REKTOR Universitas Riau, Aras Mulyadi memotong nasi tumpeng. Ia meletakkan bagian ujung tumpeng ke sebuah piring kecil. Kemudian menyulangi ketua Ikatan Keluarga Alumni Bahana, Fakhrunnas MA Jabbar.  Peringatan ini menandai Hari Ulang Tahun (HUT) Lembaga Pers Mahasiswa Bahana Mahasiswa Universitas Riau yang ke 34.
Kegiatan ini berlangsung di Aula Rektorat UR lantai 4, Senin, 17 Juli 2017.
Dimulai pukul tengah sembilan pagi, hadirin terlebih dahulu menyanyikan lagu Indonesia Raya. Selanjutnya Tanri Maulana membaca Al-Qur’an.
Suryadi, Pemimpin Umum Bahana menyampaikan sambutan. Bahana Mahasiswa memasuki umur ke 34 tahun sejak 17 Juli 1983. Setiap generasi Bahana membuat karya yang baru dan inovatif dalam memperingati ulang tahun Bahana. Tradisi akademis yang kritis tetap dijaga sejak ditetapkan para pendiri Bahana sebelumnya.
Ia memaparkan, pada masanya ini, peringatan ulang tahun Bahana dibuat serangkaian kegiatan. Peluncuran buku Kuntau Empat Penjuru, seminar media anti hoax dan kelas jurnalisme sastrawi.
Secara simbolis Aras Mulyadi, Syamsuar Bupati Siak, Bismantoro Prabowo Direktur PT. Bumi Siak Pusako, Fakhrunnas, Andreas Harsono dan Imam Wahyudi membubuhkan tanda tangan di sampul buku Kuntau Empat Penjuru.
Buku  ini merupakan kumpulan khazanah melayu Riau yang pernah ditulis dan terbit di koran, tabloid dan majalah Bahana. Suryadi menyunting tulisan khazanah yang terbit dari tahun 1995 sampai 2015. “Idenya bermula saat kru Bahana melihat bundel koran, tabloid dan majalah Bahana yang mulai dimakan rayap. Tulisan yang bagus ini perlu untuk dibukukan,†jelas mahasiswa asal Panipahan, Rokan Hilir ini.
Bahana punya program menerbitkan buku minimal satu setiap generasi. Contohnya buku kumpulan kilas balik yaitu cerita sejarah yang berhubungan dengan melayu dan Dua buku kumpulan profil alumni.
Rektor dalam sambutannya mendukung setiap kegiatan yang dilakukan Bahana. Ia berterimakasih, peluncuran buku Kuntau Empat Penjuru sumbangsih untuk menambah khazanah melayu yang ada di Riau.
Diakhir pembukaan, Andreas Harsono, Imam Wahyudi dan Zulmansyah Sekedang menjadi pembicara seminar Media Anti Hoax. Â Andreas merupakan pendiri Yayasan Pantau dan peneliti untuk Human Right Watch, Imam Wahyudi anggota Dewan Pers dan Zulmansyah Sekedang, General Manager Riau Pos.
Imam Wahyudi yang pertama memberikan materi. Imam mengingatkan kepada seluruh hadirin agar tidak ikut serta menyebarluaskan hoax. “Telitilah membaca sebuah berita, apakah narasumbernya jelas, dan sudah diverifikasi,†ujar Imam.
Boleh menyebarkan tetapi memberi catatan bahwa berita tersebut bohong.
Andreas menjelaskan perkembangan internet dari awal hingga sekarang. Masuknya internet ke Indonesia merubah tren masyarakat mendapatkan informasi. Pangsa pasar media cetak menurun seiring meningkatnya internet. Paling besar dampaknya terjadi di ibukota negara. Pada 2011 ada 73 tabloid dengan 5 juta sirkulasi. Dua tahun kemudian, hanya ada 56 tabloid dengan sirkulasi 3,65 juta.
Masalahnya, informasi yang beredar dari internet melewati penjaga. “Ruang redaksi adalah penyaring informasi,†jelas Andreas. Tak semua informasi tersebut melalui ruang redaksi. Microsoft, Apple, Google, Wikipedia, Youtube, Facebook, Twitter tak mampu menahan gempuran informasi hoax.
