Beberapa wartawan lokal maupun nasional berkumpul di aula Pasca Sarjana Universitas Riau (UR) untuk menghadiri konferensi pers, Sabtu (7/10). Â Aras Mulyadi, Rektor UR undang wartawan untuk beri penjelasan terkait bentrokan antara mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) dengan mahasiswa Fakultas Teknik (FT).
Rektor UR bersama Dekan FISIP Syafri Harto, Dekan FT Ari Sandhyavitri dan kedua Gubernur Mahasiswa berada di meja konferensi pers. Sementara itu, hadir juga Wakil Rektor I, II dan beberapa Wakil Dekan III.
Diawal, pembawa acara menyampaikan bahwa konferensi pers kali ini tanpa sesi tanya jawab. Ruangan kemudian riuh oleh sorakan wartawan yang tidak terima. Barulah di akhir sesi Aras Mulyadi mempersilahkan tiga orang untuk bertanya.
Aras jelaskan bahwa kerusuhan terjadi karena mahasiswa FT melakukan konvoi untuk merayakan senior yang telah wisuda dengan mengelilingi UR. Rombongan konvoi kemudian memasuki areal FISIP. Beberapa mahasiswa FISIP yang menghadiri wisuda merasa terganggu dengan suara bising rombongan konvoi. “Dari sinilah mulai terjadi adu mulut hingga bentrokan antar oknum mahasiswa.â€
Dua orang mahasiswa FISIP dan beberapa mahasiswa FT yang terluka kemudian dibawa ke Rumah Sakit Pendidikan UR.
Aras mengakui  menjelang malam sudah dicapai kata sepakat untuk berdamai antara mahasiswa FISIP dan FT yang difasilitasi oleh WR III dan kedua WD III. “Namun kericuhan terjadi lagi pada malamnya karena dipicu oleh berita yang banyak tersebar dan kiriman yang mengandung hasutan.â€
Usai magrib, mahasiswa FISIP berkumpul di sekitar gedung dekanat hingga pos satpam FISIP. Banyak yang gunakan helm dan memegang kayu atau besi. Di tempat terpisah, jalan menuju FISIP diblokade dengan menggunakan karangan bunga wisuda. Diantaranya   dari FE, LPPM dan FKIP.
“Jangan lewat sini bang, lewat jalan lain aja,†ujar salah seorang mahasiswa yang menjaga blokade.
Mahasiswa yang lalu lalang dibuat penasaran kemudian berhenti di simpang antara FISIP dengan FKIP untuk menyaksikan bentrokan. Semakin lama mahasiswa yang menonton semakin banyak. Beberapa mahasiswa FISIP mendatangi kerumunan dan meminta mereka untuk pulang.
“Pulang aja, ini bukan tontonan,†ujar salah seorang diantara mereka.
Namun perkataan tersebut tidak digubris bahkan semakin banyak orang yang berhenti dan menonton kejadian.
Sekitar pukul setengah delapan malam, dua buah mobil Polisi Sektor Tampan datang dan langsung menuju tempat berkumpulnya mahasiswa di FISIP. Terlihat diskusi diantara mereka.
Pukul delapan malam, mahasiswa FT mendatangi FISIP. Terjadi lempar batu dan adu pukul. Suara lemparan, kaca pecah, besi dan kayu beradu, makian serta letupan kembang api terdengar dari kejauhan. Beberapa karangan buka di depan FISIP dibakar, api membumbung tinggi.
Dua buah ambulance dikerahkan untuk menjemput mahasiswa yang terluka baik di FISIP maupun di FT. Pukul delapan lewat lima puluh menit, satu mobil polisi dan dua buah motor yang membawa beberapa personil polisi datang. Meskipun pasukan polisi bertambah, oknum mahasiswa tetap saling adu lempar dan adu pukul.
Dua buah mobil pemadam kebakaran kemudian datang untuk memadamkan api. Namun ketika sampai, api sudah mati dan hanya menyisakan bara. Mobil Damkar kemudian berputar arah dan kembali.
Kali ini giliran mahasiswa FISIP menyerang FT. Kemudian, sekitar pukul setengah 11 Â malam, personil kepolisian ditambah lagi. Kali ini enam sepeda motor dan satu mobil datang.
Rektor beserta Dekan FT dan Dekan FISIP adakan pertemuan di antara kedua fakultas yang difasilitasi oleh pihak kepolisian pukul 11 malam. Petinggi kampus meminta mahasiswa untuk tenang dan  kembali. Satu per satu mahasiswa FT dan FISIP kembali ke fakultasnya masing-masing. Barulah pukul 1 dini hari mahasiswa meninggalkan kampus.
Aras Mulyadi menyayangkan kejadian 5 Oktober tersebut terjadi, “Saya harap kejadian seperti ini kedepannya tida terulang lagi.â€
Pimpinan universitas kemudian mengambil beberapa langkah untuk memulihkan suasana di kampus UR diantaranya meliburkan kedua fakultas selama seminggu. Surat Edaran keluar esok harinya.
Memerintahkan pimpinan fakultas agar berkonsolidasi dengan dosen, mahasiswa dan unsur terkait untuk menjaga ketenangan di kampus. Kemudian membentuk Tim Pencari Fakta (TPF) yang diketuai oleh Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Syapsan.
Beberapa wartawan mengajukan pertanyaan mengenai tindak lanjut temuan TPF nantinya, korban yang dirawat dan terkait akreditasi UR.
Aras sampaikan bahwa TPF dalam menginvestigasi kericuhan tidak akan melibatkan kepolisian meski dalam bentrokan terdapat tindak kekerasan dan menyebabkan sekitar 17 orang terluka.
“Lima belas orang dirawat jalan dan dua lainnya dirujuk ke Aulia Hospital dan Rumah Sakit Awal Bross.â€
Aras melihat bahwa kejadian ini tidak terlalu berpengaruh pada akreditasi karena akreditasi terkait dengan proses akademis serta komponen lain yang ada di UR. “Kami tetap akan berjuang untuk mendapatkan akreditasi A.â€
Aras Mulyadi juga menegaskan bahwa kedepannya tidak dibenarkan untuk melakukan konvoi setelah wisuda karena menurutnya masih banyak cara lain yang lebih baik untuk meluapkan euforia tersebut. *Rizky Ramadhan