggunakan internet,†demikian ditulis tajuk majalah The Economist 26 Agustus 2006.
Salah satu perusahaan riset terbesar di Asia Tenggara, MarkPlus Insight, memaparkan jumlah pengguna internet di Indonesia pada akhir tahun 2012 mencapai 61,08 juta orang, lebih banyak 6 juta orang dibanding tahun 2011 yang berjumlah 55 juta orang. MarkPlus Insight menggunakan metode survei terhadap 2.151 orang usia 15-64 tahun di 11 kota besar di Indonesia.
Kesimpulan lain dari MarkPlus Insight, 40 persen pengguna internet di Indonesia mengakses internet lebih dari 3 jam per hari, 95 persen mengakses internet dari notebook, tablet dan perangkat seluler, serta mayoritas pengguna internet di Indonesia berada di rentang usia 15-35 tahun.
BAHANA Mahasiswa mencari tahu peringkat situs media online di Riau menurut alexa.com. Alexa.com adalah situs penyedia informasi tentang banyaknya pengunjung suatu situs dan urutannya. Ia didirikan 1996 oleh Brewster Kahle dan Bruce Gilliant, berbasis di California, Amerika Serikat. Melalui alexacom, kita dapat mengecek rangking website yang dikelompokkan berdasarkan negara, kategori tertentu atau berdasarkan urutan website dunia.
Bahana tak berhasil mendapatkan daftar seluruh media online di Riau. Ketua Serikat Perusahaan Suratkabar (SPS) Riau Syafriadi juga mengaku tak tahu berapa angka pasti jumlah media online di Riau. Namun ia memperkirakan lebih dari 100. Sejak Kongres SPS di Bali tahun 2010, SPS Riau sudah menaungi media online. Kongres tersebut memutuskan mengganti singkatan SPS, awalnya Serikat Penerbitan Suratkabar—hanya menaungi media cetak, menjadi Serikat Perusahaan Suratkabar—menaungi media cetak, elektronik dan online.
Untuk mencari nama-nama media online yang ada di Riau, Bahana menggunakan bantuan Google Search dengan kata kunci “Riauâ€, “media online di Riauâ€, “portal berita Riauâ€, “daftar situs berita Riauâ€, “daftar portal berita di Riauâ€. Bahana menemukan 32 nama pada pencarian tanggal 30 Maret 2013. Untuk rangking situsnya Bahana cek di situs alexa.com dengan cara memasukkan satu per satu situs media online hasil pencarian Google Search.
Hasilnya, situs riaupos.co berada di peringkat pertama. Ia memperoleh peringkat 1.206 situs paling banyak dikunjungi se-Indonesia. Urutan kedua dipegang oleh riauterkini.com (peringkat 1.703 se-Indonesia) dan ketiga katakabar.com (peringkat 4.559 se-Indonesia).
Riaupos.co adalah sebuah media online di Riau yang dikelola oleh PT Riau Pos Intermedia milik Riau Pos Group. Ia memuat berita ekonomi dan bisnis, feature, hiburan, hukum dan kriminal, internasional, Kepulauan Riau, kesehatan, life dan style, lintas Sumatera, metropolis, nasional, olahraga, politik, pro otonomi, sains dan teknologi serta xpresi. Beritanya juga mencakup sebelas kabupaten di Propinsi Riau: Bengkalis, Dumai, Indragiri Hilir, Indragiri Hulu, Kampar, Kuantan Singingi, Meranti, Pelalawan, Rokan Hilir, Rokan Hulu dan Siak. Selain itu, ada pula kanal RiauPos TV (televisi milik Riau Pos Group), majalah Riau Pos, dan kolom berisi tulisan beberapa tokoh Riau.
Tahun 2009 riaupos.co mulai dikelola dengan baik. Yasril Pemimpin Redaksi riaupos.co mengatakan bahwa portal berita ini dihadirkan sebagai upaya antisipasi perkembangan media massa. “Kita akui pengelolaan kita belum maksimal, masih upload berita yang terbit di Koran Riau Pos ke online,†katanya. Namun kelebihannya, lanjut Yasril, riaupos.co punya reporter dalam lingkup Riau Pos Group sehingga update beritanya lebih banyak.
