“Jika ingin membuat pertanyaan wawancara awalilah pertanyaan yang mengandung 5 W+1 H,” ujar Nurul Fitria. Orang yang akrab disapa Yaya ini paparkan materi Term of Refference (ToR), riset, dan wawancara pada Kelas Jurnalisme Bahana, Jumat (30/9).
Awalnya, Yaya jabarkan materi tentang riset. Ia jelaskan ada beberapa hal yang perlu dilakukan dalam riset. Adalah mencari informasi, riset, cross check, sumber riset dan ditambah cara penulisannya yang tak kalah penting. Lalu, Yaya pun jabarkan TOR. Ia katakan bahwa TOR jadi landasan bagi penulis. Untuk liputan, pengumpulan informasi serta memahami garis besar persoalan yang akan diulas.
Untuk memudahkan peliputan, kata Yaya, ada beberapa syarat penting. Yaitu topik, latar belakang, serta angle tulisan. Lalu pembagian tulisan, narasumber, dan daftar pertanyaan. Kemudian ada pula list foto, literatur tambahan, beserta deadline. Tak hanya penjelasan tentang tulisan, Yaya juga paparkan berbagai jenis wawancara. Seperti one by one, door stop, serta press conference.
Alumni Bahana itu jua bagikan tips wawancara. Seperti memastikan narasumber untuk tahu aturan wawancara, tepat waktu, lalu sopan santun. Dilanjut dengan mendengarkan narasumber tapi jangan takut untuk menyela, transkip, check & recheck, dan kontak mata.
Kata Yaya, ‘Diam adalah Emas’. Maksudnya adalah meskipun reporter sudah tahu informasi yang dipaparkan narasumber, baiknya diam saja. Tidak lupa dengan mencatat detail serta mengamati sekeliling kala wawancara terjadi.
“Untuk mengajukan sebuah pertanyaan ajukanlah sebanyak 16 kata karena otak manusia tidak dapat berfokus pada kata yang terlalu panjang, atau lebih dari 16 kata,” timpal Yaya.
Tak hanya wawancara saja, pemilihan narasumber tak kalah penting. Didapati empat kriteria narasumber yakni A1, A2. A3, dan A4. A1 berupa korban, pelaku dan saksi. Lalu A2 seperti dokumen yang miliki kekuatan hukum atau arsip tangan pertama serta hasil penelitian. Kemudian A3 yaitu saksi tidak langsung, dokumen tangan kedua. Terakhir A4, Media.
“Harus banyak belajar lagi untuk kedepannya, karena untuk melakukan wawancara harus memenuhi semua syarat yang sudah saya sampaikan sebelumnya,“ tutupnya alumni Bahana itu.
Usai jeda makan siang, M. Arif Budiman sambung materi Desain Grafis. Arif mulai dengan ilmu dasar infografis. Katanya, Desain Grafis merupakan suatu aspek penting yang tak dapat lepas dari dunia jurnalistik. Jurnalis pun harus paham bagaimana infografis yang baik dan menarik untuk menyampaikan sebuah informasi.
“Visual data, gagasan, informasi atau pengetahuan melalui bagan, grafis, jadwal dan lainnya agar dapat disajikan bukan hanya dengan sekadar teks,” papar Arif.
Selain itu, infografis juga dapat dimanfaatkan sebagai media komunikasi pesan jadi lebih sederhana. Ditampilkan dengan menunjukkan informasi singkat dan mudah dipahami.
Lebih jauh, Alumni AKLaMASI Universitas Islam Riau itu jelaskan mengenai elemen infografis. Ada tiga elemen dasar. Yang pertama material—ialah data, informasi dan pengetahuan yang menjadi isi dalam sebuah infografis. Kedua, software yang jadi pendukung dalam pembuatan sebuah desain grafis. Terakhir visual, dapat berupa warna, grafis atau ikon yang digunakan infografis.
Tidak hanya itu, ada banyak aspek yang berkaitan dengan infografis dari penjelasan Arif. Mulai dari daya pikat yang menjadi cara menarik perhatian masyarakat. Hal itu diwujudkan dengan adanya rancangan visual, layout hingga pemilihan warna.
