Final Kontes Robot Abu Indonesia (KRAI) Regional I Sumatera digelar di GOR Â Tri Buana Pekanbaru, Sabtu (28/4). Pertandingan dimulai pukul setengah enam sore, antara Tim Abenk Tech dari Politeknik Negri Bengkalis dan tim Barelang 5.8 dari Politeknik Negri Batam. Abenk Tech berada di sisi kiri juri sebagai tim merah dan tim Barelang berada di sisi kanan juri sebagai tim biru.
Tidak ada yang berbeda dengan pertandingan sebelumnya. Tim KRAI diminta untuk memasukkan bola ke melewati cincin di tiang. Setiap tim gunakan dua robot. Pertama robot manual yang digerakkan dengan stik, robot ini bertugas mengambil bola dari kerangka tempat bola digantung dan mengantar ke robot dua. Robot dua adalah robot otomatis yang bertugas melempar bola melewati cincin.
Ada tiga tiang di tengah lapangan. Dua tiang setinggi dua meter di bagian kiri dan kanan disebut normal ring, satunya lagi tiga meter berada di antara keduanya. Tiang berkuruan tiga meter disebut golden ring.
Zona pelemparan bola atau yang disebut Throw Zone (TZ) berjumlah tiga titik. TZ1 adalah tempat melempar bola ke normal ring, TZ2 berada di belakang TZ1, dan TZ3 sejajar dengan TZ2 tempat melempar ke golden ring.
Setiap tim akan melempar bola mengikuti urutan TZ. “Jika berhasil lewati semua cincing dan masuk ke golden cup (Rong Bay) otomatis jadi pemenang,†ujar Idrawanto Juri KRAI.
Tim Barelang unggul dalam hal ini. Mereka berhasil Rong Bay dalam waktu satu menit lebih sebelas detik sehingga terpilih menjadi juara. Abenk Tech hanya bisa mengumpulkan satu poin dalam pertandingan final ini. Mereka bahkan beberapa kali melakukan pengulangan karena ada masalah pada robotnya.
Sebelumnya, pada babak kedua dan perempat final KRAI, Barelang juga berhasil Rong Bay. Masing-masing dua menit lewat tiga detik dan satu menit lewat tiga puluh delapan detik.
Tim Barelang gunakan empat pencapit dalam robot manualnya. Tenaga pencapit berasal dari angin di dalam botol besar yang diletakkan di tengah badan robot. “Kami gunakan empat pencapit agar lebih efektif dan tidak memakan banyak waktu,†ujar Clinton, ahli mekanik tim Barelang.
Robot manual dari tim Barelang ini juga menggunakan ban mecanum, sehingga dapat berjalan lebih cepat untuk robot dengan empat ban. Â Ada benda seperti ban kecil yang berputar di empat sudut kerangka bawah sejajar dengan ban robot. Berfungsi menjaga ban dan kerangka agar tidak langsung terbentur ke dinding pembatas.
Kemudian pada robot otomatis dilengkapi sensor proxymity yang bisa mendeteksi suatu objek. Sensor ini digunakan untuk mendeteksi garis, sekaligus digunakan untuk memprogram robot sehingga bisa berjalan sesuai dengan jarak yang sudah ditentukan.
Contohnya ketika robot mendapatkan bola pertama kali, maka robot tersebut akan bergerak satu meter. Ketika robot mendapat bola yang kedua, ia akan bergerak dua meter. “begitu seterusnya tergantung perintah program,†jelas Clinton.
Perintah program tersebut dipermudah dengan tiga tombol di sisi robot. Tombol satu, dua dan tiga untuk tiga perintah yang sudah ditentukan. Ada pula sensor encoder, digunakan untuk menghitung data perputaran ban.
Bagi Clinton yang terpenting dalam robot ini salah satunya adalah membuat tombol darurat. Sebab, ketika robot eror atau bergerak sendiri secara tiba-tiba bisa dimatikan dengan mudah, sehingga tidak membahayakan.
Clinton mengatakan, awalnya kerangka dasar robot Barelang lebih besar, sekitar satu meter. “Setelah baca peraturan akhirnya kami sesuaikan.â€
Kerangka diperkecil, dengan tiang penyangga lebih banyak. Sebelumnya, hanya ada satu tiang penyangga dengan satu pencapit. Kini menjadi empat penyangga dengan empat pencapit. Ini jauh lebih efektif menurut Clinton karena tidak membuang waktu bolak-balik.
Tim dari Politeknik Negeri Batam ini sudah mengikuti lomba sejak 2005. Penghargaan yang didapatkan juga sudah mencapai tingkat internasional. Tim Barelang beranggotakan mahasiswa Fakultas Teknik Politeknik Negeri Batam dengan program studi yang berbeda-beda.
Clinton cerita, untuk menjadi anggota tim Barelang perlu membuat robot terlebih dahulu sebagai bentuk seleksi.
Penulis: Meila Dita Sukmana, Ambar Alyanada
Editor: Rizky Ramadhan