Coffee Morning Kelembagaan Bahas Masalah Kampus

Kopi hitam dan gorengan dihidangkan di atas meja bundar. Para perwakilan kelembagaan se – Universitas Riau duduk melingkar sambil mendengar Faizal Indra Rangkuti membuka acara.

Indra punya hajat, melalui Kementerian Hukum dan Advokasi, Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Riau (BEM UR) adakan Coffee Morning di sekretariat Dewan Perwakilan Mahasiswa, Kamis (16/03).

“Kegiatan ini sebagai langkah penyelesaian permasalahan kampus,” jelas Indra. “Setelah ini akan disampaikan pada pimpinan kampus dengan acara yang sama.”

Hampir semua BEM fakultas hadir kecuali Kedokteran, Perikanan dan Kelautan dan Pertanian. Sementara, dari Unit Kegiatan Mahasiswa hanya Bahana yang hadir.

Satu persatu perwakilan kelembagaan menyampaikan isu dan permasalahan kampus yang berkembang, terutama fasilitas dan wisuda yang akan digelar April mendatang.

Jaka Susanto, Wakil Gubernur Mahasiswa Fakultas Ekonomi (FE) membuka penyampaian permasalahan kampus. Menyoal anggaran UR yang mengalami Silpa— Sisa lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berjalan. Artinya anggaran yang tidak habis dipakai UR dan kembali ke kas negara. Jaka menyimpulkan pengelolaan anggaran di UR mengalami kegagalan.

Berbeda dengan Jaka, Cahyono perwakilan DPM menyoroti soal keamanan kampus. Banyak mahasiswa kehilangan motor dan helm di parkiran. Katanya sistem keamanan kampus yang tidak efektif. Terutama, barrier gate  hingga saat ini masih rusak. Ia menambahkan keluhannya  sebagai pemakai jasa bus di lingkungan UR sering mengalami keterlambatan.

“Saya pernah menunggu satu jam, bahkan pernah dua jam,” kata Cahyono.

Giliran Rinaldi, Gubernur Mahasiswa FE, ia menyayangkan kegiatan Coffe Morning pagi itu. Sebab  Presiden Mahasiswa, dan ketua DPM, serta Rektor dan pimpinan Fakultas tidak ikut dalam acara.

Menurutnya  ajang ini adalah momen silaturahmi dengan mereka yang sulit ditemui. ia mengkritisi kegiatan yang harusnya santai dengan pembahasan ringan malah permasalahan berat.

Ia mencontohkan kegiatan serupa di FE, ajang menyampaikan prestasi yang pernah diraih dan target apa yang akan dicapai kedepan sambil bersantai. Harus dibedakan kegiatan Coffee Morning dengan konsolidasi. Tak habis disitu, Rinaldi sampaikan beberapa laporan mengenai banyaknya mahasiswa yang tidak merasakan langsung manfaat BEM UR.

“BEM UR masih tajam keluar, tumpul kedalam,” tegas Rinaldi.

Ia jelaskan masih banyak masalah di dalam kampus. Terutama masalah sarana dan prasarana. Misalnya gedung Unit Kegiatan Mahasiswa masih banyak menumpang. Musim hujan mengakibatkan genangan air  di depan gerbang utama UR dan depan Masjid Arfa’unnas. Jalan masih banyak yang rusak dan khusus untuk pustaka FE, sangat minim buku baru.

Lain lagi sertifikat TOEFL UPT Bahasa yang tidak dapat digunakan diluar kampus. Masih rumitnya urusan birokrasi di Rektorat UR. “Saling lempar melempar jika kita hendak berurusan.”

“Kita lihat BEM UR tidak ada perhatian kesana,” tutupnya.

Indra langsung menanggapi. Mungkin berbeda Coffee Morning di kampus FE dengan diluar. Termasuk membahas permasalahan yang berat. Indra mengklarifikasi ketidakhadiran Presma disebabkan hari ini sedang hadiri rapat Senat Universitas. Selain itu, tujuan kegiatan ini untuk mendapatkan perhatian publik dan menyamakan persepsi kelembagaan terkait permasalahan kampus.

Kopi mulai habis, sementara hujan  turun. Wahyu Ramadhan, Gubma Fakultas Teknik mendapat giliran selanjutnya. Ia sampaikan keluhan peralatan laboratorium yang minim dan jalan menuju FT berlobang.

Ridho Safna, Gubma FKIP menghimbau pada mahasiswa untuk meningkatkan pengamanan ganda bagi kendaraan di kampus. Untuk menunjang aktivitas kelembagaan, mereka minta kelonggaran untuk beraktivitas dimalam hari.

Lain FKIP, lain pula FH dengan permasalahan gedung di lokasi kampus Panam yang tak kunjung usai dan listrik kampus ada yang rusak. Ia juga meminta tes TOEFL diadakan di kampus Gobah.

Terakhir, Satria Ramadhan, Gubma FISIP sampaikan  gedung dosen yang terbengkalai sampai saat ini dan peminjaman bus kampus untuk kegiatan kelembagaan yang tarifnya sama dengan tarif bus di luar kampus.

Hujan berhenti, berganti  dengan terik matahari menjelang tengah hari.

Pembahasan kian mengerucut pada permasalahan wisuda.  Pasalnya Gedung Gasing yang digunakan tidak layak pakai. Sebelumnya kelembagaan membuat tuntutan pada Wakil Rektor I mengenai wisuda dan disetujui tiga opsi yang ditawarkan, poin pertama, menambah jadwal wisuda, kedua menambah hari wisuda, dan ketiga kembalikan ke Fakultas.

Melalui Surat Edaran Rektor, pelaksanaan wisuda dikembalikan ke Fakultas. Menurut Indra malah menjadi diskriminasi terhadap mahasiswa yang hendak diwisuda. Lantaran, hanya perwakilan saja yang dikukuhkan di halaman rektorat. Sistem ini pernah digunakan sebelumnya.

Ia tegaskan bahwa semua mengikuti pengukuhan hanya saja pemindahan kucir dilakukan di Fakultas masing-masing kecuali pemuncak. Hal itu disangkal oleh Rinaldi, menurutnya sistem tersebut sama dengan yang pernah dilakukan sebelumnya. Artinya, Universitas Riau dalam mengadakan wisuda mengalami kemunduran.

Karena perdebatan yang tak kunjung usai, forum sepakat untuk mengundang Wakil Rektor I bidang Akademik untuk mencari solusi dan penjelasan lebih lanjut.

Disela akhir bincang-bincang kelembagaan, Abdul Khair bergabung. Ia sampaikan hasil rapat senat menunjuk Syapsan sebagai Pengganti Antar Waktu Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni. Coffe Morning pun usai sesaat adzan shalat zuhur berkumandang.*Badru Chaerudin