Riauterkini.com dikelola oleh CV Intimedia Riau dengan motto Memantau Riau dari Detik demi Detik. Ia didirikan oleh Ahmad S. Udi pada 20 Oktober 2003. Riauterkini.com kini memiliki sebelas wartawan daerah mencakup Pelalawan, Bengkalis, Rokan Hulu, Indragiri Hilir, Indragiri Hulu, Kampar, Dumai, Duri, Rokan Hilir, Siak dan Jakarta.
“Begitu banyak informasi yang ingin disampaikan tapi terhambat wadah,†cerita Ahmad S. Udi soal latar belakang pendirian riauterkini.com. Sebelumnya Ahmad adalah kontributor stasiun televisi nasional RCTI untuk wilayah Riau. Ia juga wartawan di mandirionline.com.
Ahmad sempat pesimis dengan portal yang didirikannya. “Maklum, internet waktu itu masih terbatas sekali,†ujarnya. Namun dengan memanfaatkan jaringan saat bekerja sebagai kontributor RCTI, ia bisa mempertahankan situs tersebut hingga kini. Baginya tampilan nomor sekian, yang terpenting isinya karena media online mengandalkan kecepatan. “Kalau isi sudah menjual, pengunjung akan tertarik.â€
Katakabar.com merupakan media online di bawah CV Sinar Cemerlang. Ia didirikan oleh Abdul Aziz pada Juli 2011. Mottonya Bukan Kabar Biasa. Dalam situsnya, katakabar.com menyatakan situs mereka dikunjungi lebih dari 10 ribu pengunjung per hari dengan rata-rata pageviews lebih dari 250 ribu per hari.
Kini katakabar.com memiliki 12 koresponden daerah, masing-masing di Mandau-Pinggir, Bengkalis, Rokan Hulu, Kampar, Pelalawan, Indragiri Hulu, Dumai, Medan, Jambi, Padang, Palembang dan Jakarta. Beritanya mencakup Riau, Sumatera, Ekonomi Bisnis, Hukum Kriminal, Pemerintahan, Lingkungan, Investigasi, Pendidikan, Politik, Olahraga, Opini, Nusantara, Internasional, Kabar Caleg juga English Version (berita berbahasa Inggris).
Secara umum, ketiga situs terbanyak pengunjung di Riau ini memiliki konten tak jauh berbeda. Ketiga situs mengandalkan update berita straight news (berita lempang mengandalkan format 5W+1H). Tersedia pula link berita terkait maupun berita terpopuler disertai foto dan tanggapan pembaca pada kolom “komentar†di setiap berita.
Buku Blur memaparkan web bisa memberi elemen jauh lebih beragam dalam memberitakan suatu peristiwa. Blur: How to Know What’s True in the Age of Information Overload diterbitkan Agustus 2011 oleh Bill Kovach dan Tom Rosenstiel. Kovach memulai karir sebagai wartawan pada 1959. Ia pernah bekerja di The New York Times, Atlanta Journal dan terakhir menjadi kurator Nieman Foundation for Journalism di Universitas Harvard. Sedangkan Rosenstiel wartawan The Los Angeles Times spesialis media dan jurnalisme. Kini ia jalankan Committee of Concerned Journalists.
Kovach dan Rosenstiel adalah dua wartawan Amerika Serikat yang sudah menerbitkan tiga buku bersama. Blur buku ketiga mereka. Akhir tahun 2012 buku Blur terjemahan Bahasa Indonesia diluncurkan oleh Dewan Pers Jakarta. Ia diterjemahkan oleh Yayasan Pantau Jakarta.
Dalam buku Blur, Kovach dan Rosenstiel menjelaskan, selain narasi utama, foto, link berita terkait, dan komentar pembaca, website juga bisa mencantumkan grafik, galeri foto oleh warga, tautan yang menempel pada narasi utama berisi definisi suatu istilah, tautan menuju organisasi yang disebut dalam berita, maupun tautan menuju blog yang mengupas soal berita yang disajikan.
