Pelecehan Seksual di Kemah Bakti Mahasiswa FEB: Aduan Korban Lambat Diproses

Peringatan! Tulisan ini dapat memicu pengalaman traumatis. Apabila Anda dalam keadaan tak siap, kami sarankan untuk tak lanjut membaca.

Sudah beberapa hari Kia mengurung diri di dalam kamarnya. Wajahnya tampak murung. Melihat keadaan Kia, membuat Rian risau akan kondisi adik bungsunya. Padahal adiknya adalah anak yang riang. Perubahan ini pasca kepulangan Kia dari kegiatan Kemah Bakti Mahasiswa (KBM) jurusannya.

Melalui Rian – abang kandung Kia, BM dapatkan kronologi kejadian yang menimpa Kia. Sebab saat itu Kia sedang tidak ingin ditemui siapapun.

Kia dilecehkan oleh mahasiswa se-jurusannya saat perjalanan menuju Provinsi Sumatera Barat, lokasi kegiatan KBM pada Kamis (16/11).

Mulanya, Kia (nama samaran) sebagai panitia akan berangkat pada kloter pertama dengan satu bus. Ia duduk bersama temannya di kursi deretan tengah. Tak lama kemudian, teman-temannya berpindah ke posisi depan dan meninggalkan Kia sendirian di kursi belakang.

Melihat bangku Kia kosong, terduga pelaku FH datang dan meminta agar dapat duduk di sebelahnya. Kia membiarkan pelaku di sampingnya karena bus yang sudah penuh.

Ia sendiri sebenarnya tak terlalu mengenal terduga FH, hanya pernah berjumpa di satu mata kuliah.

Saat di perjalanan, lampu bus yang membawa peserta KBM dalam keadaan tidak menyala. Ditambah kondisi jalanan yang gelap karena waktu masih subuh. Hal ini tentu membuat terduga pelaku lancar dalam melaksanakan aksinya.

Kia sedang tidur kala itu. Ia merasakan bahwa dirinya sedang dicium. Kia kaget dan terbangun dalam keadaan setengah sadar. Ia tidak bisa bergerak atau menghindar. Tubuhnya membeku begitu saja.

Tak lantas berhenti, terduga pelaku kemudian memeluknya seakan diamnya Kia berarti menyetujui perbuatannya. Padahal Kia tidak mampu melakukan perlawanan.

Ia melihat sekitar dan coba berikan kode pertolongan kepada dua orang yang melihat kejadian. Keduanya berada di bangku samping dan di belakangnya. Namun mereka tidak mengira itu adalah kode dan menganggap hanya sebuah candaan.

Kia pun menahan Kiat hati hingga tiba di lokasi kegiatan. Sesampainya di tempat KBM, Kia coba menceritakan kejadian ‘pahit’ ini kepada Bagas dan Setiawan selaku koordinator lapangan (Korlap).

Sayangnya harapan Kia sirna begitu saja mendengar tanggapan dari kedua Korlapnya. Bagi keduanya, kelancaran kegiatan adalah hal yang paling utama.

“Korlapnya belum menanggapi kasus Kia. Menunggu acaranya selesai.” Rian coba menirukan hal yang disampaikan Kia padanya.

Akhirnya dengan berat hati Kia menunggu sampai kegiatan selesai, yang berlangsung selama tiga hari. Artinya, selama itu pula Ia harus bertemu dengan orang yang telah melecehkannya.

Perasaan takut dan bimbang menghampiri Kia. Tidak ada teman yang membantunya. Kegiatan KBM pun selesai di hari Minggu (19/11). Kia lantas pulang ke rumah. Tapi ia masih belum siap menceritakan kejadian itu kepada keluarganya.

Kia baru bisa menceritakan hal ini di keesokan harinya. Ia coba ceritakan kepada kakaknya. Setelah mendengar penuturan dari Kia, Kakak Kia segera mengabarkan kepada Rian.

Selepas melihat kondisi dan mendengarkan ceritanya, Rian pun menemui Korlap kegiatan KBM dan pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Manajemen meminta konfirmasi.

Pihak pengurus menjelaskan bahwa di hari terakhir KBM, terduga pelaku FH datang menjumpai Bagas dan Setiawan. Ia mengakui kejahatan yang ia perbuat dan meminta mereka untuk bertemu dengan Kia.

Panitia KBM serta pengurus HMJ Manajemen baru bergerak menelusuri kasus ini saat setelah acara KBM selesai. Mereka datang dan meminta FH membuat video pengakuan yang ia unggah di akun Instagram pribadi miliknya @fzhan15.

“Saya FH mengakui kesalahan saya atas tindakan pelecehan seksual yang saya lakukan terhadap teman saya saat perjalanan ke luar kota.” Begitu cuplikan dari video yang ia unggah pada Senin (20/11).

Kini, Rian beserta keluarga Kia sedang mencari keadilan untuk Kia. Mereka telah melaporkan kasus ini ke pengadilan. Kia pun telah didampingi oleh penasihat hukum [seorang perempuan] serta ahli psikologis.

Dari pihak keluarga terduga pelaku, Rian mengatakan bahwa kakak FH sekaligus sebagai pendamping telah menghubunginya melalui pesan Whatsapp untuk memastikan bahwa adiknya tidak akan lari dari kesalahan.

“Pasti dia ngajak kekeluargaan. Dari keluarga kami tidak mau,” tegas Rian.

Untuk pelaporan ke Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (Satgas PPKS) Universitas Riau, Rian mengaku belum ada menghubungi mereka. Namun Satgas PPKS menyampaikan dalam unggahan di Instagram @satgasppksunri bahwa mereka sedang memproses kasus ini.

Kru BM coba menghubungi pihak HMJ Manajemen dan Korlap KBM, tapi hingga tulisan ini naik tidak ada respon dari yang bersangkutan.

 

Penulis: Karunia Putri

Editor: Denisa Nur Aulia