“Iya, jadi saya sudah memang membulatkan tekad saya. Saya akan ikut dalam percaturan pemilihan rektor [pilrek] di 2022 nanti,” ungkap Deni Efizon. 

Kekalahan putra daerah Kuantan Singingi di 2018 lalu tak membuat niatnya goyah. Deni mantap untuk mendaftar sebagai bakal calon rektor tahun akan datang. Ia terang-terangan menyibak keinginannya itu. 

Nama Deni mencuat sebagai salah seorang figur calon rektor idaman civitas akademika. Rival Aras Mulyadi dan Zulkarnain dalam pilrek periode sebelumnya ini banyak dipilih oleh mahasiswa, alumni, dan pegawai. 

“Mungkin dengan ikutnya saya di periode dulu bersama dengan Pak Aras, mereka mungkin melihat dan mungkin ingin ada sosok baru,” ujarnya kepada kru Bahana Mahasiswa (BM).

Deni tak banyak pegang jabatan penting di kampus. Ia hanya berstatus dosen, pernah pula menjabat sebagai Pembantu Dekan IV. Ia lebih aktif di luar kampus. Konsultan untuk Pupuk Kalimantan Timur adalah satu di antaranya. Sebuah produsen pupuk urea di Indonesia. Kemudian, terlibat sebagai tenaga ahli di beberapa kementerian dan panitia seleksi di sejumlah pemerintah daerah. 

Sebagaimana pertandingan, mesti ada persiapan. Begitu pula dengan dosen Manajemen Sumberdaya Perairan ini. Ia sudah menggodok program-program yang akan ditawarkan setelah resmi mendaftar nanti. 

Ia utarakan niatnya untuk membawa kampus biru langit jadi lebih baik. Jikalau terpilih, akan melanjutkan hal-hal positif yang diwariskan rektor sebelumnya. Tak lupa, melahirkan program baik yang baru. Gebrakannya tak banyak berubah dari rencana kala mendaftar di periode lalu.

UNRI hari ini, dalam kacamata Deni, tengah alami ketertinggalan. Secara garis besar, itulah yang mesti dikejar. 

Ketertinggalan pertama, soal peringkat. Kurun beberapa tahun belakangan, UNRI turun peringkat. “Kalau saya punya target, 20 besar masuk. Kalau bisa, di atas itu.”

Sebelum jauh ke nasional, bisa mulai dari lingkup yang lebih kecil. Skop Pulau Sumatra, misalnya. Ia targetkan UNRI setidaknya nomor tiga. Menyusul Universitas Sumatera Utara dan Universitas Andalas. Sebab, Deni melihat ada banyak potensi penunjang. Namun, perlu dikembangkan.

Musabab dari turunnya peringkat itu, kata Deni, harus dibenahi. Setiap pemeringkatan punya indikatornya sendiri, sehingga petunjuk itu harus dijalankan maksimal. 

Sebut saja perkara sarana dan prasarana. Deni mengaku tak melihat perubahan berarti dalam kurun empat tahun ini. “Tidak ada yang berubah saya lihat hari ini. Saya lihat perkembangan di 4 tahun ini, begitu-begitu saja. Maaf saja, dari sisi pembangunan gedung mangkrak aja tidak terselesaikan.”

Tak hanya itu, pria kelahiran Indragiri Hilir 55 tahun silam ini juga soroti peralatan pendukung di laboratorium. Katanya, masih belum memadai. Sementara kini, perkembangan teknologi di luar sana sudah begitu canggih.

Lebih lanjut, Deni juga punya program untuk tingkatkan kualitas sumber daya manusia. Baik untuk dosen, pegawai, juga mahasiswa. Begitu pula penghargaan bagi mereka yang berprestasi dan harumkan nama UNRI.

Targetnya jika menjabat sebagai rektor, Deni akan jalin kerja sama lebih luas dengan pihak-pihak di luar kampus. Tak lupa, ia akan jemput alumni untuk bergandengan. Pengalamannya bekerja di perusahaan swasta PT Chaorean Pokphand Indonesia jadi pertimbangan. 

Bicara prinsip swasta, bicara untung dan rugi. Itulah yang diadopsinya, harus mampu memanfaatkan peluang agar berkembang. “Saya yakin dan percaya, itu bisa saya lakukan,” tuturnya optimis. 

Namun, ayah satu anak ini tak akan mencalon di periode berikutnya jika kalah lagi. “Cukup, cukup, ini terakhir,” ucapnya sembari tertawa kecil. *Annisa Febiola

Tulisan ini telah terbit di Majalah Bahana Mahasiswa edisi awal tahun 2022.