Web juga bisa menyajikan transkrip lengkap wawancara, video dan audio, biografi penulis berita, basis data terkait berita, tombol untuk membagi berita ke situs sosial media, serta tombol koreksi dan update berita yang dimasukkan langsung ke teks asli.
Bagaimana Cetak Menghadapi Kecepatan Online?
Situs republika.co.id pada 19 Oktober 2012 memuat berita berjudul Edisi Cetak Ditutup, Newsweek Jadi Format Online. Ia menginformasikan Newsweek menerbitkan edisi cetak terakhirnya pada akhir tahun 2012. Di awal tahun 2013, majalah yang berusia 80 tahun ini akan menutup edisi cetaknya dan menggantinya dengan format online.
Perpindahan dari cetak ke online tersebut diumumkan kepala editor dan pendiri The Newsweek Daily Beast Co., Tina Brown. Republika.co.id menulis, majalah Newsweek yang terbit di New York, Amerika Serikat ini merupakan majalah nomor dua terbesar dari segi oplah dan pendapatan.
“Pada 2003, sirkulasi majalah ini di seluruh dunia mencapai lebih dari 4 juta, termasuk 2,7 juta di Amerika Serikat. Pada 2010, oplahnya turun menjadi 1,5 juta,†kata Tina Brown. Penurunan oplah dan pendapatan ini yang menyebabkan Newsweek menutup edisi cetaknya.
Endy M. Bayuni, Senior Editor The Jakarta Post saat acara Launching dan Bedah Buku Blur: Bagaimana Meliput Agama dan Menghadapi Tsunami Informasi? di Perpustakaan Soeman HS Pekanbaru pada 3 Februari 2013 memprediksi bahwa media cetak di Indonesia hanya akan bertahan paling tidak hingga 10 tahun lagi.
Pemimpin Redaksi Harian Riau Pos Nazir Fahmi tak sepaham dengan prediksi Endy M. Bayuni. Menurutnya, kondisi media cetak di Indonesia khususnya Riau belum mengkhawatirkan. “Media luar umurnya sudah ratusan tahun. Sedangkan di Indonesia masih baru, apalagi Riau. Jadi masih jauh lah,†ujarnya.
Namun Nazir mengaku Riau Pos sudah melakukan beberapa kebijakan agar edisi cetaknya tak ditinggalkan pembaca. “Memperkuat deskriptif dalam tulisan,†ujarnya. Cara lain, lanjut Nazir, membuat rubrik Xpresi dengan melibatkan pelajar maupun mahasiswa. “Kita melibatkan anak muda sebagai generasi penerus. Agar mereka tahu dan terlibat langsung bagaimana kerja media cetak sesungguhnya.â€
Beda lagi dengan Harian Tribun Pekanbaru. Agar tak ditinggalkan pembaca, Tribun menerapkan kebijakan soal berita eksklusif. “Target kita setiap bulan harus ada empat berita eksklusif,†kata Dodi Sarjana, Pemimpin Redaksi Tribun Pekanbaru. Berita eksklusif, jelas Dodi, bisa saja beritanya sama dengan media lain, namun harus ada angle (sudut atau sisi) lain, baik dari narasumber atau wawancara eksklusif.
Meski optimis edisi cetak Riau Pos akan berumur panjang, Nazir Fahmi katakan Riau Pos sudah ada persiapan bila suatu saat edisi cetak harus mati. “Kita sudah persiapkan media online riaupos.co, bahkan sekarang nomor satu di Riau versi Alexa,†ujar Nazir bangga.
Tribun Pekanbaru juga punya media online: tribunpekanbaru.com. Ia merupakan jaringan dari Tribun Network dengan situs tribunnews.com. “Sistemnya saling menguntungkan. Kita ambil berita dari daerah lain melalui jaringan tribunnews, daerah lain juga dapat berita Riau dari situs Tribun Pekanbaru,†kata Dodi Sarjana.
