“Saya sampaikan, saya yang bertanggungjawab pada aksi hari ini,” teriak koordinator lapangan Muhammad Ravi dalam aksi evaluasi tahun terakhir masa kepemimpinan Gubernur Riau Syamsuar, Jumat (1/9).

Ratusan mahasiswa Universitas Riau (UNRI) memaksa masuk Kantor Gubernur Riau, melalui gerbang samping Jalan Cut Nyak Dien. Bermaksud menyampaikan tuntutan Seruan Rakyat Riau Melawan atau SURAM.

Mula-mula Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) mejemput massa dari tiap fakultas. Mereka bergerak beriringan menuju gerbang SM Amin. Rute akhinya, Kantor Gubernur Riau dengan mengantongi 9 tuntutan aksi.

Pukul 15.50, Gubernur Mahasiswa (Gubma) Fakultas Pertanian Khariq Anhar membuka orasi. Ia inginkan Syamsuar tepati janjinya saat kampanye. Yakni memberantas dan menghentikan Kebakaran Hutan atau karhutla.

“Masalah tersebut hanya terletak pada komitmen dan juga tindakan tegas. Namun, sampai hari ini belum ada tindakan tegas dari Gubernur Riau,” geramnya.

Lanjut, ia katakan sudah dua kali diadakan audiensi. Audiensi hari pertama terkait evaluasi Syamsuar. Yang kedua terkait pemberdayaan perempuan yang ingin menanyakan tentang peraturan presiden.

“Namun, tidak ada respon dari Syamsuar,” serunya.

Kemudian Gubernur Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Akrom Mahdi sampaikan orasinya.  Ia ujarkan proyeksi harga sawit akan turun 17,6 persen. Sebanyak 235 ribu kepala keluarga bergantung kepada sawit. Hal ini tentunya berdampak pada ekonomi Riau tumbuh paling bawah di Pulau Sumatera.

“Banyak diberitakan di media dikatakan ekonomi riau naik, memang ekonomi riau naik, naik paling rendah di pulau Sumatra kawan-kawan,” tegas Akrom.

Dilanjutkan orasi Gubernur Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Muhammad Aditya Pratama. Tentang permasalahan di Riau. Di antaranya  sungai-sungai tercemar karena limbah pabrik dan penebangan hutan liar.

“Penebangan liar hutan mangrove dan penambangan illegal akan merugikan masyarakat riau dan mengganggu ekosistem alam,” ucapnya.

Satu persatu Gubma yang hadir bergantian menaiki mobil komando juga sampaikan orasi.

Hari telah menunjukkan sholat ashar. Muhammad Ravi meminta massa diizinkan sholat ashar di masjid dalam kantor Gubernur Riau. Namun, pihak kepolisian tak beri izin untuk masuk ke dalam, menyarankan untuk sholat di masjid lain yang terdekat. Pilihan tersebut pun tak diterima para mahasiswa.

Pukul setengah enam, kericuhan dari massa aksi sempat terjadi. Para massa memanjat pagar sembari menggoyakkan pagar tersebut dengan sekuat tenaga. Dengan harapan bisa meruntuhkan pagar kantor Gubernur Riau. Walaupun tidak sama sekali.

Basar pun tepaki kakinya ke mobil komando. Ia gaungkan orasinya. Permasalahan infrastruktur Riau, ekonomi, hingga karhutla.

“Tentu hari ini kita masih belum mendapatkan hasil. Kami harap gubernur menerima tuntan kita,” harapnya.

Dengan demikian, Khoirul Basar presiden mahasiswa UNRI menyatakan akan dilanjutkan dengan gelombang masa aksi yang lebih banyak.

Tambahnya tuntutan yang dibawa mahasiswa belum bisa disampaikan. Ucap Basar tuntutan tersebut akan disuarakan pada Syamsuar secara langsung. Namun isinya tak terlepas dari permasalahan di Riau.

Ialah infrastruktur Riau, pendidikan, ekonomi, dan Karhutla di Riau. Pun ada permintaan pada Syamsuar akan ketegasan dalam pengelolaan LGBT, Korupsi Kolusi Nepotisme atau KKN, hingga pemberhentian perusahaan ilegal yang berdampak pada polusi.

“Kami ingin Gubernur Riau mendengarkan tuntutan dan menerapkannya,” ujar mahasiswa Fakultas Hukum ini.

Salah satu massa aksi, Muhammad Fadhli katakan bahwa aksi ini belum berhasil. Tapi tidak dapat dikatakan gagal.

“Memang untuk pergerakan ini belum berhasil tapi kita memakai kata gagal,” tuturnya.

Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam itu pun berharap aksi ini dapat menjadi wadah menyamapaikan aspirasi yang dituntut.

Penulis: Arthania Sinurat dan Rehan Oktra Halim

Editor: Najha Nabila