Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Riau (BEM Unri) dan Mahasiswa Universitas Lancang Kuning (Unilak) mengadakan aksi demonstrasi di kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Riau, Jumat (21/3). Aksi ini dilakukan dalam rangka menolak Undang-undang Tentara Negara Indonesia atau TNI yang terbit pada Kamis lalu, (20/3).
Massa aksi Unri berkumpul pada pukul setengah dua siang di Kampus Bina Widya, Unri. Mereka bergerak menuju lokasi demonstrasi dengan pengawalan mobil polisi. Setelah berkumpul di depan kantor DPRD, mahasiswa silih berganti membaca orasi dan puisi.
Tak luput, mereka membawa beragam spanduk yang menunjukkan penolakan terhadap perubahan UU TNI. Kalimat seperti TNI Naik Kelas Rakyat Tertindas dan Kembalikan TNI ke Barak hadir di tengah hiruk pikuk almamater biru langit.
Ada tiga tuntutan yang disampaikan. Di antaranya mencabut perubahan UU Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Negara Indonesia, mengevaluasi Intruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2025, dan mendesak percepatan pengesahan Rancangan Undang-undang (RUU) Perampasan Aset.
Pada pukul empat sore, mahasiswa melakukan aksi penaburan bunga di atas keranda yang terbuat dari kayu dan spanduk yang bertuliskan RIP [Rest in Peace] Demokrasi. Aksi ini menjadi simbol bahwa demokrasi di Indonesia sudah mati.
Sekitar pukul lima sore, mereka sepakat untuk masuk ke dalam kantor DPRD. Gesekan antara mahasiswa dengan polisi tidak terelakkan. Terjadi dorong-dorongan antara keduanya hingga pagar dapat dibuka secara paksa oleh mahasiswa.
Pada pukul setengah enam, BEM Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politika atau FISIP memutuskan untuk menarik anggotanya mundur dari aksi. Protes itu dilakukan karena tidak ada kejelasan dari BEM Unri.
“BEM sampah!” teriak mereka.
Mahasiswa FISIP Lucky Marcellino mengatakan tidak ada kejelasan dari BEM Unri. Selama tiga jam mereka jadi tameng, berada di depan massa. Sebanyak tiga mahasiswa jadi korban pukul dan tendang.
“Karena BEM Unri mimpinnya bodoh, kami BEM FISIP kecewa,” keluhnya.
Gubernur FISIP M. Ali Suhadi mengatakan mundurnya massa mereka karena BEM Unri tidak beri arahan untuk masuk, padahal mereka sudah tiga jam menunggu tanggapan dari DPRD.
“Posisinya BEM FISIP juga ikut tarik mundur, ketika FISIP tarik mundur di depannya korban [pemukulan] ada Bupati Himip [Himpunan Ilmu Pemerintahan], Diskominfo BEM, dan mahasiswa Ilmu Pemerintahan,” tutur Ali.
Berselang sepuluh menit, BEM Unri ikut menarik mundur mahasiswa untuk menyudahi aksi. Situasi di lapangan juga semakin memanas. Mahasiswa mulai melemparkan sampah dan sisa spanduk ke mobil koamando BEM Unri.
Klarifikasi BEM Unri Mundur dari Barisan Aksi
Presiden Mahasiswa (Presma) Unri, Ego Prayogo menjelaskan bahwa keputusan mundurnya BEM Unri dari demonstrasi adalah vonis bersama kawan-kawan yang lain. Alasannya karena DPRD tidak menggubris tuntutan dengan menghadirkan Ketua DPRD Riau, Kaderismanto. Pihak mereka menyatakan bahwa Kaderismanto sedang tidak berada di kantor. Keputusan untuk mundur juga didukung oleh kondisi beberapa Gubernur Fakultas Unri yang tertimpa selama demonstrasi berlangsung.
“Mundur itu kesepakatan bersama, karena kita sudah chaos [ricuh],” ujar Ego.