Akhir November 2012 situs tribunpekanbaru.com memperoleh penghargaan Best in Social Media 2o12 tingkat Asia Pasifik dari WAN-IFRA (asosiasi surat kabar dan penerbitan berita dunia). WAN-IFRA merupakan asosiasi non profit terdiri dari 76 asosiasi surat kabar nasional, 12 kantor berita, 10 organisasi pers regional dan eksekutif surat kabar individu dalam 100 negara. Ia didirikan tahun 1948 dan pada 2011 telah mewakili lebih dari 18 ribu publikasi global.
Menurut tribunnews.com, kategori sosial media yang dimenangi Tribun Pekanbaru ini merupakan gabungan dari keunggulan produk online (situs tribunpekanbaru.com) dan produk cetak (koran). Juri WAN-IFRA melihat keunggulan Tribun Pekanbaru pada rubrik Tribuners Pekanbaru Interaktif, Citizen Journalism dan Citizen Shoot. Ketiga rubrik ini memberi ruang interaktif dan komunikatif untuk publik.
Di Citizen Journalism, warga diberi kesempatan mengirim berita maupun informasi terkait peristiwa di lingkungannya. Citizen Shoot memberi kesempatan pada warga untuk mengirimkan foto bernilai berita. Sedangkan Tribuners Pekanbaru Interaktif, warga bebas memberi info apapun yang terhubung melalui fan page facebook.
“Kita akui kiriman warga baik berita maupun foto banyak yang belum memenuhi standar jurnalistik. Namun tetap kita naikkan. Ini bisa jadi bahan pembelajaran bagi mereka, bagaimana tulisan dan foto yang bernilai berita itu,†kata Dodi Sarjana.
SUZI Parker, pengelola blog Washington Post memuat sebuah berita berjudul Sarah Palin Mencoba untuk Tetap Relevan di blog tersebut. Ia menyebut bahwa Sarah Palin, kandidat wakil presiden Partai Republik yang baru saja keluar dari Fox News, telah berpindah ke jaringan Al-Jazeera untuk lebih dekat dengan jutaan orang alim di dunia. Ia mengutip Daily Currant sebagai sumber kolomnya.
Al-Jazeera baru-baru ini memang membuat berita bahwa jaringan mereka berencana meluncurkan Al-Jazeera Amerika akhir tahun ini. Tapi tidak, seperti yang ditulis Suzi Parker, dengan Sarah Palin di dalamnya.
Menyadari kekeliruannya, Washington Post kemudian memuat koreksi. Dengan demikian, Washington Post telah menambah panjang daftar media papan atas yang menurunkan berita yang terbukti tak benar.
Informasi ini dimuat oleh situs tempo.co pada 13 Februari 2013 dengan judul berita Washington Post Tertipu Cerita Sarah Palin.
Tahun 2008 Dewan Pers pernah mendapat pengaduan terhadap media online. Kasusnya dimuat dalam situs resmi Dewan Pers. Dewan Pers adalah sebuah lembaga independen di Indonesia yang berfungsi mengembangkan dan melindungi kehidupan pers di Indonesia. Ia memiliki wewenang untuk menyelesaikan sengketa jurnalistik.
Dua kasus pengaduan terhadap media internet berhasilkan didamaikan Dewan Pers melalui mediasi. Kasus pertama yakni sengketa antara Reno Iskandarsyah dengan hukumonline.com. Pada 28 Juli 2008, hukumonline.com memuat berita berjudul Takut Klien Jadi Tersangka, Advokat Rela Menyuap. Setelah dimediasi, hukumonline.com mengakui kesalahan bahwa berita yang disebarkan bersifat menghakimi dan tidak melakukan verifikasi kepada Reno Iskandarsyah.
Kasus kedua sengketa antara Djoko Edhi dengan detik.com. Djoko Edhi S Abdurrahman mengadukan laporan detik.com berjudul Bahrudin: Makelar Jual Beli Nomor Caleg PPP Djoko Edhi. Dalam situsnya, Dewan Pers memastikan kedua belah pihak sudah bermusyawarah dan bersedia berdamai.
