Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Riau (BEM Unri) Kabinet Biru Langit sempat menuai kritikan. Banyak komentar muncul pada laman media sosialnya setelah logo Kabinet Biru Langit diunggah melalui akun Instagram resmi @bemunri. Tidak hanya soal logo kabinet, BEM Unri juga menerima evaluasi soal kelanjutan hasil Mimbar Bebas Indonesia Gelap di Taman Srikandi pada Kamis (20/2).

“Sekelas BEM Unri masa iya punya logo kayak gitu?” Keluh Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Kominfo FISIP) 2024/2025, Lucky Marcelino pada Kamis (13/3).

“Warna dan elemen yang digunakan tidak sinkron, kayak logo yayasan amal,” lanjutnya.

Lucky menilai logo kabinet BEM Unri tidak mencerminkan inisiator terhadap rakyat. Seharusnya yang menjadi cerminan adalah visi misi lembaga eksekutif itu sebagai inisiator pergerakan mahasiswa dan masyarakat.

Adobe Photoshop merupakan salah satu aplikasi perangkat lunak yang dibutuhkan dalam pembuatan logo. Proses pembuatannya membutuhkan waktu dua hingga tiga hari. Termasuk proses pengumpulan ide dan mendesain.

Merupakan hal yang wajar banyak menuai kritik dan saran. Lucky bilang tidak ada salahnya melakukan revisi dan mengganti logo. BEM Unri bisa mengajak orang-orang dari luar keorganisasian mereka yang masih dalam lingkungan Unri untuk berdiskusi.

Menanggapi soal mimbar bebas, Kepala Dinas Sosial dan Politik BEM FISIP 2024/2025, Sotaronggal Hanz Stevanus Nainggolan mengaku mengikuti konsolidasi di Sekretariat BEM Unri. Namun tidak ikut mimbar bebas karena mengikuti Aksi Kamisan di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah atau DPRD Provinsi Riau.

Efek mimbar bebas tidak dapat dilihat oleh masyarakat dan mahasiswa Unri. Menurutnya, BEM Unri bisa melakukan gerakan lain seperti membuat propaganda. “Mereka hanya teriak-teriak bodoh saja,” ujarnya, Jumat (14/3).

Sotar miris melihat konsolidasi yang dilakukan berakhir dengan mimbar bebas. Unri merupakan jantung hati masyarakat Riau. Mereka yang paling ditunggu-tunggu untuk melakukan aksi karena bisa menggerakkan banyak massa di Bumi Lancang Kuning ini.

“Mimbar bebas di Danau Unri tidak efektif,” ucap Sotar. Orang-orang yang berada di sekitar danau hanya ingin santai-santai.

Dia berharap lembaga intra kampus satu ini tidak seperti tahun lalu, setelah konsolidasi langsung melakukan aksi tanpa kajian. Selain itu, pergerakan harus memiliki arah yang jelas dan mau melebur kepada masyarakat. “Runtuhkan menara gading pendidikan itu,” tutupnya.

Presiden Mahasiswa (Presma) Unri 2025, Ego Prayogo mengatakan menerima segala kritik dan saran mengenai logo kabinet. “Nantinya logo kabinet akan direvisi. Kita tahu BEM Unri adalah contoh,” ujarnya pada Sabtu (15/3).

Nama Kabinet Biru Langit merupakan nama yang sudah digunakan oleh BEM Unri 2014. Nama tersebut diambil karena Ego hanya mengecek nama kabinet lima tahun ke belakang. Namun, dari logo dan slogan tetap berbeda. Tidak ada permasalahan setelah dia menghubungi Presma Unri 2014, Zulfa Hendri.

“Nama kabinet biru langit diambil karena otentik dengan Unri,” ujarnya.

Menanggapi soal mimbar bebas, Ego bilang sudah ada kesepakatan forum pada konsolidasi kedua, Rabu (19/2). Hal ini bertujuan sebagai upaya pencerdasan kepada mahasiswa.

“Apa boleh buat? Tidak mungkin melawan arus keputusan,” jelasnya. Ego juga mengatakan akan ada kelanjutan dari mimbar bebas. Mereka tidak ingin mahasiswa tak tahu dampak-dampak dari efisiensi anggaran.

Mantan Presiden Mahasiswa Periode 2022/2023 Khairul Basar mengatakan Presma dan Wakil Presma sekarang punya rencana tersendiri dalam mengelola organisasi. BEM Unri harus bergerak secara masif dan berjalan secara optimal.  “Mengurus BEM Unri tidak semudah membalikkan telapak tangan,” ujarnya, Senin (17/3).

Lembaga eksekutif seperti mereka tidak bisa terlalu lama dalam merealisasikan program. Mahasiswa saat ini membutuhkan program yang bisa berdampak langsung. Mereka juga harus memikirkan posisi-posisi strategis dalam Kementerian BEM. Kominfo merupakan salah satu kementerian yang akan menjadi wajah BEM Unri.

“Logo merupakan salah satu bentuk jati diri atau karakteristik BEM Unri sendiri,” pungkasnya.

Presma perlu memanggil Menteri Kominfo untuk mempertanyakan kembali kompetensi yang dimilikinya. Kominfo harus bisa maksimal dalam menggambarkan identitas BEM Unri. Jika tidak, maka akan mengalami penurunan kapasitas atau kemunduran eksistensi.

“Saya lihat beberapa waktu belakangan ini [BEM Unri] sedikit mengalami kemunduran dari sisi eksistensi pergerakan mahasiswanya,” ujarnya.

Basar berharap BEM Unri  mampu merangkul semua golongan. Mereka merupakan representatif dari seluruh aspirasi mahasiswa. Mereka perlu turun, membangun komunikasi dan kedekatan emosional dengan BEM Fakultas dan Himpunan Mahasiswa agar mendapatkan hasil yang jelas seperti aksi.

“BEM Unri juga harus segera mengevaluasi kepengurusan secara khusus. Agar kedepannya tidak akan banyak terjadi kesalahpahaman dan miskoordinasi,” tutup Basar.

Penulis: Wahyu Prayuda
Editor: Fitriana Anggraini