Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan atau FPK mengadakan Sidang Paripurna Istimewa pada Jumat hingga Minggu, 3 – 5 Oktober 2025. Sidang berlangsung di Sekretariat Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FPK. Sidang ditaja buntut dari vakumnya lembaga eksekutif itu selama dua tahun silam. Tepatnya sejak 2023 akhir.
Ketua Pelaksana, Ravaz Belamy mengatakan mereka sudah merencanakan sidang paripurna ini sejak jauh hari. “Mengalami dua kali pengunduran. Sidang berlangsung selama tiga hari dan gubernur langsung ditetapkan,” ujarnya.
Sepengetahuan Ravaz, BEM FPK vakum karena Laporan Pertanggung Jawaban tak kunjung selesai. “Juga yang mendaftar di Pemira [Pemilihan Raya] itu tidak ada di tahun 2023 akhir atau 2024 awal,” katanya.
Sebanyak 27 orang menghadiri forum. Sesuai Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan, sidang dihadiri Ketua Kelembagaan Selingkup Fakultas. Masing-masing dua utusan dari setiap Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Setelahnya hanya angkatan aktif yang hadir, sebab angkatan 2025 belum bergabung di kelembagaan.
Tak Ada BEM, Fakultas Kocar-Kacir dan Banyak Protes Tak Terlampiaskan
Organisasi mahasiswa atau Ormawa FPK sibuk dengan organisasi masing-masing. Ketiadaan BEM membuat minat mahasiswa bergabung ke lembaga semakin turun. UKM juga HMJ fokus dengan budaya mereka sendiri.
Menyoal pendanaan, Rafaz bilang proses administrasi langsung ke bendahara fakultas. “Pergerakan fakultas kocar-kacir, tidak ada yang memberi komando,” jelas Mahasiswa Budidaya Perairan itu.
Dia juga singgung soal sulitnya menyuarakan keresahan di FPK. Pun jika ada ketua kelembagaan yang lain tak bisa maksimal karena sibuk dengan program kerja masing-masing. “Kurang maksimal rasanya, tak ada yang menyuarakan,” ucap Rafaz.
Adapun keluhan yang dia maksud salah satunya berupa kesulitan pengadaan Kemah Bakti Mahasiswa atau KBM. Masalah penggunaan ruangan guna kegiatan juga jadi unek-uneknya. Sebab ruang hanya bisa dipakai sampai Sabtu saja.
Berlanjut ke persoalan jam malam. Mata kuliah hingga praktikum yang padat menjadi terkendala karena keterbatasan penggunaan fasilitas. Mahasiswa tak boleh di kawasan kampus setelah jam enam sore. “Kadang jadi terpaksa sewa ruangan di luar kampus. Tapi untuk sidang paripurna istimewa kemarin dikasih sampai malam, itu pun dibatasi sampai jam sembilan [malam],” jelasnya.
Ketua BLM FPK Terpilih, Arham turut menambahkan beberapa keluh kesah. Nihilnya BEM dan BLM membuat mereka kesulitan pada proses pencairan dana kelembagaan. Dahulunya proses administrasi melalui pengurusan proposal ke BLM. Setelah keduanya vakum, Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan dan Wakil Dekan II Bidang Keuangan melimpahkan seluruhnya ke himpunan. “Himpunan jadi kebingungan bagaimana cara menyusun proposal, berapa uang yang bisa dicairkan,” ucapnya.
Kekosongan kedua lembaga itu juga membuat mahasiswa jadi sulit revisi Uang Kuliah Tunggal atau UKT. Biasanya ada posko revisi UKT dari BEM dan BLM. Namun semenjak vakum, himpunan mengambil alih tugas itu. Aduan akan diteruskan kepada Wakil Dekan III. “Fakultas pun mengeluh kerjanya ekstra karena tidak adanya kedua lembaga ini,” jelasnya.
