“Bocor,” seru Yusmar Yusuf dengan kepala yang mengadah ke atas. Air merembes dari langit-langit. Bergegas Dosen Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Riau (UNRI) ini beranjak dari sofa dan turuni tiga anak tangga Auditorium Sutan Balia di pertengahan diskusi publik Transisi Energi Indonesia berlangsung (10/11).
Hari itu, hujan turun cukup deras. Bukan hanya tanah di luar yang basah, podium gedung yang ada di FISIP ini juga dirembesi air. Yusmar baru akan ujarkan materi, buru-buru ia turun dari panggung seluas 7 x 4 meter tersebut saat sadar atap bocor.
Dua pemateri dan satu moderator lainnya menyusul di belakang. Akhirnya posisinya mereka sejajar dengan peserta, pun bangku yang diduduki sama juga, bukan lagi sofa.
Kalang kabut Theo membereskan meja-meja dan kursi pemateri yang masih ada diatas podium. Ia adalah salah satu panitia dari LBH Pekanbaru. Theo susun ulang kudapan di depan pemateri yang duduknya tak lagi di panggung. Sempat ada jeda saat diskusi dimulai, yang pada akhirnya dapat diselesaikan hingga akhir.
Qurotil Hasanah, sebagai salah satu peserta yang hadir menyayangkan bangunan Sutan Balia. Ia berkomentar mengenai tanggung jawab untuk memperhatikan perawatan gedung begitu penting.
Fakultas, baginya, tidak mungkin kekurangan dana untuk lakukan perbaikan pada gedung. Terlebih, gedung ini selalu digunakan untuk banyak kegiatan penting.
“Kecewa itu hal yang wajar tapi dari sini besar harapan saya pada fakultas dan penanggungjawab agar lebih memperhatikan kondisi gedung dan memperbaiki apa pun itu yang dirasa kurang,” ujarnya.
Menengok lebih lanjut, Auditorium Sutan Balia merupakan gedung yang cukup sering digunakan berbagai acara kampus. Posisinya ada di sebelah kiri gedung dekanat. Gedung ini dilengkapi dengan berbagai prasarana, mulai dari sound system, pendingin ruangan, hingga bangku, dan meja.
Akan tetapi kerap disayangkan. Gedung yang didapatkan dari bantuan Pemerintah Daerah Bengkalis ini tidak terawat dengan baik. Di balik kemewahan bangunan auditorium, tampak sampah berserakan di sekitar luar gedung. Melihat atap panggung pun, tampak bocor yang tidak diberi tindak lanjut.
Wakil Dekan II FISIP UNRI katakan ada perbaikan untuk bangunan tersebut. Hal ini berlangsung dua tahun sekali. Satu kali perbaikan menyentuh angka 50 juta. Terakhir kali gedung ini alami perbaikan pada tahun 2021, yang akan dilanjutkan 2023 mendatang.
Pernyataan serupa yang diucapkan dari Ketua Perlengkapan FISIP Irwansyah. Ia bilang perawatan sudah berlangsung tahun lalu pada bagian atap. Kebocoran pada atap menurutnya lantaran ranting pohon yang mengenai. Tambahnya, keperluan acara Sutan Balia merupakan tanggung jawab dari perlengkapan. Namun untuk kerusakan bukan merupakan tanggung jawab mereka.
“Itu di luar kendali kami,” ujarnya.
Penulis: Junita Ningsih dan Arthania Sinurat
Editor: Ellya Syafriani