Bagaimana Perekonomian Indonesia 2030?

Korps Mahasiswa Hubungan Internasional (Komahi) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Riau taja Seminar Nasional dalam acara TINTAFOR V, Selasa (10/4) di Auditorium Sutan Balia FISIP.

Seminar berjudul Indonesia Standpoint in World Economy: Achieving Sustainable Development Goals ini diisi oleh Dr Yusran Ketua Asosiasi Ilmu Hubungan Internasional (AIHII), Foster Gultom Duta Besar Republik Indonesia (RI) untuk Kazakhstan dan Tajikistan, Drs Dindin Wahyudin Kepala Pusat Pengkajian dan Pengembangan Multilateral Kementerian Luar Negeri serta Kolonel Yudi Yulistyanto Perwakilan Kementerian Pertahanan RI.

Foster Gultom beri sambutan, ia sampaikan mengenai faktor yang mempengaruhi Indonesia dalam ekonomi global. Salah satu yang terjadi saat ini ialah kesenjangan sosial. “Kesenjangan ini yang harus diminimalisir,” ujarnya.

Usai sambutan, Suyanto Wakil Dekan III FISIP beri plakat kepada Foster Gultom, dilanjutkan foto bersama dan seminar.

Azhari Setiawan menjadi moderator dalam seminar ini. Dr Yusran jelaskan terkait pemerintahan Amerika yang memberi proteksi terhadap barang dagang dari China. Hal ini karena Amerika alami krisis ekonomi dari produk tersebut.

Yesica Olivia mahasiswa HI yang juga panitia acara bertanya mengenai eksport dan import kedelai. “Apakah indonesia akan memperkecil eksport dan import itu?” tanya Yesica.

Dr Yusran kemudian jawab, pemerintah harus betanggung jawab terhadap industri dan memberi proteksi. Standarisasi dinaikkan untuk melepaskan ketergantungan dengan eksport dan import kedelai ini.

Pemateri kedua Drs Dindin jelaskan mengenai Sustainable Development Goals (SDGs). SDGs merupakan suatu kesepakatan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. “Ini juga sebagai motor penggerak pendanaan untuk membiayai pembangunan,” ujar Dindin.

Yesica Olivia sampaikan, tema seminar di atas dipilih karena Indonesia merupakan negara berkembang yang diperhitungkan bisa memiliki peningkatan ekonomi pesat pada 2030 mendatang. “Ini penting untuk untuk bagaimana Indonesia bisa mencapai nilai SDGs.” *Umi Gaya Octori