Proker Pertama Konsen pada Pengkaderan
Gubernur Mahasiswa (Gubma) Terpilih, Bintang Adrian mengatakan program kerjanya akan fokus pada pengkaderan. Mereka akan melakukan Training Organization atau Pelatihan Organisasi Tingkat Dua. Hal ini menjadi pondasi awal bagi bupati-bupati guna melanjutkan estafet kepemimpinan. “Ini menjadi salah satu cara untuk menjaga semangat dari himpunan untuk melanjutkan kepemimpinan ke tahap yang lebih tinggi [BEM],” ujar Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan itu.
Tak hanya soal kaderisasi, cara mengembalikan semangat organisasi mahasiswa FPK juga masuk ke dalam barisan prioritas utama BEM. “Melalui proker yang akan kami taja, harapannya organisasi yang dulunya mati dapat kembali lagi [aktif] secara perlahan-lahan,” ucap Bintang.
Perihal lahirnya kembali BEM FPK, Bintang menyatakan sudah berkoordinasi dengan Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan. “Kami dapat tanggapan yang baik. Tentunya kami harus jaga hubungan baik dengan Wakil Dekan III agar BEM berjalan sesuai dengan semestinya,” tutupnya.
Arham selaku kepala legislatif mengatakan mereka merencanakan program yang sesuai dengan butir-butir rekomendasi dalam Sidang Paripurna Istimewa. Berdasarkan hasil sidang, program akan berfokus pada regenerasi kelembagaan. “Mungkin di kaderisasi kami fokuskan tentang mencari kepengurusan maupun calon-calon yang bisa melanjutkan tahun berikutnya,” ucap Arham.
Ia berharap setiap lembaga dapat bekerja sama dengan baik. Koordinasi yang bagus antara BEM dan BLM juga dapat melanjutkan regenerasi untuk periode kepemimpinan berikutnya, tambahnya.
WD III Faperika: Imbas Nihilnya BEM Tak Begitu Besar
WD III Bidang Kemahasiswaan, Jonny Zain mengatakan BEM vakum sejak 2024 pertengahan. Pihak fakultas sudah berusaha mengumpulkan semua kelembagaan. Mulai dari Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), UKM, BEM, hingga BLM.
Pihak fakultas berunding, menjelaskan pentingnya eksistensi lembaga eksekutif dan legislatif. “Akhirnya diputuskan jika tidak ada yang bersedia, setiap HMJ akan menunjuk orang-orang yang kira-kira layak untuk menjadi gubma dan wakilnya,” ucap Jonny.
Lima dari delapan orang yang sudah ditentukan datang berkumpul menghadap Jonny. Mereka semua tak bersedia melanjutkan kepengurusan. Alasannya karena ingin fokus menyelesaikan studi. Hasilnya BEM sepakat vakum. “Bukan saya yang membekukan tapi mereka sendiri yang memberikan pendapat demikian,” ucapnya.
Perihal dana kelembagaan, Jonny menjelaskan uang pagu menjadi jatah HMJ dan UKM. Keduanya mendapatkan Rp 5 juta per kelembagaan. Namun pada 2024 dananya bertambah menjadi Rp 15 juta. Kemudian Study Club atau Klub Belajar yang awalnya Rp 3 juta menjadi Rp 5 juta. Selain itu mereka juga menggunakan dana guna kepentingan lomba. “Dana sisa akan diserahkan ke BEM dan BLM periode sekarang ini,” jelasnya.
Pengaruh nihilnya BEM ke fakultas tidak terlalu besar. “Saya rasa efeknya tidak terlalu besar karena dari tahun ke tahun kurang lebih sama. Hanya saja mereka yang susah koordinasi untuk ke BEM Universitas,” ucap Jonny.
Fakultas terbuka untuk kelembagaan. Sejauh ini laporan secara langsung dari mahasiswa tentang BEM vakum tidak ada. Ia berharap semoga BEM dan BLM yang baru bisa berkoordinasi dengan baik ke universitas dan fakultas. Sehingga bisa membawa kemajuan yang berdampak positif bagi fakultas.
Pewarta: Romaida Mutiara
Penyunting: Fitriana Anggraini