Ikatan Senat Mahasiswa Pertanian Indonesia (ISMPI) wilayah I Sumatra kunjungi pusat pelatihan gajah, Minas, Kamis (25/9) lalu. Sebelum adakan field trip, pengurus ISMPI periode 2014-2016 dilantik di gedung KNPI. Hadir Rahmad Deni—Koordinator ISMPI 2012-2014. Gubernur BEM Faperta—Arizal Muhammad Bagus, Wakil Gubernur BEM Faperta—Nur Syuhada, Koordinator Wilayah I—Rahmad Deni Syahputra, Sekretaris Jendral Ikatan Senat Mahasiswa Pertanian Indonesia (ISMPI ) dan 51 delegasi dari seluruh Sumatra.
Bertolak dari KNPI pukul 12.30, dengan dua bus pariwisata. Rombongan tiba di Minas pukul 2 siang. Mahasiswa disambut Haswan Nasution, Koordinator Pusat Konservasi yang telah berdiri tahun 1988. Patung gajah berukuran setengah badan berdiri di halaman pusat pelatihan gajah. Gajah digiring oleh instruktur untuk kembali ke tribun setelah bermain di hutan.
Seluruh mahasiswa Faperta berkumpul di tribun, dengarkan penjelasan dari koordinator pusat pelatihan gajah, juga paramedis. Kegiatan dilanjutkan dengan tanya jawab.
“Tahun 2001 gajah di Riau masih ada ribuan,†jelas Haswan. Ia jelaskan sekarang tersisa 300 gajah. Itu terjadi karena konflik dengan manusia dan habitat satwa liar yang berkurang. Bahkan dahulu Riau punya badak, namun sekarang sudah punah.
Empat gajah pilihan, bernama Bangkin, Robin, Verawati, dan Ngatini sambut mahasiswa dengan pertunjukan. Diawali dengan salam penghormatan dari keempat gajah terlatih, pertunjukan dilanjutkan dengan aksi gajah mengalungkan bunga ke seorang mahasiswa. Tak berhenti di situ, atraksi dilanjutkan dengan duduk  di atas kursi besi kecil, sembari mengikuti aba-aba pelatih. Bola basket menjadi hiburan berikutnya. Robin kalahkan Ngatini dalam permainan bola basket.
Antrian panjang terbentuk, mahasiswa berbaris naiki gajah. Satu gajah dapat dinaiki 4 hingga lima orang. Pelatih jadi pemandu yang duduk paling depan untuk memandu gajah. Foto bersama gajah pun tak lupa dilakukan.
Sahron, Pelatih gajah katakan bahwa setiap lima hingga tujuh tahun bayi gajah akan lahir, masa kehamilannya berkisar sekitar 24 bulan. Setiap sore pelatih akan ke hutan untuk membawa kembali gajah yang sedang bermain, sekitar 2 kilo ke dalam hutan jika berjalan kaki. Sekitar pukul 5 sore, mahasiswa pamit pada pada koordinator pusat pelatihan gajah Minas dan ucapan terimakasih.
Andre, Mahasiswa Universitas Negeri Asahan akui keterkejutannya bahwa masih ada yang peduli, mendidik, dan pelihara gajah tanpa imbalan yang sebanding dengan apa yang dilakukannya kepada gajah di era globalisasi. “Selalulah berbuat yang harus kita lakukan sesama manusia kepada hewan karna hewan juga makhluk ciptaan Tuhan,†tutur Andre.
“Ini adalah acara yang luar biasa bagi saya, ilmu baru yang gak akan saya temukan di kelas,†ujar Risa Nellia, Mahasiswa Universitas Andalas. Ia berharap ISMPI lebih diapresiasi oleh masyarakat dalam semua kegiatannya dan bukan hanya kumpulan masyarakat tani intelektual tapi juga berbaur dengan petani. Juandra Repe, mahasiswa UIN Suska Riau juga berharap agar kekeluargaan dan persahabatan ISMPI dapat dijunjung tinggi dan lebih erat lagi.
“Semoga kita bisa membangun ISMPI lebih besar lagi dan dapat berpartisipasi dalam kegiatan wilayah maupun nasional,” tutup Ananda. #Harnila