Pelatihan Jurnalistik Tingkat Lanjut Nasional (PJTLN) yang ditaja oleh Lembaga Pers (LPM) Dinamika mengusung tema Jurnalisme Sosial Media. Kegiatan ini berlangsung di Balai Pengembangan Mutu Pendidikan (BPMP) Sumatera Utara selama empat hari, 14-17 Oktober 2024.
Waktu menunjukkan pukul delapan lewat sepuluh menit. Kursi dan meja tersusun rapi, siap menjadi tempat bagi para peserta dari berbagai Universitas untuk mengikuti pelatihan.
Sebanyak 28 peserta dari berbagai Provinsi menghadiri kegiatan. Ada Bahana dan Aklamasi dari Riau. Teknokra dan Kronika dari Lampung . Suara USU, Kreatif, Teropong dari Sumatera Utara. Al-Kalam, Sumberpost, Zawiyah News, dan DETak dari Aceh. Kemudian tak lupa Suara Kampus dan Detak Alinea dari Padang, yang turut meramaikan acara.
Hari pertama menjadi pembukaan kegiatan. Pimpinan umum LPM Dinamika memberikan kata sambutan. Siti Asy Syarah namanya. Dengan senyum hangat, ia menyambut peserta PJTL dari berbagai daerah.
Menurutnya pemanfaatan sosial media menjadi penting agar dapat menyebarkan informasi seluasnya. Kemudian, Siti Asy Syarah menyatakan harapannya agar peserta mengikuti pelatihan dengan baik sampai akhir.
Tak berselang lama, pelatihan dimulai dengan jurnalis harian Kompas Abdullah Fikri Ashri sebagai pemateri. Dia mengajarkan bagaimana menulis feature yang baik.
Tanpa suara, mereka mendengarkan pemaparan Abdullah. Pria kelahiran 91 itu jelaskan apa itu feature dan bagaimana perbedaan feature dengan tulisan berita biasa. Ia menyatakan bahwa feature dapat ditulis dalam banyak bentuk dan lebih mendalam.
“Jadi feature itu bisa tentang apa saja,” tutur Abdullah.
Bentuk gaya feature ada tiga. Naratif dengan gaya bertutur dan alur waktu, lalu deskriptif yang mengutamakan deskripsi dengan memanfaatkan panca Indera. Serta gaya sastrawi yang menonjolkan sastra di dalamnya.
Pria berkemeja putih itu sampaikan feature akan semakin menarik jika ketiga gaya tersebut digabung. “Tiga gaya tersebut bisa digabungkan, maka akan semakin menarik,” ungkapnya.
Pada 15 Oktober, pemateri datang dari Kontributor Metro TV Teguh Angga Aditia. Belajar tentang produksi video, dia mengajak peserta menyelami berbagai aspek penting dalam dunia videografi modern. Mulai dari teknik dasar hingga pertimbangan etis dalam produksi konten visual.
Di era yang semakin visual ini, kemampuan memproduksi video berkualitas bukan lagi sekadar keahlian tambahan, melainkan suatu keharusan, menurutnya.
Teguh menekankan bahwa video dapat menjadi suara bagi mereka yang tidak dapat bersuara dan menjadi jembatan untuk memahami sudut pandang orang lain.
“Dulu kami harus menggunakan peralatan manual yang terbatas, tapi sekarang teknologi sudah sangat memudahkan proses produksi video,” ungkap Teguh sambil membandingkan perkembangan teknologi videografi.
Aspek etika jurnalistik mendapat perhatian khusus dalam pelatihan ini. Peserta belajar bagaimana meliput kasus-kasus sensitif, seperti peliputan anak-anak atau korban kekerasan.
Praktik dilakukan untuk mengajarkan langsung kepada peserta bagaimana produksi video jurnalistik yang baik.
Hari terakhir pelatihan, Manajemen Sosial Media menjadi topik yang dikupas. Disampaikan oleh Digital Mentor Wahyu Hidayat. Menurutnya manajemen sosial media yang baik dapat meningkatkan citra positif lembaga pers.
Menggunakan seluruh sosial media penting dilakukan. Mengunggah konten secara real time dan terbaru akan membuat engagement lebih meningkat.
Lelaki dengan panggilan akrab Wahyu Blahe itu menggaris bawahi bahwa konten yang menarik akan membuat audiens tertarik, sehingga penting untuk mengetahui audiens.
Peserta ikut aktif bertanya dikelas. Berbagai persoalan yang dialami turut diungkapkan. Demi mendapatkan solusi dari pemateri.
Selesai kelas, tiba di hari Kamis. Menjadi hari terakhir dalam rangkaian acara. Peserta diajak melakukan perjalanan ke Danau Toba dan Pulau Samosir.
Penulis: Sakina Wirda Tuljannah dan Danil Zalma Hendra Putra
Editor: Fitriana Anggraini