UNRI menerima hibah proyek AKSI dari ADB senilai 44,45 juta dolar AS. Sepuluh gedung baru akan dibangun di Binawidya—sebutan kampus utama UNRI.

Oleh Raudatul Adawiyah Nasution

Agus Margiwiyatno baru saja turun dari lantai dua gedung Satuan Pengawas Internal Universitas Riau, akhir Maret 2021. Siang itu, ia dan rombongan dari Jakarta tengah meninjau perkembangan proyek Advanced Knowledge and Skills for Sustainable Growth in Indonesia—AKSI—megaproyek ratusan miliar rupiah pinjaman dari Asian Development Bank atau ADB.

Agus adalah  Manager Project Management Unit (PMU). Unit ini bertugas mengawasi pelaksanaan proyek AKSI ADB di empat perguruan tinggi penerima hibah. Meliputi: UNRI, Universitas Jambi, Universitas Malikussaleh dan Universitas Pendidikan Indonesia.

“Sejauh ini bagus, kok. Proyek ini jalanlah sesuai harapan,” kata Agus menilai laporan kerja PIU UNRI. Setiap triwulan sekali, PMU melaporkan perkembangan proyek ke ADB.

PIU atau Project Implementation Unit merupakan pelaksana proyek ADB di tingkat universitas. Ia bertanggung jawab kepada rektor serta melaporkan perkembangan ke PMU.

Manajer PIU UNRI—Fajar Restuhadi cerita, UNRI terima duit sekitar Rp 800 miliar dari ADB. Uang itu akan dipakai buat bangun sepuluh gedung baru serta biayai penelitian dosen dan mahasiswa.

Kesepuluh gedung itu yakni,  Ruang Kelas Terpadu, Laboratorium Terpadu, Pusat Teknologi dan Informasi, Gedung Perpustakaan Universitas, Kompleks Studi Kesehatan  dan Pusat Teknologi dan Ilmu Pangan. Keenam gedung ini akan dibangun tiga lantai.

Lalu ada Gedung Mahasiswa, Dermaga Kapal dan Pusat Kelautan, Pusat Pelatihan Universitas yang direncanakan berdiri dua lantai. Terakhir bangunan enam lantai untuk Gedung Pascasarjana.  Semua gedung itu akan dibangun di Kampus Binawidya.

Sementara pada pengembangan Soft program, seperti penelitian mahasiswa dan dosen akan dikelola Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat. Semuanya bermuara pada pengelolaan ekosistem lahan basah dan kebencanan, yang menjadi unggulan UNRI.

“Kita diharapkan unggul di bidang itu,” kata dosen Fakultas Pertanian ini.

Fajar jelaskan lebih lanjut, selain dari ADB, uang APBN dan Penerimaan Negara Bukan Pajak  (PNBP) UNRI turut biayai proyek jumbo ini. “Dari UNRI lumayan gede juga kok, puluhan miliar,” ujarnya tak mau menyebutkan spesifik.

Laporan Kinerja dan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) UNRI tahun 2019-2020 mencatat, sekitar Rp 32,7 miliar telah dianggarkan untuk menunjang proyek AKSI. Dengan rincian Rp 6,5 miliar dari PNBP dan sisanya Rp 26,2 miliar dari ADB.

Dari dana itu, sebesar Rp 1.130.460.000 digunakan untuk membiayai 85 penelitian mahasiswa, delapan penelitian dengan partner internasional, dua program pengabdian, serta satu penelitian gender di tahun 2020. Sedikitnya, telah terbit 70 artikel di jurnal nasional dan 9 artikel di jurnal internasional.

“Penelitian sudah jalan,” kata Yohannes Firzal, Koordinator  Pekerjaan Sipil dan Infrastruktur—PIU UNRI.

Sepuluh gedung baru yang akan dibangun di Kampus Binawidya

Pertemuan itu berlangsung di Gedung Rektorat dr Prakosa Kampus Universitas Negeri Semarang (UNS). Widodo Muktiyo menyambut tamunya dari Riau—sesama Wakil Rektor IV—Mashadi Ali dan rombongan.

Mashadi bekas Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Kerjasama dan Sistem Informasi UNRI. Lawatan enam tahun lalu itu, ia memboyong Joko Samiaji, Zulharman, Fajar Restuhadi serta Zulfikar Djauhari. Di Solo, mereka hendak belajar menyusun proposal dan implementasi proyek hibah Islamic Development Bank pada UNS.

“Universitas Riau musti memperoleh IDB ini, adalah karena UR memiliki jumlah mahasiswa yang banyak, sekitar 35.000 orang mahasiswa aktif, juga memiliki mahasiswa multikultural terbesar di Sumatera,” kata Fajar dalam rilis berita unri.ac.id saat itu.

Fajar ceritakan, sepulangnya dari Solo mereka buat proposal hibah ADB ke Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional. Joko Samiaji ditunjuk jadi Ketua. Singkat cerita, pada 18-19 Oktober 2017, lima perwakilan ADB pun berkunjung ke UNRI. Mereka beri sinyal positif proposal yang diajukan Joko dan timnya akan lolos.

