Tiga Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Riau berhasil raih medali perunggu pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional atau Pimnas. Gagasan mereka berjudul Geopolymer Hybrid Fly Ash Concrete: Inovasi Beton Geopolimer Hybrid Abu Terbang Untuk Kostruksi dan Konservasi Di Lingkungan Gambut. Ketiganya menerima penghargaan di bidang Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian Eksakta (PKMPE).

Ramadhan Yanuari selaku ketua tim ceritakan keberhasilan mereka dengan berkaca pada pengalaman. Tahun lalu, ia melakukan riset menggunakan bahan baku abu sawit, disebut Palm Oil Fuel Ash atau POFA. Patokannya terbilang rendah, sehingga perlu diperbaiki kembali. Setelah ada pembaruan, ia berdiskusi bersama rekan tim dan dosen pembimbing. Timbullah ide untuk membuat beton menggunakan abu terbang sebagai bahan tambahan. Abu terbang dinilai dapat mengurangi polutan di lingkungan.

Abu terbang merupakan sisa hasil pembakaran batu bara pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap. Bentuknya berupa partikel-partikel halus, sekitar 45 milimikron.

Singkatnya, beton geopolimer hybrid abu terbang memiliki kekuatan dan ketahanan lebih dibanding beton biasa. Beton ini ditujukan untuk lingkungan gambut yang bersifat asam korosif atau menyebabkan kerusakan bagi benda lain.

Beton geopolimer hybrid abu terbang, kata Ramadhan bisa dijadikan material konservasi lingkungan gambut. Hal ini karena sifat dari beton ini tidak merusak, justru melindungi sistem gambut. Ia menilai, peletakan beton biasa pada lingkungan korosi menyebabkan material berbahaya dalam beton menjadi luruh.

Dinda Septari, salah satu anggota tim menambahkan, penggunaan abu terbang sebagai langkah mengurangi limbah. Selain itu, harganya pun lebih murah.

“Nah dibuatlah beton geopolimer hybrid yang di dalamnya ada abu terbang. Sekaligus ngurangin limbah kan.”

Selanjutnya, Dinda katakan, bentuk beton geopolimer hybrid abu terbang sama dengan beton biasa. Namun, warnanya hitam atau lebih gelap. Strukturnya pun solid dan padat.

Langkah mereka diawali pendaftaran proposal pada Oktober lalu. Kemudian tahap seleksi di fakultas dan universitas. Proposal dikirim ke Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaa atau Belmawa untuk diseleksi oleh peninjau. Terakhir, penilaian guna menentukan tim mana yang didanai dan yang tidak.

Ada juga monitoring evaluasi dari fakultas, universitas, dan monev eksternal. Tak hanya itu, Belmawa menilai program yang sudah dijalankan. Lalu penggunaan dana dan perkembangan program. Masuk ke tahap passing grade, tim yang lolos akan bertanding di Pimnas.

Ada 101 Perguruan Tinggi yang bergabung dalam Pimnas tahun ini. Di bidang PKMPE, tim Ramadhan bersaing dengan delapan kelas. Setiap kelas berisi 20 tim. Dalam ajang ini, kekompakan tim jadi salah satu penilaian juri.

Kata Ramadhan, mereka terkendala dalam analisa data. Jika kondisi normal, mereka akan menghasilkan produk. Sedangkan pada sistem daring, mereka membuat narrative review yang terdiri dari data-data sekunder. Keterbatasan memperoleh data cukup menghambat dalam menganalisa. Biasanya ia bersama tim mencari referensi dari jurnal internasional.

Jumadino Anperta, salah satu anggota tim turut jelaskan bahwa jaringan internet membuat mereka cemas. Jaringan internetnya kurang stabil.

“Kalau di Zoom sewaktu presentasi agak delay, jadi kita ada latihan. Kalau yang sedang bicara sudah berhenti berbicara dan kita juga sudah mengikuti apa yang dibicarakan, kita langsung ngomong, walaupun slide masih itu,” ungkap Dino.

Ia berpesan, mengikuti ajang seperti ini harus mau berkerja keras, rajin, dan disiplin. Dosen pembimbing juga perlu diajak bekerja sama. Dalam prosesnya, tim ini dibimbing oleh Monita Olivia dosen Teknik Sipil. Baik dalam hal riset maupun mengatur waktu.

“Mau belajar, sama-sama bekerja dengan tim, dan saling menolong, karena tiap orang mempunyai skill yang berbeda. Mudah-mudah dengan begitu kita bisa menjadi juara umum,” lanjut Dino.

Pimnas ke-33 resmi ditutup pada 28 November lalu. Pimnas merupakan ajang perwujudan kreativitas dan penalaran ilmiah mahasiswa berskala nasional yang digelar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Tahun ini, Universitas Gadjah Mada jadi tuan rumah.

Penulis : Liza Aprilia Yulis

Editor    : Firlia Nouratama