Salah satu upaya Riau Pos menangkal hoax dengan cara membuat rubrik ‘kick out hoax’. Zulmansyah mengatakan rubrik ini bertujuan meluruskan informasi hoax yang beredar dikalangan pembaca. “Dengan maraknya hoax ini membuat para pembaca mulai kurang percaya dengan pers yang ada.â€
Rektor juga secara resmi membuka Kelas Jurnalisme Sastrawi 2017. Pelatihan jurnalistik tingkat lanjut nasional ini diampu oleh Andreas Harsono bersama Budi Setiyono. Buset—panggilan akrab Budi Setiyono—Redaktur pelaksana pada Historia.id.
Pesertanya berasal dari 20 Lembaga Pers Mahasiswa yang tersebar di 20 kampus se-Indonesia.
Dari pulau Sumatera, yaitu dari LPM Sumberpost UIN Ar-Rainy Banda Aceh, LPM Al-kalam Lhokseumawe, LPM Pijar Universitas Sumatera Utara, LPM Dinamika UIN Sumatera Utara, LPM Neraca Intitut Teknologi Medan, LPM Gagasan UIN Sultan Syarif Kasim, Aklamasi Universitas Islam Riau, Tabloid Visi Universitas Lancang Kuning, LPM Bahana Mahasiswa Universitas Riau, LPM Suara Kampus IAIN Imam Bonjol, LPM Gelora Sriwijaya Universitas Sriwijaya, SKK Ganto Universitas Negeri Padang dan LPM Patriotik Universitas Batanghari Jambi
Pulau Jawa diikuti oleh LPM Solidaritas UIN Sunan Ampel Surabaya, LPM FatsOne IAIN Syekh Nurajati Cirebon, LPM Obsesi IAIN Purwokerto, Ganeca Pos Intitut Teknologi Bandung.
Terakhir dari pulau Sulawesi ada dua LPM dengan kampus yang sama. Identitas dan Catatan Kaki Universitas Hasanuddin.
Suryadi menjelaskan, ada tiga pilihan lokasi untuk menyelenggarakan pelatihan. Dumai, Bengkalis dan Siak. Kota terkhir di pilih karena faktor sejarah dan pemerintah berkomitmen menjadikan Siak kota wisata.
Pada kesempatan yang sama, sebagai tuan rumah pelatihan Syamsuar berbicara pesona wisata siak. Diantaranya Istana Siak dan Waterfront City. Istana Siak merupakan bekas pusat pemerintahan kerajaan Siak. Terdapat banyak peninggalan yang punya nilai sejarah. Kemudian pembangunan kota konsep Waterfront City  ia bandingkan dengan yang berada di Makassar tentu memiliki keunggulan tersendiri.
Untuk keindahan alamnya, Siak menawarkan Taman Nasional Zamrud yang saat ini dilakukan zonasi atau memetakan lokasi peruntukan. Ia berniat untuk mengembangkan pariwisata di tempat yang belum banyak dieksplorasi ini. Lain halnya Danau Naga Sakti punya keunikan dua gugusan daratan ditengah danau dapat bergerak sesuai arah angin. Terakhir, yang baru di buka Taman Mangrovee di Sungai Rawa.
Peserta berangkat menuju Siak menggunakan kapal cepat atau speedboat. Panitia memilih transportasi air agar mereka dapat melihat kehidupan masyarakat di Sungai Siak. “Kan banyak yang memancing, mandi dan kegiatan lain,†kata Agus. “Dibanding jalur darat hanya lihat sawit saja.â€
Perjalanan memakan waktu dua jam lebih dari Pelabuhan Sungai Duku Pekanbaru. Sesampainya di Pelabuhan Siak peserta dijemput Bus Pemkab Siak menuju Asrama Haji. Ramah tamah bersama Bupati Siak melalui Asisten Administrasi Jamaludin dengan makan malam bersama.#Eko Permadi, Agus Alfinanda