Arif berikan contoh infografis yang kurang sesuai pemilihan warnanya. Peserta memilih dengan baik, infografis yang lebih menarik perhatian. Pemilihan warna, menjadi sangat berpengaruh.
Komprehensi, jadi salah satu aspek yang begitu penting. Artinya, desain grafis tidak harus menarik saja. Namun, juga mudah untuk dipahami. Ada pula retensi, yang jadi visualisasi pembaca agar mengingat isi dari infografis yang dibuat.
Lalu, Arif mengadakan praktek langsung dengan software Adobe Photoshop. Ia berikan contoh pada peserta bagaimana dan cara untuk membuat desain di Photoshop. Dari 15 peserta, dibagi jadi 5 kelompok. Diakhir, hanya ada 2 kelompok yang sudah memahami infografis.
Intinya, kata Arif, Infografis adalah suatu desain yang di dalamnya juga berisi informasi faktual dan mudah dipahami bagi pembaca. Ia tambahkan, untuk membuat desain grafis tidak sembarangan. Dibuat sesuai dengan isi tulisannya dan nyaman di mata pembaca.
“Buat desain grafis jangan hanya serang aja, baca juga! Bagaimana isinya dan apa gambaran yang sesuai dengan isi tulisannya dan nyaman di mata pembaca,” tegas Alumni Universitas Islam Riau itu.
Malam tiba, kegiatan dilanjutkan dalam Sekretariat Bahana. Membahas materi Sejarah Bahana. Materi disampaikan oleh Abu Bakar Asiddik, alumni Bahana sekaligus pemimpin Redaksi tahun 1985. Abu mengingat sejarah awal Bahana Mahasiswa dan terbentuknya pers mahasiswa. Jauh sebelum didirikan pada 17 Juli 1983, terjadi tarik-menarik antara sikap birokrat penguasa di kampus terhadap “ketakutan” pers mahasiswa.
Akibatnya, timbul upaya pemerintah untuk membentuk lembaga penerbitan mahasiswa. Tujuannya, agar pers mahasiswa pada tempatnya dan tidak keluar dari perannya. Pada 1977-1987 pemerintah membuat Sistem Normalisasi Kehidupan Kampus dan Badan Koordinasi Keorganisasian (NKK/BKK). Hal ini membuat mahasiswa pada rezim Soeharto membentuk Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI).
Pada 1989 diadakan kongres pers mahasiswa di Lampung, tapi dibatalkan karena kekacauan di Indonesia saat itu. Hingga Februari 1990, dikatakan Abu sebagai “Peritiwa Berdarah”.
Abu sampaikan bahwa, Bahana Mahasiswa memiliki peranan besar dalam perkembangan pers mahasiswa di tahun 80-90 an. Sekarang Bahana telah berusia 39 tahun, Bahana terus berkiprah. Baik di UNRI maupun provinsi Riau.
Bersama rekan perjuangannya, Abu telah sukses menulis buku bertajuk Kata Pena Bunga Rampai dan Perkembangan Pers di Riau. Membahas tentang pers mahasiswa dan pers umum di Indonesia, terkhusus di Riau. Abu juga sampaikan tujuan pers yakni Menghimpun, Menyusun dan Mempublikasikan Informasi, Komunikasi dan Komunikasi atau M3IKA.
Pers perlu adanya idealisme, sebab idealisme merupakan modal dasar yang harus dimiliki seorang jurnalis. Tanpanya, pers mahasiswa akan hambar dan tawar. Kata Abu, Idealisme merupakan pembeda antara pers mahasiswa dengan pers umum.
Hampir empat dekade Bahana aktif dan terus berkarya di Universitas Riau. Abu sampaikan bahwa banyak alumni Bahana yang sukses di bidang jurnalistik serta jadi pimpinan di media. Seperti Kompas, Tempo dan media lainnya.
“Untuk calon kru Bahana, teruslah mengembangkan akademis yang kritis,” tutup Abu.
Penulis: Nola Rahma Aulia, Saufa Yuthika dan Amanda Wulandari
Editor: Najha Nabilla