Selama tahun 2011, Dewan Pers dalam situs resminya menyebutkan bahwa mereka menerima 43 pengaduan terhadap media online. Tahun 2012 pengaduan media online meningkat menjadi 98 pengaduan. “Dari pengaduan tersebut, 76 persen merupakan pelanggaran kode etik jurnalistik,†kata Agus Sudibyo dalam seminar bertema Media Online: Pertumbuhan Pengakses, Bisnis dan Problem Etika di Jakarta pada 7 Maret 2013. Ia dimuat situs tempo.co dengan judul 6 Pelanggaran Media Siber Ini yang Sering Diadukan.
Agus memaparkan enam pelanggaran kode etik jurnalistik yang dilakukan media siber (online) yang sering diadukan ke Dewan Pers. Pertama tidak melakukan konfirmasi. “Ini terjadi karena media siber lebih mengutamakan kecepatan tanpa dibarengi verifikasi,†ujarnya.
Pelanggaran kedua, berita tidak akurat; ketiga, mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi; keempat, tidak berimbang; kelima, tidak menyembunyikan identitas korban kejahatan susila; dan keenam, tidak jelas narasumbernya.
Blur karya Bill Kovach dan Tom Rosenstiel menyatakan bahwa peliputan media online juga harus berlandaskan pada elemen jurnalisme. Berpihak pada kebenaran, loyalitas pada warga, disiplin verifikasi, independen terhadap objek liputan, pemantau kekuasaan, penyedia forum publik, memuat hal menarik dan relevan, komprehensif dan proporsional serta mendengarkan hati nurani.
Pada 3 Februari 2012, Dewan Pers mengumumkan pedoman pemberitaan media siber di situs resminya. Pedoman tersebut, tulis Dewan Pers, tidak bertentangan dengan Undang-undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers serta Kode Etik Jurnalistik. Ia berisi 9 poin, mengatur soal ruang lingkup, verifikasi dan keberimbangan berita, isi buatan pengguna, ralat, koreksi dan hak jawab, pencabutan berita, iklan, hak cipta, pencantuman pedoman serta persoalan sengketa.
Anatona Nazara pendiri portal berita bidikonline.com menyatakan verifikasi terhadap narasumber tak selalu dibutuhkan medianya. Menurutnya, yang terpenting adalah menulis berita apa adanya sesuai kejadian di lapangan. Bidikonline.com didirikan sejak tahun 2009 berkantor di Perum Pandau Permai Jalan Cemara Raya Nomor 14 Siak Hulu, Kampar, Riau.
Ahmad S. Udi pendiri riauterkini.com mengaku medianya tetap menerapkan verifikasi dengan cara kontak narasumber. Begitu pula katakabar.com, tetap melakukan verifikasi. “Namun jika kontak pertama tak digubris, kedua kali tak digubris, ketiga kali juga sama, maka kami akan tetap menaikkan beritanya,†ujar Abdul Aziz.
Menurut Pedoman Pemberitaan Media Siber yang dibuat Dewan Pers, pada prinsipnya setiap berita harus melalui verifikasi. Ketentuan tersebut dapat dikecualikan apabila: berita benar-benar mengandung kepentingan publik yang bersifat mendesak; sumber berita pertama jelas identitasnya, kredibel dan kompeten; subjek berita yang harus dikonfirmasi tidak diketahui keberadaannya atau tidak dapat diwawancarai.
Pedoman tersebut juga menjelaskan, bila tak dapat diwawancarai, media harus memberikan penjelasan kepada pembaca bahwa berita tersebut masih memerlukan verifikasi lebih lanjut yang diupayakan dalam waktu secepatnya. Setelah berita dipublish, media juga wajib meneruskan upaya verifikasi. Hasilnya dicantumkan pada berita update dengan tautan pada berita yang belum terverifikasi.
Bila ada berita yang salah, maka media online bersangkutan wajib mencantumkan tautan ralat, koreksi ataupun hak jawab pada berita yang salah tersebut. “Sesuai dengan Undang-undang Pers, media siber yang tidak melayani hak jawab dapat dijatuhi sanksi hukum pidana denda paling banyak lima ratus juta rupiah,†begitu yang tertera pada Pedoman Pemberitaan Media Siber poin 4 huruf e tentang Ralat, Koreksi dan Hak Jawab. # Yaya