Setahun pun berlalu, kabar baik yang dinanti akhirnya tiba jua. Pada 28 November 2018, ADB meneyetujui empat proposal penerima hibah proyek AKSI. Salah satunya proposal dari UNRI.

Keempat penerima proyek AKSI diarahkan sesuai keunggulan lokal masing-masing kampus. Universitas Malikussaleh fokus mengkaji pengembangan sumber daya berkelanjutan. Universitas Jambi akan membangun pusat penelitian khusus pertanian. Universitas Pendidikan Indonesia fokus pada peningkatan kualitas pendidikan teknis dan kejuruan. Serta UNRI yang dianggap unggul pada pengelolaan lahan basah dan kebencanaan

Tujuan akhirnya, masing-masing universitas ini akan dijadikan Center of Excellence (COE) sesuai keunggulannya.

Lima bulan setelah umumkan empat universitas penerima hibah itu, ADB merilis proyek AKSI 8 April 2019. Dengan estimasi proyek akan berakhir lima tahun mendatang, pada 30 Juni 2024.

Kucuran dana 200 juta dolar AS dibagikan pada empat kampus ini. UNRI terima 44,45 juta. Sementara UPI 46,09 juta, Unimal 43,16  juta. Terakhir paling banyak diborong UNJA 46,38 juta. Sisanya untuk operasional Project Management Unit.

Pemerintah Indonesia juga buka kucurkan dana 66,5 juta dolar AS. Total anggaran proyek AKSI senilai 266,5 juta dolar AS.

Sejauh mana perkembangan Proyek AKSI UNRI?

Maket-maket itu tersebar di beberapa lokasi.  Salah satunya maket student center yang berada di lantai satu Gedung Rektorat Universitas Riau. Gambar miniatur bangunan itu dibuat oleh PT Penta Rekayasa.

PT Penta Rekayasa—perusahaan konsultan asal Bandung—pemenang lelang Detail Engineering Design (DED) CSR-02 proyek AKSI di Universitas Riau. Kontrak lelang senilai Rp 5,641 miliar itu, untuk empat gambar bangunan: Ruang Kelas Terpadu, Laboratorium Terpadu, Gedung Mahasiswa dan Kompleks Studi Kesehatan serta infrastruktur penunjang lainnya.

Sementara, enam gambar gedung lainnya—Gedung Pusat Teknologi dan Informasi, Gedung Perpustakaan Universitas, Gedung Pascasarjana, Pusat Teknologi dan Ilmu Pangan, Dermaga Kapal dan Pusat Kelautan serta Pusat Pelatihan Universitas—dikemas pada paket lelang DED CSR-03.

Situs Layanan Pengadaan Secara Elektronik Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan umumkan, PT Wiswakharman sebagai pemenang proyek DED CSR-03. Perusahaan beralamat di Jalan Semeru, Semarang, Jawa Tengah, menerima kontrak senilai Rp 4,54 miliar.

“Seluruh detail desain sudah rampung,” kata Fajar, 30 Maret lalu.

Nantinya, tiga dari sepuluh gedung akan dibangun pakai konsep green building—sebutan bangunan hijau  yang hemat energi dan ramah lingkungan. Konsep ini salah satu yang diwajibkan di proyek AKSI.

“Kalau semuanya green building kan bagus, tapi mahal,” terang Fajar.

Sebulan sebelum kedatangan tamu dari Jakarta, Project Management Unit, pada 6-7 Maret di Hotel Pangeran Pekanbaru, PIU UNRI telah merampungkan dokumen paket konstruksi dengan kode CWR-01. Dokumen ini akan digunakan untuk membangun empat gedung yang telah digambar PT Penta Rekayasa.

Sebulan selesai bahas CWR-01, PIU kembali menyusun paket konstruksi gedung yang didesain PT Wiswakharman, awal April lalu. Tender pengadaan konstruksi keenam bangunan itu dibagi jadi dua paket. Paket konstruksi CWR-02 dan CWR-03.

Hasil kedua pembahasan itu, dokumen—estimasi Rancangan Anggaran Biaya, Harga Perkiraan Sendiri, maupun persyaratan peserta lelang—diteruskan pada Kelompok Kerja Pelelangan di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pada kuartal ketiga 2021, ketiga paket konstruksi direncanakan sudah diumumkan di lpse.kemendikbud.go.id.

“September nantinya, peletakan batu pertama sudah dimulai,” ujar Evi Suryawati Sekretaris PIU UNRI.

Fajar ceritakan, kini PIU UNRI tengah menyiapkan berkas persyaratan lelang untuk mencari kontraktor pembangun. Sembari itu juga menunggu persetujuan Eselon I Kemeterian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi serta persetujuan ADB.

“Masih persiapan lelang. Juga menunggu persetujuan Kemendikbudristek dan terbitnya No Objection Letter dari ADB,” tulis Fajar dalam pesan WhatsApp, 27 Juni lalu. #