Al  Ankabut V2.0 berhasil menjuarai divisi Kontes Robot Pemadam Api Indonesia (KRPAI) dalam acara Kontes Robot Indonesia (KRI) 2018 regional 1. Kegiatan ini dilakukan di  GOR Tri Buana Pekanbaru.

Tidak hanya itu, Al Ankabut V2.0 juga mendapat predikat robot dengan strategi terbaik pada divisi ini. Habil Hermawan ketua dan Aldova programernya. Mereka berdua mahasiswa Universitas Negeri Padang (UNP).

“Ini versi kedua, versi pertama kita bongkar desainnya,” jelas Habil.

Perbedaan versi kedua dibanding versi sebelumnya berada pada desain peletakan sensor. Pada versi ini, peletakan sensor pas pada presisi dan sesuai dengan pembacaan yang tepat.

Pembuatan robot ditaksir menghabiskan dana 30 jutaan. Mereka juga memakai servo bekas dari robot seni sebelumnya. Servo adalah perangkat motor yang dirancang dengan sistim umpan balik. Habil jelaskan, meski memakai servo bekas namun robot dapat berjalan dengan bagus karena algoritma dirancang sesederhana mungkin. Untuk riset robot mereka melakukannya sendiri tanpa campur tangan dari senior.

IMG_0988
Robot dalam KRPAI 2018

Pada divisi ini ada tiga sesi yang dilewati untuk memenangkan pertandingan. Sesi pertama semua robot ikut. Namun, hanya tiga robot yang dapat memadamkan api. Ketiga robot itu adalah Politeknik Negeri Padang (PNP), STIKOM Dinamika Bangsa Jambi dan UNP.

Kemudian lanjut sesi dua. Sesi ini adalah penentuan untuk bisa melaju ke sesi berikutnya. Lagi, dengan mudah Al Ankabut menuntaskan sesi ini. Robot ini meraih nilai tertinggi yakni 27,62 detik. Pada sesi ini lima tim berhak tampil ke babak berikutnya. Ketiga tim yang berhasil di sesi pertama ditambah Universitas Lampung dan Universitas Sumatera Utara.

Robot berbadan kuning dengan pucuk kepala biru ini selalu sukses memadamkan api. Nilai akhir akumulasi semua sesi mencapai 105,66 detik. Cukup jauh dibanding Unila yang jadi pemenang kedua yaitu 473,66 detik.

Robot Al Ankabut
Robot Al Ankabut

Penilaian skor adalah catatan waktu yang telah diakumulasi dengan poin-poin, yang paling sedikit menggunakan waktu akan menang. Setelah ketiga sesi berakhir, semua nilai dikumpulkan dan diakumulasikan. Dapatlah empat tim yang mewakili Regional 1 ke tingkat nasional. Al Ankabut V2.0 dari UNP sebagai juara pertama, SABURAI ZAM ZAM dari Unila juara dua, SI-AFZAM dari USU juara tiga, dan MINANGKABAU dari PNP juara harapan. MINANGKABAU juga raih penghargaan desain terbaik.

Divisi KRPAI ini merupakan divisi yang paling diminati. Terbukti ada 18 tim yang ikut serta. Termasuk tim robotik dari tuan rumah Universitas Riau. “Tak hanya peserta, Liaison Officer dan wasit pada divisi ini juga cukup banyak, sekitar 32 orang,” jelas Eril Mozef ketua dewan juri KRPAI.

Tingkat persaingan KRPAI juga cukup ketat. “Tahun lalu mencapai  100 lebih tim yang ikut,” kata Dosen Politeknik Bandung ini.

Ia ceritakan ketatnya persaingan KRPAI regional 3 di Semarang lalu. Dari 27 tim yang ikut hanya 7 tim yang mampu menyelesaikan misi pemadaman api. Begitu ketat persaingan membuat Indonesia sering jadi langganan juara di tingkat Internasional.

“Kita sering memborong emas,” tambahnya.

Pada 12 April lalu, tim Universitas Gajah Mada (UGM) wakili Indonesia ke tingkat internasional di Hartford, Connecticut, Amerika Serikat. UGM berhak mewakili Indonesia setelah menjadi juara KRPAI tingkat nasional tahun lalu di Bandung.

Dari segi aturan, divisi KRPAI dinilai memiliki tingkat kesulitan yang lebih dari divisi lainnya. Ini juga disebabkan banyaknya aksesoris yang digunakan dalam arena. Arena diibaratkan simulasi rumah kayu dengan empat ruangan yang sama besar. Lebar arena 248 cm, tinggi 30 cm dan tinggi lampu atas 200 cm.

Ada beberapa rintangan yang tidak boleh dilalui robot pemadam api. Ada boneka dan properti furniture. Jika robot menyentuhnya maka akan dapat hukuman berupa penambahan waktu.

Penulis: Diki Pangindra

Editor: Rizky Ramadhan