Mahasiswa Pendidikan Sejarah itu berpendapat bahwa pada akhirnya mahasiswa hanya akan dimanfaatkan. Banyak di antara mereka yang dibentur-benturkan, tambahnya. Meskipun sempat ada upaya oleh salah seorang anggota komisi yang hadir, Ego dengan tegas menolak dan meminta ketua DPRD untuk hadir dan naik bersama di atas mobil komando BEM Unri.
“Mau serendah itu pergerakan kita, gitu?” tambahnya lagi ketika menjelaskan alasan mundurnya BEM Unri.
Terkait aksi massa dari FISIP yang memilih untuk mundur, Ego memilih untuk tidak memberikan komentar. “Kita juga tidak mau sama-sama berkelahi, apa gunanya?”
Pisah Komando Antara BEM Unri dan Unilak
Ego mengatakan bahwa mereka berbeda komando dengan BEM Universitas Lancang Kuning (Unilak). Tidak ada koordinasi antara kedua belah pihak, kecuali massa Aksi Kamisan yang menghubunginya untuk melakukan demonstrasi di bawah komando BEM Unri.
“Tidak ada koordinasi di antara kami sebelum demonstrasi,” ucap Ego.
Kedua universitas itu sempat ada adu mulut. Massa Unilak tidak terima kepada BEM Unri atas panggung berbicara yang terlalu mendominasi. Mereka sempat menggunakan kata-kata kasar kepada BEM Unri yang kemudian dilerai.
Menanggapi hal tersebut, Ego mengatakan bahwa koordinator dan mediator yang ada di lapangan mengutamakan Gubernur Unri karena mereka juga memiliki massa dan tuntutan yang ingin disampaikan.
“Yang diutamakan memang dari Unri. Saya saja sempat tidak lancar ngomong karena bentrok [dengan Unilak],” ujar Ego.
Kelanjutan Pasca Aksi Demonstrasi
Terlepas dari segala masalah yang ada di lapangan, BEM Unri bersama para Gubernur Fakultas akan berkumpul dalam forum untuk mengevaluasi aksi demonstrasi yang dilakukan. BEM Unri akan berbenah sebelum turun ke jalan, sebagai aksi lanjutan meskipun sudah mendekati waktu libur lebaran.
“Saya tidak bisa menebak massa aksi yang akan hadir dan menjanjikan mereka akan hadir,” ujarnya. Dia akan mempertimbangkan massa aksi lanjutan jika tidak seramai aksi demonstran kemarin.
“Paling cepat minggu depan, tapi kita tanya kawan-kawan gubernur dulu,” tutup Ego.
Tanggapan DPRD Riau
Menerima berkas tuntutan dari kedua BEM yang hadir, Staff Humas DPRD Lerry Nardo Wijaya menyampaikan rasa terima kasihnya kepada para mahasiswa. Dia akan menyampaikan ketiga tuntutan kepada Ketua DPRD secara langsung. Seluruh bukti penyerahan akan diberikan kepada masing-masing Presma.
Lerry akan mengabarkan hasil tuntutan dan permintaan audiensi dari kedua BEM paling lambat sampai tanggal 28 Maret, sebelum Hari Raya Idul Fitri. BEM Unilak memberikan ancaman, jikalau forum tersebut tidak dibuka mereka akan menyiapkan massa untuk aksi lanjutan.
“Seluruh presma akan abang kirim fotonya [bukti], kita audiensi. Sekarang abang minta tolong kalian bubar baik-baik,” ujar Lerry.
Selain itu, hadir pula anggota DPRD dari Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) dan Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang mengapresiasi bentuk kepedulian massa yang sudah menyampaikan aspirasi sebagai bentuk demokrasi. Mereka juga mendengar seluruh aspirasi yang akan disampaikan kepada pimpinan supaya tidak hanya bergema di jalanan.
Penulis: Farziq Surya, Lisa Atika Putri, Wahyu Prayuda, M. Fadillah Rizky, Melvina Yunisca
Editor: Fitriana Anggraini